Tutur (panggilan kekerabatan) Dalam Tradisi Suku Mandailing di Tapanuli Selatan

Dengan mengamalkan tiga nasehat yaitu : manta markahanggi, elek maranak boru, dan somba Marmora, maka equilibirium, hubungan ketiga unsur Dalihan Na Tolu akan dapat dipelihara Sarana yang paling penting dalam memelihara keseimbangan harmonis itu adalah penguasaan, penghayatan, dan pengamalan tutur disertai perilaku yang berkaitan dengan tutur. Orang batak memiliki puluhan tutur kekerabatan yang menjalin hubungan orang-perorang dan kerabat dengan kerabat. Dibawah ini disusun istilah tutur kekerabatn secara abjad orang batak.
Amang artinya ayah. Tutur ni diucapkan oleh anak laki-laki dan perempuan kepada ayahnya. Ayah dan ibu juga menyapa anak laki-laki mereka dengan tutur amang sebagai tutur yang menyatakan perasaan kasih sayang (holong). Contoh yang terkenal dalam pernyataan seperti ini misalnya terdapat pada bait pertama sajak Willem Iskandar berjudul Ajar Amangna Na Kehe Tu Sikola :
Labo ale amang sinuan tunas
Langkama ho amang marguru tu si kola
Ulang hum baem song luas-luas
Tai ringgas ko amang marsikola

Duhai anakkku sayang
Berangkatlah nak berguru ke sekolah
Jangan hanya bermain-main
Tapi rajinlah nak menuntut ilmu

