Huta Rimba Sikafir

Huta Rimba Sikafir
Kisah seorang keluarga raja dari Tapanuli Selatan tepatnya Huta Bargot perbatasa tiga daerah yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau yang akhirnya menetap di daerah Pawan yang disumpahi oleh masyarakatnya sendiri.
Tempat ini dijadikan sebagai objek wisata yang terletak dikawasan wisata gunung Bonsu desa Pawan kecamatan Rambah.
Sebuah keluarga berasal dari Tapanuli Selatan, kampungnya Huta Bargot, rajanya yang berkuasa adalah Raja Sobu. Dikerajaan tersebut lahir seorang anak dari keturunan raja Sobu dengan tanda keanehan, datnnya hujan lebat, petir menyambar dalam keadaan hari yang panas. Dengan keadaan lahirnya yang sedemikian, maka anak ini diberi nama ‘si porkas” karean lahirnya aneh sekali.
Setelah siporkas menginjak dewasa, diapun bermohon kepada sang raja agar diperkenankan mencari suaka baru, jawab raja, ‘anak mau kemana” siporkas ingin pergi menuntut ilmu. Ayah membolehkan anaknya dengan perjanjian ananda tidak boleh menikah diperantauan, karena kamulah satu-satunya yang menggantikan dan meneruskan kerajaan ini. Siporkas menjawab “mudah-mudahan ananda ingat nanti” setelah sang raja merestui anaknya, Siporkas dilepas keberangkatannya dengan meletuskan meriam. Setelah berbulan-bulan diperjalanan sampailah ia di daerah Minang tepatnya diPagaruyung. Disanalah siporkas menuntut ilmu pencak silat, berpacu kuda, memanah, dan menuntut ilmu dalam.
Setelah lulus ujian, ia lupa akan janji ayahnya karena ini semua ketentuan dari Tuhan tidak dapat dibatasi. Pemuda ini mendapat jodohnya ditanah Minang, sedangkan pemuda ini berasal dari tapanuli Selatan. Tanpa memberitahu kepada raja (ayahnya), pernikahan dilaksanakan, sebuah janji telah diingkari.
Beberapa tahun setelah pernikahan terpanggillah dirinya untuk menjadi raja dikampung orang, sementara ia adalah pendatang. Setelah melapor kepada orang tua adat, pemuka masyarakat, maka disampaikanlah keinginannya, jawaban pemuka masyarakat adalah memberi izin “carilah tanah seluas-luasnya”. Kemudian Siporkas mengumpulkan pengikutnya untuk mencari tanah yang luas, dan mendirikan kampong, Setelah keinginan tercapai, diundanglah ulama, cerdik pandai, tokoh masyarakat yang berkuasa untuk menyampaikan keinginannya menjadi raja dan mendirikan adat Mandailing atau jujuran. Musyawarahpun dilaksanakan, dan disinilah terdapat perselisihan, karena Siporkas ini orang pendatang, apalagi keinginannya membawa adat mandailing tentu menyalahi aturan ditanah Minang, karena sesai dengan pepatah yang menyebutkan “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”. Air disauk ranting dipatah, jadi terhalanglah keinginan Siporkas menjadi raja, kemudian terjadilah pertengkaran yang berujung kepada peperangan. Kalau orang Mandailing menyebut Talu dipaporangan, inilah asal muasal nama negeri Talu dinegeri Minang. Buktinya yang tinggal di Talu banyak yang bermarga, tapi adatnya tetap Minang. Setelah kalah berperang pulanglah Siporkas ke Tapanuli Selatan, sesampainya dikampung disambutlah kedatangan anak raja ini dengan pencak silat, letusan meriam kebesaran raja. Akan tetapi setelah diperkenalkan istrinya, terkejut sang raja (ayahnya) karena anaknya sudah melanggar janji dan melanggar adat istiadat Tapanuli. Dia telah menjadi anak sumondo orang Minang. Jangnkan menjadi raja, harta pusakapun ia tak dapat karena  hubungan harta warisan telah putus. Menurut adat Tapanuli harta warisan turun temurun dari bapak ke anak laki-laki, sedangkan menurut adat Minang harta turun temurun dari mamak kemenakan. Oleh karena itu sakitlah hati Siporkas, dan diajaklah pengikutnya yang masih setia pergi mengembara masuk hutan.
Setelah berminggu-minggu menjelajahi hutan, sampailah didaerah Rumbai, tetapi ia terus melanjutkan perjalanan sampai di kampong sisoma berasal dari bahasa Mandailing soma. Karena sudah ketahuan orang dihilir (orang Rumbai) disusullah ke sisoma menemui Porkas. Sesampainya utusan menemui Porkas, maka dibawalah Siporkas supaya dia masuk adat istiadat Melayu Rumbai. Sebgaimana pepatah mengatakan “masuk kandang kambing mengembek, dan masuk kekandang kernau menguak”. Siporkas menolak, ia hanya mau mendirikan adat Tapanuli Selatan dikampung itu.
