Kritik pertama
Tuhan itu tidak ada.
Kalau memang benar ada, maka bagaimana kita bias melihatnya ? sesuatu yang ada
kan harus bias kita lihat. Kalau tidak bisa dilihat berate Tuhan itu tidak ada.
Jawab
1.
Berkata demikian kurang menunjukkan cara
berfikir yang sehat. Apakah semua yang ada di dunia ini bisa dilihat ? dan
bilamana ada sesuatu yang tidak bisa dilihat apakah langsung berarti sesuatu
itu tidak ada ?
2.
Alam kita ini penuh berbagai wujud
diantaranya banyak yang tisak dapat dilihat. Sebagai contoh : akal, roh,
listrik, udara, waktu dan lain sebagainya. Semuanya ini tidak dapat dilihat.
Apakah bisa dikatakan benda-benda tersebut tidak ada karena tidak bisa kita
melihatnya ? apabila secara membabi buta kita berani mengatakan, semua benda
tersebut tidak ada karena tidak bisa dilihat, orang akan mengatakan kita
sendiri sebagai orang yang tidak punya akal sehat atau bodoh.
3.
Apakah kita mengatakan Tuhan itu tidak
ada karena kita tidak bisa melihatnya, maka kita tidak bisa melihatnya, maka
kita dapat balik bertanya, apabila Tuahn itu berupa wujud yang bias diliaht,
mampukah orang buta melihatnya ? sudah pasti orang buta tidak akan bisa melihat
Tuhan dan ini berarti untuk dia tidak ada Tuhan. Dengan demikian kiranya jelas
bahwa alas an melihat (dengan mata) tidak dapat dijadikan ukuran untuk
mengatakan Tuhan itu tidak ada karena tidak bisa dilihat.
4.
Pandangan mata atau apa yang bisa
dilihat tidak dapat dijadikan satu ukuran yang pasti bahwa yang dilihat itu
benar-benar demikian adanya. Contohnya jika anda masukkan sebuah tongkat ke
dalam air, tongkat itu akan tampak bengkok, padahal dia sebenarnya lurus dan
bila dikeluarkan dari air akan terlihat jelas tidak engkoko. Ini menunjukkan
bahwa apa yang dilihat oleh p-andangan mata tidak menjamin keaslisan dari benda
yang kita lihat itu. Apabila Tuhan dapat
dilihat, apakah dapat dijamin bahwa yang kita lihat itu benar-benar Tuhan ?
5.
Sesuatu wujud yang terlihat oleh kita
adalah yang terletak pada satu jangkauan yang terbatas. Mata tidak dapat melihat
sgala sesuatu yang ada. Allah itu adalah wujud (zat( yang luhaur, luas dan tak
terbatas. Mata tidak akan menjangkauNya dan hal itu adalah di luar kemampuan
manusia sendiri yang dalam segala hal itu adalah di luar kemampuan manusia
sendiri yang dalam segala hal penuh dengan keterbatasan/kelemahan. Dia maha
suci, wujudNya tidak seprti kita dengan jasad kasar ini. Dia adalah cahaya yang
oleh kekuatan mata kita tidak dapat dilihat. Menatap matahari di siang hari
sdaja kita tidak mampu apa pula melihat Dia yang maha suci itu sebagai nur yang
luar biasa. Nabi Musa a.s. menyatakan ingin melihat Tuhan tetapi tidak mampu
melihatNya dengan mata kasarnya. Baru melihat cahaya bayangannya saja sudah
tidaks anggup apalagi menatapnya.
Kritik
kedua
Sekiranya
Tuhan itu satu, maka mengapa agama-agama yang berasal dari Tuhan itu juga
(agama samawi) bertentangan satu dengan yang lain ? padahal semua agama itu
berasal dari satu sumber ? semestinya agama-agama itu sejalan, tidak saling
bertentangan dan sepakat. Kenyataan ini hanyalah khayalan saja dan menjadi
bukti pula Tuhan itu sebenarnya tidak ada.
Jawaban
Adanya
silang pendapat dan perselisihan antar agama bukanlah bukti bahwa yang
menurunkan agama itu tidak ada wujudnya. Agama atau akidah itu merupakan satu
resep kebutuhan hidup bagi manusia. Yang patutu diperhatikan adalah bahwa
seorang dokter memberikan resep kepada orang yang sakit tidak sama. Dokter
memberikan resep sesuai penyakit yang diderita, oleh si pasien. Demikian pula
cara Tuhan menentukan suatu agama atau menurunkan suatu syariat diseuaikan
dengan kondisi dan keadaan manusia saat itu. Sebagai contoh Bani Israil hidup
sebagai bangsa terjajah dan tertindas untuk masa yang cukup lama. Pengalaman
hidup diperbudak itu membuat mereka kehilangan semangat dan rasa hormat diri.
Dalam keadaan itu Tuhan memberikan satu resep untuk bangkit kembali. Agar
supaya mereka bangkit dengan semangat untuk memperoleh kedudukan dan
kehormatannya kembali. Kata Tuhan kepada mereka “kuping diganti dengan kuping,
mata diganti dengan amat”. Resep ini mengandung pelajaran bagi mereka guna
merebut kembali dan kalau perlu menuntut balas guna mengambil kembali haknya.
