Upa-upa - Acara adat mangupa-upa adalah salah satu tradisi adat Mandailing yang bertujuan mengembalikan spirit (semangat) kepada seseorang atau satu keluarga yang baru saja lepas dari maut atau sebuah musibah.
Orang dahulu menamainya “paulak tondi tu bagas” dimana mereka mempunyai anggapan bahwa pada saat terjadinya peristiwa, tondi atau rohnya tengah terpisah dari tubuhnya sehingga perlu ditarik kembali.
Adakalnya acara tersebut hanya dilakukan oleh orang tua kandung atau ompungnya (kakek), namun adakalnya juga dilakukan oleh mertua kepada seseorang yang sudah berkeluarga.
Pada hakekatnya acara ini adalah memberi dorongan moral kepada sang korban agar tak usah takut dan patut bersyukur kehadirat Allah yang ajaib telah menyelamatkan.
Menurut kisah orang dahulu, tatkala seorang lepas dari maut misalnya kapalnya tenggelam namun orangnya selamat, atau seekor harimau tak jadi menerkam seseorang, maka korban tersebut wajib diupa-upa.
Dahulu untuk korban seperti itu, orang tua akan merebus sebutir telur ayam untuk disuapkan pada korban yang dikasihinya dan diakhiri dengan memberi minum air putih.
Selain itu ada juga acara upa-upa dengan cara memotong hewan, entah bebek ayam, domba. Belakangan ini bahkan sudah ada acara mengupa-upa dengan skala besar melibatkan banyak anggota keluarga.
Sebagi contoh beberapa tahun yang silam pernah sebuah keluarga dalam suasana mobil hendak ke Medan. Ditengah jalan mereka telah dihadang oleh sekelompok gerombolan rampok yang biadab, namun syukur mereka lolos dari kejaran bajingan tersebut karena berhasil menyelamatkan diri dengan mengerahkan mobilnya ke kantor polisi.
Mendengar dan membayangkan kejadian itu lalu kerabat dan keluarga istripun sepakat mengadakan acara mangupa-upa. Tidak ada kewajiban korban untuk membalas menyediakan makanan adat pada acara ini kecuali menyediakan tempat dan waktu menerima kedatangan keluarga. Prosesinya dimana korban bersama keluarganya disuapi dengan nasi kunyit, ayam panggang dan telur ayam
Selanjutnya protokol mempersilahkan salah seorang ompung atau mamak laksana inspektur upacara menyampaikan amanat. Tugas ini juga diserahkan kepada yang ahli atau mahir menyampaikan maksud dan tujuan upa-upa.
Mula-mula ditaburkan beras kunyit pada anak dan nasi kunyit diangkat-angkatnya kira-kira jarak sejengkal di atas kepala, mukaddimahnya tetap terbilang nama anakpun dipanggilkan dan barulah memberikan kata nasehat. Dikatakan selagi kerbau tujuh sekandang lagi terkandangkan, apatah lagi semangat anak kemenakan, kalau ada tercecer di laut, di darat, di hutan atau dimanapun, kembalilah semangat ke badan. Maksudnya kalau dahulu pernah terkejut dan patah semangat, maka sekarang mulailah hidup dengan penuk keterampilan, penuh semangat baru.
Detik-detik pembicaraan inilah yang mengharukan, lebih-lebih kalau mengupa-upa ini mahir dan pandai bertutur kata dapat menyentuh hati anak. Sangkin terharunya adakalanya hadirin yang mendengar meneteskan air mata. Pembicaraan menyampaikan betapa gembiranya kaum keluarga jauh dan dekat berdatangan, penuh harapan-harapan.
Adapun nasi kunyit dan panggang ayam, walaupun harganya tak seberapa, tetapi lain tidak adalah lambang belaka semoga anak kembali sehat badan dan dijauhkan dari ketakutan yang pernah menimpa.
Ananda yang kami kasihi dan kami cintai.
Hari ini, kami orang tua dan hula-hulamu akan memberikan makanan “upa-upa” seiring dengan kasih Allah yang telah melepaskan dirimu dari marabahaya pada masa-masa lalu.
Yang namanya orang hidup itu pasti ada suka dan ada duka yang datangnya bisa terjadi setiap waktu.
Kalau pada beberapa saat yang lalu, engkau telah mengalami musibah, kami percaya bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Dan yang sangat kami syukuri bahwa Allah telah turun tangan menyelamatkan dirimu meskipun terpaksa mengalami rasa syok atau rasa takut atau mungkin sedikit luka-luka.
