Upacara Mengantar Pengantin Laki-laki Kerumah Anak Dara
Meskipun sesungguhnya perkawinan telah berlangsung menurut syariat islam yang diawali sulu-sulu air, meminang dengan segala tata caranya, maka menjadi salah satu tradisi dalam hidup berkorong kampong berkeluarga ataupun bermasyarakat pada hari peresmian mengantar pengantin laki-laki kerumah anak dara. Terlebih dahulu apabila dari pihak perempuan telah siap sedia menyambut kedatanga laki-laki, berangkatlah beberapa orang utusan sebagai suatu kehormatan mempersilakan atau dikatakan juga menjemput pengantin laki-laki. Utusan disambut dengan jamuan makanan dan minuman ala kadarnya dan kemudian salah seorang utusan tersebut menyuguhkan tepak sirih menyampaikn maksud kedatangan mereka : “Asslamu’alaikum Waromatullah Wabarokatuh, terlebih dahulu ampun dan maaf kami pihak-pihak yang berhadapan, ninik mamk, sanak saudara, adik dan kakak kami yang hadir jika besar tidak dipanggilkan gelarnya, kecil tidak disebutkan namanya seluruh kaum family kami yang ada dirumah ini. Kedatangan kami ini oleh ninik mamak disuruh dating menemui ninik mamak kami disini untuk memenuhi ikatan perjanjian perihal perkawinan anak kemenakan kita kedua belah pihak. Adapun menurut perhitungan kami sampailah saatnya bak kata ad “harinya cukup bilangan genap”. Kami dating menjemput mempelai kita yang sedang kita persiapkan bersama kaum family seluruhnya, baik laki-laki maupun perempuan dirumah ini. Jemput ini kata ninik mamak kami adalah “jemput terbawa” artinya sejari tidak kami lekangkan dan setapak tidak akan kami tinggalkan” demikianlah yang kami maklumkan.
Kata sambutan : setelah kami mendengar dan memaklumi hajat dan maksud ninik mamak sebagai utusan kesini, kami sambut dengan syukur Alhamdulillah. “kurang lebar rasanya tapak tangan, dengan nyiru kami tampung, tepat betul sebagaimana peribahasa : pucuk dicinta, ulam tiba, mata mengantuk disorongkan bantal” kami tidak memperpanjang pembicaraan yang mana atas maksud kedatangan utusan ninik mamak itu kami terima dengan baik. Hanya kami harapkan bersabar sebentar untuk mempersiapkan sesuatunya suapaya kita sama-sama melangka.
Pada acara penjemputan ini tidak ada ketentuan-ketentuan lain sebagaimana dibahagian pesisir timur (siak, pelelawan,dll) disertai pula dengan mengantar hidangan dari pihak perempuan.
Rombongan dan peralatannya : rombongan terdiri dari laki-laki dan perempuan (orang semondo, orang tua adat, dan keluarga terdekat), ikut serta ibu bapak pengantin laki-laki tidaklah menjadi persyaratan ataupun menyalahi ketentuan adat dan terserah menurut keinginan masing-masing. Pada umumnya ibu bapak ikut, krena pada hari itulah saatnya yang baik dapat bertemu dengan kaum keluarga pihak perempuan.
Menurut adat jujuran (Mandailing) ibu bapak tidak ikut begitu pula di daerah Siak dan Pelalawan sebagai berikut :
- Tepak Palembang adalah tempat perlengkapan sirih, berpalutkan kain kuning. Pembwanya dipilih perempuan yang telah mamapn berusia 40-50 tahun dan perpengalaman dalam hal ini. Tepak Palembang disugukan kelak dirumah anak dara oleh yang dating sebagai pembuka kata ninik mamak. Suguhan itu disambut pula dengan tepak pelembang dan pada saat dibacakan pula pepatah adat mengatakan : “tepak silang, lengan sambut menyambut, padan sama setuju, janji sama ditepati” keadaan serupa berlangsung diruangan khusus kaum ibu antara kedua belah pihak.
- Bungkusan kecil dibawa dengan cara diambin (digendong). Kain pengambin biasa dipilih kain panjang halus, terletak disamping kanan sebelah perut, isinya sirih, pinan, gambir, dan tembakau. Sirih seribu maksudnya 1000 helai daun sirih, terdiri dari 10 ikat dan setiap ikatan sebanyak 100 ikatan. Sirih disusun rapid an tiap-tiap tampuknya dilobangi dan dicatur dengan benang. Maksudnya semoga pengantin hidup tertib dan sopan. Dalam susunan berkaum kerabat hendaklah yang tua dihormati, kecil disayangi. Maksud lain sirih yang begitu banyak untuk dapat dibagi-bagikan pada seluruh family yang hadir. Pinang dipilih yang tua warna merah diberi ukiran pada tampuk pinang dfan pada kulitnya. Ada lagi sengaja isi atau buah pinang diolah sedemikain rupa menjadi dua atau tiga mata rantai yang tidak obahnya seperti rantai jala. Hanya bedanya rantai jala ada bekas-bekas menyambungnya. Pinang beranti adalah satu kesan diharapkan kelak sedemikain eratnya hubungan suami istri, seperti pinang satu berantai, hidup saling setia. Tetelungkup sama makan tanah, terlentang sama minum air.Beberapa perlengkapan lainnya. 1. Kelapa muda yang diukir dan dikupas selapis tipis kulit yang hijaunya. Ekor kelapa dipotong datar supaya mudah meletakkanya. Sebelah tas dilobangi bundar ataupun persegi sedemikain rapid an ditutup kembali dengan tempurung bekas dilobangi tadi. Badan kelapa diukir sebagai hiasan, malah ada yang dicat menurut kombinasi warna yang menarik. Maksudnya : selesai ninik mamak mmberikn kata-kata nasehat, rambut kedua mempelai digunting sedikit dan dimasukkan kedalam air kelapa muda. Semoga kedua pengantin aman damai, berhati dingin, bersih (tulus ikhlas) laksana beningnya air kelapa. B. Kayu api ukir panjangnya kira-kira 300 cm, garis menengah 2 cm. banyaknya 5 ikat dan tiap-tiap ikat 5 batang. Bahan ini diambing dan mudah dilihat ujung pangkalnya. Ini membuktikan laki-laki membawa perlengkapan secukupnya. 3. Sebungkus kecil abu dapur menndakan kedatangan laki-laki tidaklah berhampa tangan, tetapi lengkap. 4. Minyak beku 5 warna, sisir, cermin bundar kecil dan bedak, minyak rambut. 5. Lampu togok dimaksud perkawinan menurut syariat Islam dan adat terang dan jelas bagi khalayak ramai.
Dalam iringan rombongan yang didahului wanita-wanita, maka pengantin laki-laki mendapat kehormatan :
- Dipayungi dari samping atau sebelah belakang
- Kiri dan kanan petugas memegangi kipas
- Pembawa kopor berisikan pakaian
- Adakalnya membawa seekor kambing, apabila perhelatan memotong kerbau, jika memotong kambing imbalannya ayam
0 Response to "Upacara Mengantar Pengantin Laki-laki"
Post a Comment