Tutur amang biasa juga dipakai sebagai sapaan kepada seorang laki-laki yang lebih muda oleh seorang ibu atau bapak pada saat kenalan pertama sebelum atau pada saat mereka martorombo. Setelah mereka mengetahui tutur mereka yang sebenarnya, barulah mereka memakai tutur yang mereka tentukan berdasarkan terombo itu. Demikian juga sebaliknya, tutur amang dipakai juga oleh yang lebih muda, baik laki-laki maupun perempuan kepada laki-laki yang jauh lebih tua pada saat pertemuan pertama. Tutur amang biasa juga dipakai dalam pergaulan sehari-hari yang dapat berarti bapak atau anak tanpa ada ikatan kekerabatan, misalnya dalam dialog antara penjual dengan pembeli di pasar.
Amang boru adalah suami dari sudara perempuan ayah kita, atau mertua laki-laki bagi seoarang wanita, ayah suami. Pergaulan amang boru dengan menantu wanita sngat terbatas. Mereka boleh berkelakar satu sama lain. Mereka tidak leluasa berbicara, kecuali mengenai hal ihwal yang penting. Dahulu pembicaraan antara amang boru denga menantu wanita (parumain) senantiasa memakai perantaraan. Bahkan lawan bicara dimisalkan dengan benda-benda mati, misalnya ata tiang dan tungko untuk amang boru. Jadi ketika menantu wanita hendak mempersilahkn amang boru untuk makan, mak menantu berkata yang artinya ”makanan sudah tersedia tiang”. Jika hubungan antara amang boru  dengan menantu wanita seperti ini, sangat besar pengaruhnya dalam memelihara keserasian dan keharmonisan keluarga. Pertengkaran terbuka antara amang boru dengan menantu wanita tak akan pernah terjadi apabil kesopan santunan ini terpelihara. Pertengkaran antara amang boru dengan menantu wanita adalah suatu aib besar dalam tata krama orang batak. Dalam satu segi amang boru memandang menantu wanita bagai ibunda sendiri, ini terbukti dalm tutr yng dipakai amang boru kepada menantu wanita, yaitu inang. Tutur inang oleh amang boru kepada menantu wanita berasal dari kedudukan amang boru yang sepadan dengan cucunya, yaitu anak-anak dari menantu wanita itu.
Amang menek atau amang uda adalah suami dari adik perempuan ibu kita. Di Mandailing amang menek biasa disapa dengan tutur apak etek, bapak kecil. Istilah tutur ini mungkin merupkan pengaruh dri tutur Minang Kabau.
Amang na poso adalah tutur seorang wanita kepada anak laki-laki dari saudara laki-lakinya. Asal mulanya tutur ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Seorang kakek mempunyai seorang anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak laki-laki kakek itu mempunyai seorang anak laki-laki, yaitu cucu kakek tersebut. Tutur anak laki-laki itu kepada cucu kakek tersebut adalah amang na poso, artinya ayah yang muda. Karena tutur kakek dengan cucu laki-laki adalah sama, maka anak perempuan kakek menyapa kakek dan cucunya dengan amang. Hubungan pribadi antara ketiga tokoh ini, kakek, cucu, dan anak perempuan kakek, sangat erat bagaikan hubungan ayah dengan anak perempuan.
Amang na poso mulak adalah tutur seorang perempuan kepada cucu laki-laki dari amang na posonya. Sapaan yang dipakai adalah amang.
Amang tobang adalah suami dri kakak ibu kita, sama halnya dengan tutur amang menek tutur amang tobang juga mendapat pengaruh dri Minang Kabau di Mandailing menjadi apak tobang atau apak tua.
Amang tua atau biasa juga dilafazkan amantua adalah abang dari ayah
Amang uda atau biasa disingkat menjadi uda adalah adik dari laki-laki ayah kita.
Anak mulak adalah tutur kakek kepada anak laki-lakinya dari cucu laki-laki
Anak namboru adalah anak laki-laki dari saudara perempuan ayah kita. Kita dalam hal ini adalah anak laki-laki dan anak perempuan. Perkawinan yang ideal menurut adat Batak adalah perkawinan antara anak perempuan dari sudara laki-laki dengn anak anak laki-laki dari saudara perempuan ini.
Apa tobang adalah tutur cucu laki-laki kepada ayah dari kakeknya