Dalam kaitan itulah kini kami datang untuk berdoa dan membawa makanan upa-upa dengan harapan kesehatanmu semakin baik dan bekerja semakin hati-hati. Makanan “upa-upa” adala tradisi leluhur kita, yang bertujuan menyegakan kembali kesehatan yang sakit dan lebih dari itu tentu saja ingin memilihkan keyakinan seseorang akan kuasa Allah agar tidak dibayang-bayangi ketakutan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Kami yakin kedatangan kami hari ini akan memulihkan imanmu, memulihkan kesehatanmu dan memulihkan kepercayaanmu kepada Allah yang maha esa. Demikianpun makanan ini kami sampaikan terimalah menjadi pemberian yang bermakna doa bagi dirimu dan bagi kita semua, Horas.
Selanjutnya kepada para peserta upacara dipersilahkan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Acara ini dipatri dengan doa selamat yang dipimpin oleh imam atau khatib dalam kampung.
Seusai makan bersama dan doa selamat, para undangan mohon diri untuk kembali ketempat masing-masing setelah terlebih dahulu bersalam-salaman dengan pihak tuan rumah.
Selanjutnya protokol mempersilahkan salah seorang ompung atau mamak laksana inspektur upacara menyampaikan amanat. Tugas ini juga diserahkan kepada yang ahli atau mahir menyampaikan maksud dan tujuan upa-upa.
Mula-mula ditaburkan beras kunyit pada anak dan nasi kunyit diangkat-angkatnya kira-kira jarak sejengkal di atas kepala, mukaddimahnya tetap terbilang nama anakpun dipanggilkan dan barulah memberikan kata nasehat. Dikatakan selagi kerbau tujuh sekandang lagi terkandangkan, apatah lagi semangat anak kemenakan, kalau ada tercecer di laut, di darat, di hutan atau dimanapun, kembalilah semangat ke badan. Maksudnya kalau dahulu pernah terkejut dan patah semangat, maka sekarang mulailah hidup dengan penuk keterampilan, penuh semangat baru.
Detik-detik pembicaraan inilah yang mengharukan, lebih-lebih kalau mengupa-upa ini mahir dan pandai bertutur kata dapat menyentuh hati anak. Sangkin terharunya adakalanya hadirin yang mendengar meneteskan air mata. Pembicaraan menyampaikan betapa gembiranya kaum keluarga jauh dan dekat berdatangan, penuh harapan-harapan.
Adapun nasi kunyit dan panggang ayam, walaupun harganya tak seberapa, tetapi lain tidak adalah lambang belaka semoga anak kembali sehat badan dan dijauhkan dari ketakutan yang pernah menimpa.
Ananda yang kami kasihi dan kami cintai.
Hari ini, kami orang tua dan hula-hulamu akan memberikan makanan “upa-upa” seiring dengan kasih Allah yang telah melepaskan dirimu dari marabahaya pada masa-masa lalu.
Yang namanya orang hidup itu pasti ada suka dan ada duka yang datangnya bisa terjadi setiap waktu.
Kalau pada beberapa saat yang lalu, engkau telah mengalami musibah, kami percaya bahwa semua itu pasti ada hikmahnya. Dan yang sangat kami syukuri bahwa Allah telah turun tangan menyelamatkan dirimu meskipun terpaksa mengalami rasa syok atau rasa takut atau mungkin sedikit luka-luka.
Dalam kaitan itulah kini kami datang untuk berdoa dan membawa makanan upa-upa dengan harapan kesehatanmu semakin baik dan bekerja semakin hati-hati. Makanan “upa-upa” adala tradisi leluhur kita, yang bertujuan menyegakan kembali kesehatan yang sakit dan lebih dari itu tentu saja ingin memilihkan keyakinan seseorang akan kuasa Allah agar tidak dibayang-bayangi ketakutan dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Kami yakin kedatangan kami hari ini akan memulihkan imanmu, memulihkan kesehatanmu dan memulihkan kepercayaanmu kepada Allah yang maha esa. Demikianpun makanan ini kami sampaikan terimalah menjadi pemberian yang bermakna doa bagi dirimu dan bagi kita semua, Horas.
Selanjutnya kepada para peserta upacara dipersilahkan menikmati hidangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Acara ini dipatri dengan doa selamat yang dipimpin oleh imam atau khatib dalam kampung.
Seusai makan bersama dan doa selamat, para undangan mohon diri untuk kembali ketempat masing-masing setelah terlebih dahulu bersalam-salaman dengan pihak tuan rumah.
0 Response to "Asal mula tradisi Upa-upa Paulak Ni Tondi Suku Mandailing di Rokan Hulu"
Post a Comment