Terjadilah pertengkaran, pulanglah utusan dari Rumbai, kartena Siporkas telah mengetahui rencana orang Rumbai akan memeranginya ke Sisoma, dibuatlah inisiatif menakut-nakuti orang Rumbai. Dikumpulkanlah labu sayur sebanyak-banyaknya kemudian direbus dan diremas-remas lalu dicurahkan kesungai Tibawan. Apa yang terlihat ? air menguning seperti kotoran manusia. Apa kata oang Rumbai ? orang Rumbai mengatakan  “ini air kotoran manusia”artinya supaya orang hilir tahu begitu banyaknya orang dikampung yang didirikan Porkas (sampai sekarang air yang bermuara ke sungai dibawah itu diberi nama muara taik yang sekarang bernama muara tais), orang Rumbai tidak takut dan marah sekali, disusunlah kekuatan untuk memerangi Siporkas, akhirnya peperangan itu dimenangkan oleh orang Rumbai sementara Siporkas dan pengikutnya yang masih tersisa melarikan diri ke Bukit Simolombu. Siporkas meninjau kea rah pasirpengaraian yang sekarang diberi nama bukit tinjauan.
Diteruskan perjalanan mendaki terlihatlah asap api dari sebelah timur, timbullah keinginan Siporkas mendirikan kampong, dicarailah sungai yang dapat menjadi sumber penghidupan kampong nantinya, ternyata pasir sungai yang ditemukan itu terdapat butiran emas. Disinilah mereka mengambil emas, kalau bahasa Mandailing “mandulang”. Kalau menurut sejarah pasir ini dikirai bahasa Rambah disebut pasir pengaraian.Karena banyaknya emas yang didulang, timbullah niat Porkas untuk tinggal disini daerah Pawan sekarang.
Setelah Siporkas kaya, iapun berpesta pora dan mengangkat dirinya menjadi raja dengan nama putra mahkota raja Siporkas. Setelah naik tahta, iapun perinthkan kepada rakyatnya mencari emas sebanyak-banyaknya dan diserahkan kepada kerajaan dengan imbalan kedudukan di istana. Masyarakat tak tahu lelah, siang malam mencari emas, namun sang raja lupa dengan janjinya, setelah kaya raya ia bertambah jahat, dan memerintahkan kepada hulu baling untuk menjemput gadis-gadis yang cantik menjadi penghias atau dayang-dayang raja.
Jangankan kedudukan yang dijanjikan, imbalan tidak diberikan kepada rakyat, masyarakat kecewa dan memprotes  rajanya yang berkelakuan buruk. Siporkas marah dan memerintahkan supaya membuat tiang gantungan atau penjara bawah tanah sebagai tahanan bagi orang yang menentangnya. Masyarakat banyak yang tergantung dan dipenjara dibawah tanah.
Karena tak tahan melihat perlakuan raja yang biadab itu, akhirnya masyarakat bermohon kepada Tuhan agar ditimpakan azab kepada rajanya. Permohonan dikabulkan Tuhan, Datanglah angin kencang, hujanpun membanjiri singgasana raja, maka tenggelamlah kampong putra raja Porkas ini..
Akhirnya matilah raja dan pengikutnya dan kampong tempat Siporkas ini dinamakan Huta Rimba Sikafir yang artikta huta adalah kampong, rimba adalah hutan, sikapir adalah raja yang ingkar janji karena Siporkas tidak meninggalkan nama yang baik.
Adapun di daerah ini terdapat go mata dewa, batu kapal, gua marmot, gua pelangi serta goa yang lainnya, ini adalah bekas kerajaan Siporkas yang disumpahi orang sekampung.

2 Responses to "Huta Rimba Sikafir"

  1. Selamat datang di Situs Judi Slot Online Terpercaya dan bandar judi online terbaik Indonesia tahun 2021 yaitu SLOT1288. Situs Slot GACOR selalu memberikan promo welcome bonus 100% untuk member baru dan Promo Deposit Pulsa Tanpa Potongan Bonus 10% .Games yang di tampilan di situs ini juga sangat beragam, dari permainan judi bola, slot online, casino dan judi poker online. Taruhan yang begitu mudah serta tampilan yang sangat user friendly menjadi alasan utama mengapa anda wajib DAFTAR di SLot1288. Untuk pendaftaran, anda wajib mengisi data-data anda dengan benar untuk mempermudah proses pengecekan. Berapakan minimal deposit di situs ini? Minimal deposit adalah Rp 25.000 saja.

    agen judi slot
    agen slot online
    deposit pulsa tanpa potongan
    agen judi online terpercaya

    ReplyDelete