Anggi adalah tutur seorang laki-laki kepada adik laki-laki. Dari tutur ini lahir istilah kekerabatan kahanggi, kerabat samarga. Tutur anggi juga dipakai oleh kakek kepada cucunya. Istri abang memakai tutur anggi kepada istri anggi. Sedangkan abang manyapa halak anggi kepada istri anggi. Hubungan antara abang dengan istri anggi tidak leluasa, tetapi lebih longgar jika dibandingkan dengan hubungan amang boru dengan menantu perempuan. Sebaliknya hubungan anggi dengan istri abang sangat dekat, mereka dapat berkelakar secara bebas. Tutur ini juga dipakai anak perempuan kepada adik perempuan.
Angkang adalah tutur seorang laki-laki kepada saudra laki-laki yang lebih tua. Angkang dan anggi adalah unsur kahanggi dalam kekerbatan Dalihan Na Tolu. Merek ini disebut marangkang maranggi atau marangka maranggi atau lebih singkat lagi markahanggi. Tutur angkang juga dipakai oleh anggi kepada isteri angkang.
Angkang mulak adalah saudara perempuan dari kakek (ayah dari ayah) kita. Angkang mulak dan suaminya dalam percakapan sehari-hari kita sapa dengan angkang.
Bayo adalah tutur timbal balik antara kita (laki-laki) dengan isteri saudara laki-laki isteri kita. Dalam percakapan sehari-hari tutur ini disebut juga halak bayo atau ompung bayo. Hubungan kita dengan bayo sangat terbatas, hampir sama dengan amang boru dengan menantu perempuan. Hubungan ini disebut juga hubungan antara orang namarbaso, hubungan yang sangat berbasa-basi. Masing-masing adalah parbasoan bagi pihak yang bersangkutan. Antara bayo tidak dapat berkelakar secara leluasa. Bayo juga adalah tutur timbal balik antara besan, yaitu antara ayah kita (laki-laki) dengan ibu isteri kita.
Bere atau babere dalah anak laki-laki dari saudara peempuan kita (laki-laki) atau menantu laki-laki, suami ank perempuan kita, menantu laki-laki. Kita menganggap bere kita sebagai anak sendiri seperti yang disebutkan dalam ungkapan tradisional : amak do bere, anak do bere. Walaupun babere dianggap anak oleh mertua, namun hubungan bere dengan mertua tidak seleluasa anak dengan orang tua. Bere sangat menghormati orang tua. Antara bere dengan mertua tidak dapat berkelakar dengan secara bebas dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, bere adalah anak boru bagi mertua. Sebaliknya mertua adalah mora bagi bere. Tutur bere juga adalah tutur suami istri kepada anak laki-laki dan perempuan dari saudara perempuan suami. Tutur bere ini juga diucapkan oleh anak laki-laki dan perempuan kakek kepada cucu laki-laki dan perempuan dari saudara perempuan kakek.
Bere mulak adalah tutur kakek dan nenek kepada cucu anak perempuan mereka atau tutur kita (laki-laki). Kakek kita bertutur bere kepada amang boru kita, karena kita setutur dengan kakek kita maka amang boru dapat juga disapa dengan bere. Dalam percakapan sehari-hari istri kita menyapa amang boru kita dengan bere. Tutur bere mulak adalah tutur cucu laki-laki kakek kepada anak laki-laki dan anak perempuan dari saudara perempuan kakek. Bere mulak dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu, termsuk dalam kerabat anak boru. Hubungan kita dengan bere mulak sama dengan hubungan kita (laki-laki) dengan amang boru kita. Boru adalah anak perempuan. Dalam percakapan sehari-hari ayah dan ibu menyapa borunya dengan tutur inang.
Boru mulak adalah tutur cucu perempuan kakek (dari anak laki-laki kakek) kepada anak perempuan dari saudara perempuan kakek. Penjelasannya begini :seorang kakek mempunyai saudara perempuan. Kakek tersebut mempunyai seorang anak laki-laki. Anak laki-laki kakek ini mempunyai seorang anak perempuan, jadi cucu. Saudra perempuan kakek mempunyai seorang anak perempuan. Jadi cucu kakek tadi bertutur boru mulak kepada anak perempuan saudara perempuan kakek tersebut. Boleh juga disebut boru mulak adalah cucu perempuan kakek kepada bere perempuan kakek.
Boru tulang adalah anak perempaun dari saudara laki-laki ibu kita. Perkawinan ideal menurut adat Batak adalah perkawinan antara boru tulang dengan anak nangboru. Liht juga anak nangboru.
