Sultan Ponyalinan dan Batang Lubuh
Sungai Rokan yang terdiri dari sungai Rokan Kiri, Rokan Kanan, dan Sosah adalah milik salah seoarang yang bernama Sutan Ponyalinan. Dewa Sutan Ponyalinan adalah Tuk Saih Panjang Jangguik. Batang lubuh nama lain dari Sungai Rokan Kanan yang diakibatkan murka siempunya sungai terhadap penduduknya yang lubuh. Siapa mereka itu ? dan apa yang diperbuatnya semasa itu ?
Sutan dalam arti bahasa Rambah adalah orang-orang yang besar di sungai dan dihutan, apakah Sutan adalah singakatan dari sungai dan hutan ? boleh jadi demikian, yang jelas dari cerita bahwa sutan ini adalah orang-orang besar atau sakti yang hidupnya disungai-sungai dan dihutan-hutan. Sutan disini bukanlah gelar yang dibuat dari Sumatera Barat, ini hanya kebetulan saja sama dalam penyebutan kepada orang-orang yang besar dimasa itu.
Ponyalin artinya berubah-rubah bentuk dan sifatnya, kata ponyalinan berasal dari kata dasar salin yang artinya tiru atau berubah. Sutan ponyalina adalah seorang makhluk halus yang hidup menghuni sungai Rokan, wujudnya berubah-ubah, terkadang buruk, menakutkan, terkadang dapat mencelakakan kita. Inilah yang disebut nenek moyang kita sebagai penghuni sungai Rokan.
Disebutah semasa sebelum Islam masuk ke Rokan Tua, tersebutlah seorang ayah dan ibu dan anak laki-laki dan perempuan, mereka tidak punya kesopanan yang disesuaikan keadaan zamannya, walau dikatakan primitif tetapi masih tetap memakai penutup aurat yang terminim. Pada suatu masa masyarakat dipinggiran sungai Batang lubuh didaerah Pasirpengaraian hidup tiada teratur lagi, yaitu lubuh (tiada kesopanan) dimana orang mandi tidak lagi menutup auratnya sehingga bogodang (kepala suku) dimasa itu bersama-sama berkumpul untun mengutuk masyarakatnya yang berbuat lubuh tadi, sebab dimasa itu belum ada hokum yang mengatur hal-hal demikian. Hanya dengan cara tradisional atas izin dewa mereka dengan bantuan Sutan Ponyalinan.
Tibalah berkumpul bogodang-bogodang yang dipimpin oleh bogodang-godang, untuk berdoa meminta kepada tuk Jangguik agar mengutuk perbuatan masyarakatnya yang tidak bias lagi diatur, akhirnya doa mereka terkabul. Tuk Saih Panjang Jangguik memerintahkan kepada Sutan Ponyalinan agar berubah menjadi Ular besar bertanduk tujuh memiliki anak buah seperti ula bidai, buayo, gajah menong. Adapun tugas mereka adalah menangkap orang-orang disungai yang perlakuannya tidak senonoh. Dengan adanya ancaman tersebut keadaan mulai berubah, dimana-mana merka telah berlaku sopan. Maka dinoabatkanlah sunagi Rokan Kanan ini menadi Sungai Batang Lubuh
Sungai Rokan yang terdiri dari sungai Rokan Kiri, Rokan Kanan, dan Sosah adalah milik salah seoarang yang bernama Sutan Ponyalinan. Dewa Sutan Ponyalinan adalah Tuk Saih Panjang Jangguik. Batang lubuh nama lain dari Sungai Rokan Kanan yang diakibatkan murka siempunya sungai terhadap penduduknya yang lubuh. Siapa mereka itu ? dan apa yang diperbuatnya semasa itu ?
Sutan dalam arti bahasa Rambah adalah orang-orang yang besar di sungai dan dihutan, apakah Sutan adalah singakatan dari sungai dan hutan ? boleh jadi demikian, yang jelas dari cerita bahwa sutan ini adalah orang-orang besar atau sakti yang hidupnya disungai-sungai dan dihutan-hutan. Sutan disini bukanlah gelar yang dibuat dari Sumatera Barat, ini hanya kebetulan saja sama dalam penyebutan kepada orang-orang yang besar dimasa itu.
Ponyalin artinya berubah-rubah bentuk dan sifatnya, kata ponyalinan berasal dari kata dasar salin yang artinya tiru atau berubah. Sutan ponyalina adalah seorang makhluk halus yang hidup menghuni sungai Rokan, wujudnya berubah-ubah, terkadang buruk, menakutkan, terkadang dapat mencelakakan kita. Inilah yang disebut nenek moyang kita sebagai penghuni sungai Rokan.
Disebutah semasa sebelum Islam masuk ke Rokan Tua, tersebutlah seorang ayah dan ibu dan anak laki-laki dan perempuan, mereka tidak punya kesopanan yang disesuaikan keadaan zamannya, walau dikatakan primitif tetapi masih tetap memakai penutup aurat yang terminim. Pada suatu masa masyarakat dipinggiran sungai Batang lubuh didaerah Pasirpengaraian hidup tiada teratur lagi, yaitu lubuh (tiada kesopanan) dimana orang mandi tidak lagi menutup auratnya sehingga bogodang (kepala suku) dimasa itu bersama-sama berkumpul untun mengutuk masyarakatnya yang berbuat lubuh tadi, sebab dimasa itu belum ada hokum yang mengatur hal-hal demikian. Hanya dengan cara tradisional atas izin dewa mereka dengan bantuan Sutan Ponyalinan.
Tibalah berkumpul bogodang-bogodang yang dipimpin oleh bogodang-godang, untuk berdoa meminta kepada tuk Jangguik agar mengutuk perbuatan masyarakatnya yang tidak bias lagi diatur, akhirnya doa mereka terkabul. Tuk Saih Panjang Jangguik memerintahkan kepada Sutan Ponyalinan agar berubah menjadi Ular besar bertanduk tujuh memiliki anak buah seperti ula bidai, buayo, gajah menong. Adapun tugas mereka adalah menangkap orang-orang disungai yang perlakuannya tidak senonoh. Dengan adanya ancaman tersebut keadaan mulai berubah, dimana-mana merka telah berlaku sopan. Maka dinoabatkanlah sunagi Rokan Kanan ini menadi Sungai Batang Lubuh
0 Response to "Sultan Ponyalinan dan Batang Lubuh"
Post a Comment