Rantau Binuang Sakti
Rantau Binuang Sakti adalah tempat tanah kelahiran Syeikh Abdul Wahab Rokan Al-Kholidi An-Naqsabandiah yang telah mengembangkan ajaran tarekat keseluruh Sumatera dan tutup usia di Babussalam Langkat, Sumatera Utara.
Lokasi Rantau Benuang Sakti terletak di Kecamatan Kepenuhan
Dahulu kalayang ada transportasi air sungai, orang-orang memakai sampan, pompong (boat). Setiap melakukan perjalanan jauh, mereka beristirahat di sebuah pohon yang konon ceritanya sangat besar yang tumbuh ditepi sungai Rokan Kanan, dibawahnya sangat nyaman dan aman untuk merebahkan badan yang letih. Disamping itu lokasinya sangat indah membuat orang terkesan dan berniat pindah membawa keluarganya ingin tinggal dan menetap, jadilah sebuah kampong yang diberi nama Rantau Binuang, disebabkan kayu besar itu bernama kayu Binuang.
Kampung inipun menjadi besar, maka dibuatlah sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja, dan mengikrarkan dirinya sebagai raja Binuang. Entah kenapa dan apa sebabnya daerah ini disebt tanah “bolobieh” yaitu daerah yang dijadikan sebuah kerajaan yang berdiri sendiri bukan dibawah kerajaan Kepenuhan dan bukan pula dibawah kerajaan Siak Sri Indrapura.
Rajapun silih berganti sampai masuknya Belanda menjajah, rakyat diadu domba, terjadilah peperangan antar suku, antar raja-raja kecil, bahkan dengan Belanda itu sendiri. Akhirnya dibuatlah benteng untuk pertahanan kampong ini dari serangan musuh maupun Belanda. Akibat adu domba Belanda, runtuhlah kerajaan Rantau Binuang Sakti, namun masyarakat tetap tinggal berpanutan kepada penghulu khalifah-khalifah dan ulama.
Semasa Belanda di Rantau Binuang Sakti, datnglah ulama dari Aceh dan Sumatera Barat dan saat itu pula Syeikh Abdul Wahab Rokan lahir, dalam binaan ulama tersebut ia dijarkan agama. Setelah tumbuh menjadi seorang pemuda Syeikh Abdul Wahab Rokan pindah ke Tambusai, yang pada masa itu rajanya adalah Sultan Zainal Abidin. Syeikh Abdul Wahab Rokan menetap beberapa tahun di Tambusai karena ia menikahi adik raja Tambusai.
Pada masa itu daerah maju, atas prakarsa Syeikh daerah ini mendapatkan bantuan dari luar negeri. Namun kejayaan ini tercium oleh Belanda. Sampai akhirnya Sultan Zainal Abidin ditangkap dipenjara di Madiun. Dan pada tahun 1984 Syeikh Tajudin keturunan Syeikh Abdul Wahab Rokan mendirikan sebuah rumh persulukan, masing-masing Syeikh dan Kholifah mendapat petunjuk, setiapkholifah merasakan tempat ini memiliki keramat dan kesaktian, sehingga diberi nama “Rantau Binuang Sakti”
Sekarang tempat ini hanya tinggal bekas-bekas sejarah kerajaan dan cerita Syeikh Abdul Wahab Rokan, seperti benteng, makam raja-raja dan datuk-daruk, tapak Mesjid, kolam pemandian putrid raja, kayu kundur dan lain-lainya. Setelah mendapat persetujuan dari keluarga di Besilam, maka tempat ini akan dibuka sebagai tempat kawasan wisata religi.
0 Response to "Rantau Binuang Sakti"
Post a Comment