Bouk lihat inang boru
Bujing lihat inang bujing
Eda adalah tutur timbal balik antara istri kita dengan saudara perempuan kita dan tutur istri kita dengan istri saudara laki-laki istri kita.
Hela adalah tutur kepada bere, suami anak perempuan kita
Iboto adalah tutur timbal balik antara laki-laki dan perempuan yang bersaudara, yang semarga. Tutur iboto dalam percakapan langsung diucapkan ito.
Iboto mulak adalah tutur kakek kepada boru dari anak laki-lakinya
Iboto pamere adalah tutur timbal balik antara laki-laki dengan anak perempuan dri ibu yang bersaudara kandung.
Inamboru lihat inang boru
Inamboru mulak lihat inang boru mulak
Inam bujing lihat inang bujing
Inang adalah tutur anak dan boru kepada ibunya. Inang juga merupakan tutur timbale balik antara namboru suami dengan istri. Tutur inang juga diucapkan ibu kepada borunya. Tutur ini juga dipakai dalam pergaulan sehari-hri antara orang-orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan stu sam lain. Inang sama dengan sapaan ibu dalam pergaulan sehari-hari diluar hubungan kekerabatan. Lihat juga penjelasan pada tutur amang.
Inang boru atau biasa juga disebut inamboru, namboru atau bou adalah tutur kita kepada saudara perempuan ayah kita. Tutur ini juga bermakna tutur menantu perempuan kepada ibu suaminya.
Hubungan amang na poso dengan inang boru dan hubungan boru dengan inang boru sangat erat. Demikian juga hubungan menantu perempuan dengan inang boru tau namboru sangat erat. Menantu perempuan boleh dikatakan merupakan tokoh penerus peranan namboru dalam kerabat suami mereka, demikian suksesi hubungan kekerabatan antara anak boru dengan mora dijaankan secara berkesinambungan. Inang boru memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas hubungan antara kerabat, karena kedudukannya yang amat disayang oleh semua pihak.
Inang boru mulak adalah tutur kita (laki-laki) kepada inang boru kakek kita
Inang bujing adalah tutur kepada adik perempuan ibu kita. Suami inang bujing adalah amang menek. lihat amang menek. Inang bujing biasa juga disingkat menjadi bujing. Di daerah Mandailing dipakai tutur etek untuk inang bujing
Inang mulak adalah tutur amang boru kepada menantu perempuan dan tutur namboru suami kepada istri. Lihat juga inang.
Inang tobang adalah tutur kita kepada kakak perempuan ibu kita. Mandailing padanan tutur ini adalah umak tobang yan dalam percakapan sehari-hari diucapkan menjadi tuo dan tobang. Lihat juga amang tobang.
Inang tua adalah tutur kepada istri mang tua, tutur ini biasa disebut nantua
Inang tulang adalah tutur kita (laki-laki dan perempuan) kepada istri saudara laki-laki ibu kita. Tutur ini biasa disingkat menjadi nang tulang yang juga diucapkan oleh amang boru kita (laki-laki) kepada istri kita. Di dalam adat istiadat nantulang ini mertua perempuan, ibu dari istri kita dalam sistem kekerabatan dalihan na tolu, inng tulang termasuk dlam unsur mora.
Inang tobang mulak adalah tutur putra putri seorang perempuan kepada ibu dan ibu perempuan tersebut.
Inang uda atau manguda adalah istri amang uda. Hubungan kita dengan inang uda sangat dekat, bagaikan hubungan kita dengan ayah da ibu atau inang tua dan amang tua.
Ipar lihat juga tunggane. Tutur ipar dalam pergaulan sehari-hari dipakai oleh sesama laki-laki sebaya sebagai sapaan pada perkenalan pertama sebelum martarombo, atau sapaan diantara sesama laki-laki tanpa hubungan kekerabatan. Lihat tutur amang dan inang dalam pergaulan sehari-hari dengan orang-orang yang bukan kerabat.
Lae adalah tutur laki-laki kepada anak laki-laki boru, anak namboru. Lae juga adalah tutur kita (lak-laki) kepada suami iboto kita. Lae dalam sistem kekerabatan dalihan na tolu masuk dalam unsur anak boru. Tutur lae dalam pergaulan sehari-hari dipakai oleh sesama laki-laki sebaya sebagai tutur sapaan pada perkenalan pertama, atau sapaan diantara sesama laki-laki tanpa hubungan kekerabatan.
