Model Pembelajaran-Untuk menciptakan sumber daya manusia (siswa) yang berkualitas, guru di Indonesia dituntut untuk menjadi sosok yang ideal. Masyarakat mengharapkan sosok guru yang digugu dan ditiru. Supaya menjadi panutan, guru harus senantiasa menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta senantiasa mendapatkan pelatihan. Guru yang ideal yaitu : 1). Berkualifikasi pendidikan yang memadai (sesuai degan jenjang pendidikan di mana guru mengajar); 2). Mempunyai visi dan misi sebagai guru; 3). Mampu mentransfer ilmunya kepada peserta didik; 4). Mampu merubah sikap atau mempengaruhi dan memotivasi siswa; 5). Sesuai degan bidang/kompetensinya; 6). Mampu menguasai kelas; 7). Menguasai materi pelajaran; 8). Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi; 9). Berwawasan luas; 10). Berkomunikasi dengan baik (bahasa baku, suara, logat,dan ekspresi yang tepat; 11). Human relation yang tepat; 12). Sehat jasmani dan rohani; 13). Bermoral; 14). Berbudi pekerti yang luhur; 15). Bertanggung jawab; 16). Disiplin; 17). Berdedikasi yang tinggi; 18). Berwibawa; 19). Berjiwa besar; 20). Berjiwa sosial; 21). Jujur; 22). Adil; 23). Arif (bijaksana); 24). Dapat dipercaya; 25). Percaya diri; 26). Tegas; 27). Sabar; 28). Ramah; 29). Kreatif; 30). Inovatif; 31). Optimistis; 32). Mandiri; 33). Demokratis; 34). Humoris; 35). Disenangi peserta didik; 36). Berprikemanusiaan; 37). Mampu bekerjasama dengan baik; 38). Mempunyai prakarsa; 39). Berpenampilan menarik (pakaian, rambut, make up, serta gerak gerik); 40). Menjadi suri teladan bagi peserta didik.
Guru diumpamakan sebagai anggota keluarga, yaitu guru sebagai : 1). Bapak, karena tahu apa yang diperbuat; 2). Kakek, karena baik hati dan banyak tahu. Ia menunjukkan dan suka bererita kepada cucu-cucunya; 3). Nenek, karena suka bercerita tentang masa lampau anak-anaknya, dan garis keturunan keluarga mereka; 4). Kakak tertua, karena dalam mengerjakan tugas biasanya mengajar untuk bekerjasama; 5). Paman, karena suka member informasi dan berbagai ide; 6). Ipar, tidak mau mengurus hal lain keculai tugas pokoknya; 7). Sersan mayor, karena bertugas menjaga kedisiplinan; 8). Sigmund Freud, karena menjadi mesin atau alat untuk menyelesaikan konflik dan ketegangan; 9). Psikoterapist, karena menggunakan aspek psikis untuk memberikan penyembuhan; 10). Editor, karena memberikan koreksi sebelum tulisan (buku) dipublikasikan; 11). Sebagai guru, karena sebagai penyampai ilmu pengetahuan
Guru yang baik itu adalah : 1). Qudwatun Hasanah; 2). Mau`idzhoh Hasanah (suri teladan yang baik); 3). `Adatun Hasanah (kebiasaan yang baik); 4). Mulahadzhoh (mengawasi); 5). `Uqbatun Hasanah (hukuman yang baik)
Dari beberapa pendapat di atas, banyak sekali harapan masyarakat yang harus melekat pada guru, baik sebagai pembawa pesan di depan kelas, maupun sebagai anggota masyarakat. Keinginan itu menunjukkan bahwa guru adalah sosok yang harus mempunyai profesi yang berkualitas. Dinegara-negara maju pekerjaan guru menjadi pilihan utama karena pekerjaan itu menghasilkan uang yang memadai, sementara di Indonesia guru menjadi pilhan terakhir karena gaji kecil, hidup kekurangan dan masih harus menjadi guru terbang. Dengan demikian, menjadi guru harus mampu menahan perasaan `nelongso` pada saat dirinya bergelantungan di bis kota yang panas dan penuh sesak, diiringi music yng menyakitkan telingandan mengganggu debaran jantung, sementara anak didiknya berada pada mobil-mobil pribadi mewah dengan AC dan music yang menyejukkan, serta ironisnya, mereka menertawakan gurunya (dan dalam hatinya mungkin berkata : rasain lu jadi guru). Artinya dalam kenyataannya penghargaan (imbalan) terhadap guru belumlah seimbang, dan ketidak seimbangan tuntutan itu antara lain : Kemampuan profesi rendah, pendapatan rendah, tabungan rendah, investasi rendah
