Tiap-tiap sebelum meminang, terlebih dahulu perlu diselidiki pendirian orang tua pihak perempuan, meskipun antara si pemuda dan si pemudi sudah ada persetujuan. Maksud adan tujuan adalah sekedar menjejaki. Ibarat bunga kembang ditaman, bolehkah dipetik ?, dan ibarat Ayam sudah adakah tautannya ?
Cara-cara ini adalah sebagai perintis jalan kelak dapat ditempuh tanpa halangan dan rintangan seperti air mengalir mencarai jalan saluran supaya lebih sempurna dan sentosa. Dari itu menurut penduduk daerah Pasirpengaraian dari asal kata saluran yang pada mulanya disebut “sulur-sulur air, kemudian lebih lazim dengan singkatan sulu-sulu air.
Sudah barang tentu diseluruh pelosok tanah air cara-cara inipun dilakukan meskipun ada perbedaan dalam upacara menurut logat kata masing-masing daerah. Seperti dibekas kesultanan Siak Sri Indrapura disebut merisik, di Aceh meresek, di Sumatera Selatan madik, di Sulawesi Tengah nabici di desa Abak Sulawesi Utara monaba dan lain-lain.
Adapun sekedar bertanya sulu-sulu air tanpa persyaratan itu baik tempat maupun waktu, sering berlangsung antara wanita dengan wanita yang terdekat bagi kedua belah pihak. Salah satu tempat yang paling unik adalah pangkalan tepian pemandian. Disinilah kesempatan meraka mengutarakan apa saja sampai-sampai tempat tersebut mendapat julukan balai napal, maka bagi wanita tempat pemandian berfungsi sebagai information center. Sementara untuk kaum lelaki warung kopi adalah tempat mereka menerima dan member kabar.
Bertalian dengan ini pulalah sekedar merintis meskipun dimasa yang akan dating tidak lagi mengenal tepian pemandian, namun setiap sebelum meminang sudah lazim dengan sebutan sulu-sulu air.
0 Response to "Sulu-sulu Air (menjejaki pendirian orang tua)"
Post a Comment