Aek Martua Kisah Sebuah Istana Jin

Aek Martua Kisah sebuah Istana Jin
Cerita tentang seorang pemuda yang berguru disebuah istana Jin untuk mendapatkan ilmu kekuatan “kodrad”
Daerah ini terletak di Huta Padang Kecamatan Bangun Purba
Aek Martua adalah bahasa tapanuli yang artinya ai bertuah yaitu sebuah sungai kecil yang mengalir dari kaki bukit  yang pada akhirna bermuara pada sungai Batang Lubuh. Sungai ini dikatakan bertuah karena memiliki tuah (kesaktian) dan keramat. Dimana dahulunya seorang telah bertapa bertahun-tahun dalam pencaharian kesaktian melalui bantuan lewat Jin dan alam gaibnya.
Adapun cerita Aek Martua ini, disebutkanlah seorang laki-laki mencari sebuah kerajaan Jin dikaki bukit barisan guna mendapatkan suatu ilmu yang berharga bagi dirinya, maka dengan melakukan semedi dirumahnya dapatlah petunjuk bahwa dialiran sungai bertuah sekarang terdapat air terjun bertingkat-tingkat yang diperkirakan terdapat istana Jin terbesar, maka iapun menuju kealiran sungai tersebut dengan menelusuri pinggir sungai bertuah kehulunya.
Sesampainya di sungai bertuah, pertama yang ia lakukan adalah bertapa dibawah air terjun itu beberapa hari untuk mendapatkan tanda atau petunjuk bahwa tempat itu adalah tempat yang ia tuju. Dalam pertapaan itu mata hatinya melihat bahwa tempat ia bersemedi itu adalah pintu menuju istana Jin. Mulailah ia pemuda ini bersemedi, alhasil terbukalah hubungannya dengan alam gaib, seorang Jin yang perkasa mendatangi pemuda itu, karena tertarik akan semangat dan kemauannya yang kuat. Maka terjadilah dialog “Hai manusia maukah engkau tinggal bersama kami dan kawin dengan bangsa kami ? Tanya Jin itu, mau kata pemuda itu. Tapi ada syaratnya gumam pemuda itu yang mesti engkau penuhi berilah saya ilmu kudorat, tahan pukul dan kuat, lalu Jin berkata baiklah, akan aku turuti keinginanmu asalkan kamu mau menikahi putriku. Sang pemuda menambah syarat lagi supaya diberikan dua kehidupan yang abadi agar aku bisa keluar masuk istana dan alam dunia, Jinpun tertawa, karena hal itu adalah perkara yang mudah asal jasad kamu tetap berada dilobang air terjun.
 Setelah bertahun-tahun sipemuda leluasa keluar masuk istana mendapatkan seluruh keinginannya, maka pada suatu ketika masuklah sekelompok orang-orang pencari kayu, dengan menghayutkan kayu tersebut dengan sarana sungai bertuah. Pada saat menjatuhkan kayu-kayu dari air terjun tersebut sebuah kayu memukul kepala jasad pemuda yang bertapa itu, kepalanyapun putus, maka tamatlah riwayat pemuda itu, Raja Jin penguasa daerah tersebut marah karena pemuda tersebut adalah menantu kesayangannya.
Dengan kecewa bagian badan pemuda itu tetap dijaga dengan memberikan ebuah kekuatan Jin bagi orang-orang peminat ilmu gaib untuk dijadikan pintu masuk keistana Jin, tentunya dengan berbagai cara, baik itu menyelam ke lubuk air terjun atau dengan bertapa.
Saying tidak satupun orang yang berminat untuk menvari ilmu kudorat ditempat itu, maka Jin itu manjadikan sungai ini bertuah agar orang-orang datang untuk meminta sesuatu yang gaib disini. Hal ini telah dibuktikan oleh penduduk kampong ini, salah satu penduduk yang berladang lebih kurang 3 kili dari tempat air terjun itu mendapat mimoi dijemput oleh Jin memakai sampan untuk dibawa ke istana, akhirnya orang tersebut mendapat ilmu kudorat hanya beberapa tahun, karena sudah menganut agama Islam ilmu itu tidak dipakai lagi.
Ada juga seorang ibu yang susah melahirkan, berkat meminum air bertuah yang dibawa oleh seorang pencari kayu dengan mudahnya ia melahirkan tanpa bantuan bidan, dan banayk lagi cerita-cerita yang menarik dari masyarakat sekitar daerah ini tentang air bertuah.
Demikianlah ternamanya sungai ini dengan sebutan “Aek Martua” oleh masyarakat Tapanuli Selatan yang bermukim di Luhak rambah yang diberikan hak ulayat “Na pitu Huta”, yang aturan bermasyarakatnya diatur oleh kerajaan Rambah dimasa Sultan Mahmud

0 Response to "Aek Martua Kisah Sebuah Istana Jin"

Post a Comment