Mora ni mora adalah mora dari mora. Lihat uraian dari dalihan na tolu
Ompung adalah kakek dan nenek kita, orang tua dari orang tua kita
Ompung boru adalah tutur kepada ibu orang tua kita, disebut juga ompung dadaboru
Ompung dongan adalah tutur seorang perempuan epada seorang anak laki-laki dari saudara laki-laki ibunya dan tutur seorang laki-laki kepada ibu dari ibunya
Ompung halalahi sama dengan ompung suhut
Ompung mulak adalah tutur kita kepada kakek dari kakek kita dari pihak ayah dan tutur antara laki-laki keturunan pisang raut dengan keturunan mora ni mora
Ompung suhut adalah tutur laki-laki kepada ayah dan ibu dari ayahnya kakek dan nenek
Pahompu adalah cucu, kebalikan dari ompung
Pahompu dongan adalah kebalikan dari ompung dongan
Pahompu mulak adalah kebalikan dari ompung mulak
Pamere adalah hubungan kekerabatan diantara anak dan boru dari ibu yang bersaudara kandung
Parabean adalah tutur di kalangan laki-laki yang istrinya bersaudara kandung
Pisang raut adalah anak boru dari anak boru, kebalikan dari mora. Lihat uraian dari dalihan na tolu
Tulang adalah tutur kepada saudara laki-laki ibu kita, tutur kepada ayah istri ibu kita, tulang adalah juga tutur amang boru kepada anak laki-laki dari saudara laki-laki inang boru.
Tulang mulak adalah tutur laki-laki dan perempuan kepada tulang kakek (ayah dari ayah)
Tulang na poso adalah tutur amang boru kepada cucu lai-laki dari tulang amang boru
Tunggane adalah saudara laki-laki istri. Tunggane juga disebut dengan tutur ipar kebalikan dari tutur lae.
Semua tutur itu merupakan bagian mata rantai ikatan kekerabatan. Martarombo merupakan kebiasaan orang Batak pada saat pertama kali berkenalan dikalangan mereka. Tarombo merupakan silsilah, sejarah keluarga. Dengan martarombo, orang mengetahui tutur yang tepat kepada orang lain yang baru dikenalnya.
Unsur Dalihan Na Tolu dalam Partuturon
Ketiga unsur Dalihan Na Tolu mempunyai kerabat pendamping yang tergolong dalam kelompok masing-masing unsur Dalihan Na Tolu itu. Kerabat pendamping itu adalah hombar suhut bagi kahanggi, anak boru mendapat pendamping pisang raut, sedangkan mora mendapat pendamping mora dari mora. Sedemikian luas dan rapatnya jaringan kekerabatan orang Batak, sehingga secara berkesinambungan mereka dapat memelihara dan melestarikan nilai kekerabatan yang kuat.
Apabila semua kerabat berdasarkan partuturon itu dikelompokkan ke dalam tiga unsur Dalihan Na Tolu, maka jelaslah komposisi anggota kerabat dalam kelompok kahanggi, anak boru dan mora. Di bawah ini disusun menurut abjad tutur yang termasuk dalam kelompok masing-masing unsur Dalihan Na Tolu tersebut sebagai berikut :
Kahanggi
Anak Boru
Mora
Amang/Damang
Amang menek
Amang tobang
Amang tua
Anak uda
Anak
Anak mulak
Anak tobang
Anggi
Angkang
Bujing
Inang/Dainang
Inang mulak
Inang tobang
Inang tua
Inang uda
Ompung
Ompung mulak
Pahompu
Pahompu mulak
parabean
Amang boru
Amang namboru
Amang mulak
Bayo
Bere
Bere mulak
Boru mulak
Eda
Hela
Iboto
Iboto mulak
Iboto pamere
Inang boru
Inang boru mulak
Lae
Pahompu dongan
Pisang raut
Amang na poso
Amang na poso mulak
Bayo
Eda
Iboto
Iboto pamere
Inang tulang
Inang tulang mulak
Mora ni mora
Ompung dongan
Tulang
Tulang mulak
Tulang na poso
Tunggane



Pengelompokan tersebut memperlihatkan bahwa urutan personalia terbanyak adalah kahanggi, kemudian anak boru, dan terakhir mota. Daftar tersebut kiranya bermanfaat untuk memahami tutur dan kedudukannya dalam ketiga unsur Dalihan Na Tolu.

4 Responses to "Tutur (panggilan kekerabatan) Dalam Tradisi Suku Mandailing di Tapanuli Selatan"

  1. Saudara perempuan ayah saya dipanggil bou.Saya punya isteri.
    Pertanyaan saya;
    Apa nama sebutan panggilan isteri saya kepada bou dan amang boru saya?

    Mohon dijawab.

    ReplyDelete
  2. Atau lebih jelasnya
    Isteri saya memanggil bou dan amang boru saya dengan sebutan apa?

    ReplyDelete