Guru diumpamakan sebagai anggota keluarga, yaitu guru sebagai : 1). Bapak, karena tahu apa yang diperbuat; 2). Kakek, karena baik hati dan banyak tahu. Ia menunjukkan dan suka bererita kepada cucu-cucunya; 3). Nenek, karena suka bercerita tentang masa lampau anak-anaknya, dan garis keturunan keluarga mereka; 4). Kakak tertua, karena dalam mengerjakan tugas biasanya mengajar untuk bekerjasama; 5). Paman, karena suka member informasi dan berbagai ide; 6). Ipar, tidak mau mengurus hal lain keculai tugas pokoknya; 7). Sersan mayor, karena bertugas menjaga kedisiplinan; 8). Sigmund Freud, karena menjadi mesin atau alat untuk menyelesaikan konflik dan ketegangan; 9). Psikoterapist, karena menggunakan aspek psikis untuk memberikan penyembuhan; 10). Editor, karena memberikan koreksi sebelum tulisan (buku) dipublikasikan; 11). Sebagai guru, karena sebagai penyampai ilmu pengetahuan
Guru yang baik itu adalah : 1). Qudwatun Hasanah; 2). Mau`idzhoh Hasanah (suri teladan yang baik); 3). `Adatun Hasanah (kebiasaan yang baik); 4). Mulahadzhoh (mengawasi); 5). `Uqbatun Hasanah (hukuman yang baik)
Dari beberapa pendapat di atas, banyak sekali harapan masyarakat yang harus melekat pada guru, baik sebagai pembawa pesan di depan kelas, maupun sebagai anggota masyarakat. Keinginan itu menunjukkan bahwa guru adalah sosok yang harus mempunyai profesi yang berkualitas. Dinegara-negara maju pekerjaan guru menjadi pilihan utama karena pekerjaan itu menghasilkan uang yang memadai, sementara di Indonesia guru menjadi pilhan terakhir karena gaji kecil, hidup kekurangan dan masih harus menjadi guru terbang. Dengan demikian, menjadi guru harus mampu menahan perasaan `nelongso` pada saat dirinya bergelantungan di bis kota yang panas dan penuh sesak, diiringi music yng menyakitkan telingandan mengganggu debaran jantung, sementara anak didiknya berada pada mobil-mobil pribadi mewah dengan AC dan music yang menyejukkan, serta ironisnya, mereka menertawakan gurunya (dan dalam hatinya mungkin berkata : rasain lu jadi guru). Artinya dalam kenyataannya penghargaan (imbalan) terhadap guru belumlah seimbang, dan ketidak seimbangan tuntutan itu antara lain : Kemampuan profesi rendah, pendapatan rendah, tabungan rendah, investasi rendah
18. Model pembelajaran Send Cards
adalah
mengirim kartu yang sudah dimasukkan kedalam amplop melalui perwakilan
yang telah ditunjuk oleh masing-masing kelompok, isinya adalah materi
yang sulit untuk dipahami.
Langkah-langkah
- Guru membentuk kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3-6 orang
- Masing-masing kelompok membuat pertanyaan yang sulit untuk dipahami, lalu menunjuk perwakilan yang akan mengirimkan amplop kepada kelompok yang akan dituju
- Mengirim amplop harus melalui persetujuan guru, jika guru membatalkan pengiriman berarti pertanyaan itu dianggap mudah dan dikembalikan kepada pemiliknya. Tetapi, jika guru membolehkan pengiriman, berarti pertanyaan itu adalah sulit untuk dipahami dan siap mengirimkannya kepada kelompok lain
- Bagi siswa yang mendapatkan kiriman kartu, harus menjawab pertanyaan yang ada di dalam amplop dan waktu yang diberikan 10 menit
- Guru melakukan penilaian/evaluasi
0 Response to "Model Pembelajaran Send Cards"
Post a Comment