Akhirnya Bani Israil bangkit dan dengan semangat hidup yangs sangat tinggi
sehingga selama empat belas abad lamanya mereka menjadi bangsa yang tangguh,
bahkan demikian kerasnya sampai mereka siap membalas dendam. Akhirnya Nabi Isa
a.s. pun dibangkitkan, meliaht sikap hidup bangsa Israil itu, beliau
mengajarkan “ apabila pipimu sebelah kiri ditampar, berikanlah pipimu yang
seblah kanan”. Dengan itu terjadi pertentangan lahiriah dalam resep yang Tuhan
berikan. Yang pertama supaya Bani Iarail bangkit dan menuntut balas sehingga
mereka menjadi bangsa yang keras, bahkan kasar. Nabi Isa a.s. membawa resep
yang sebaliknya, kelembutan perilaku yang sangat tinggi. Kemudian Tuhan melalui
syariat baru menurunkan resep “ ambillah tindakan keras dan tegas bila perlu
demi memelihara keutuhan, tetapi dimana perlu maafkanlah pihak lawan dan jangan
membalas dendam”.
Nah
berbedanya pemberian resep oleh satu wujud yaitu Tuhan bukanlah bertentangan
atau berselisih melainkan tindakan dan resep yang disesuaikan dengan tuntutan
keadaan dan kondisi yang ada. Justru ini membuktikan adaNya Tuhan yang maha
bijaksana. Perbedaan yang pada tempatnya itu tidak berarti agama-agama samawi
itu dating bukan dari satu sumber. Ini menunjukkan bahwa keadaan dan tabiat
manusia berubah-ubah, dengan kat alain penyakitnya tidak sama. Maka dokterpun
memberikan resep obat yan berbeda sesuai keadaan si sakit.
Pada
hakikatnya apabila direnungkan dengan cermat dan adil kita akan menemui ajaran
semua agama samawi secara mendasar adalah sama. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil diantaranya. Bila kita telaah kitab-kitab samawi yang dibawa oleh
para nabi akan kita dapatkan kesamaan dan persamaan mendasar yang menarik.
Kalaupun ada yang terlihat oleh kita tidak sama bukanlah ciptaan agama-agama
itu sendiri, melainkan ciptaan manusia yang adatng kemudian dan mengutak-atik
kitab-kitab agama tersebut. Ada kitab samawi yang diubah-ubah bahkan selalu
mengalami perubahan oleh penganutnya seperti bible (injil) agar dapat
disesuaikan dengan tuntunan zaman.
Sekiranya
ada Tuhan niscaya tidak akan terjadi perpecahan dalam umat manusia, tidka aka
nada perbedaan tingkat social apalagi yang sampai mencolok sekali. Ada yang
kaya, ada yang miskin, ada yangs ehat, ada yang sakt, ada yang lemah, ada yang
kuat dan sebagainya, sehingga terjadi penindasan yang lebih atas yang kurang.
Kritik
ketiga
Sekiranya
ada Tuhan niscaya tidak akan terjadi perpecahan dalam umat manusia, tidak akan
ada perbedaan tingkat social apalagi yang sampai mencolok sekali. Ada yang
kaya, ada yang miskin, ada yang sehat, ada yang sakit, ada yang lemah, ada yang
kuat dan sebagainya, sehingga terjadi penindasan yang lebih atas yang kurang
Jawab
Di
dalam suatu negeri, wilayah dan bagian dimana ada kaum, bangsa dan sebagainya,
demi ketertiban dan kerapihan hidup diperlukan tatanan yang serasi guna
mengatasi dan merapikan masyarakat dengan melihat kebutuhannya. Untuk itu ada
kepala negara, ada menteri, ada gubernur, bupati dan sebagainya. Perbedaan
jabatan, kedudukan dan tingkatan itu diperlukan demi ketertiban dan keteraturan,
kerapihan bermasyarakat dan kepentingan umum secara menyeluruh. Hal ini malah
sangat perlu, tanpa itu akan timbul kekacauan dan kesembrautan. Tuhan mengatur
segala sesuatu di ala mini demi ketertiban dan kemaslahatan umat manusia dan
juga makhluk lainnya. Dia menyediakan bagi kita matahari, air, udara dan semua
keperluan hidup lainnya. Dia juga menetapkan kaidah dan cara serta sistem dan
membuka kesempatan untuk setiap orang yang mau berusaha umtuk maju. Semua orang
memperoleh kesempatan terbuka, tinggal memanfaatkan dan mengambil faedah dari
padanya. Dalam kenyataannya ada yang menggunakan dan memanfaatkan kesempatan
itu ada yang tidak. Yang menggunakan kesempatan itu akan maju dan berhasil.
Orang yang melalaikan kesempatan tersebut akan merugi dan tidak memperoleh
keuntungan apa-apa. Sebagai contoh : pemerintah membuka sekolah-sekolah untuk
mencerdaskan bangsa dan rakyat secara umum. Ini satu kesempatan untuk
dimanfaatkan. Mereka yang menggunakan kesempatan itu, sekolah dengan rajin dan
sampai menjadi sarjana, mereka akan lebih maju dan beruntung. Akan tetapi yang
tidak memanfaatkan kesempatan tersebut tidak memperoleh apa-apa karena tidak
berupaya sesuai tuntutan untuk maju. Dalam kehidupan mereka tidak akan sama
dengan orang lain yang menjadi orang terkemuka dan memperoleh kedudukan social
yang memadai.
Di
dalam masyarakat kita lihat adanya kemajemukan social ada yang hidup sebagai
karyawan, pedagang, buruh, petani, pengrajin, pengusaha yang berasal dari
segala tingkatan. Tidak semua yang karyawan kantor/perusahan pasti kaya
demikian pula tidak semua petani itu miskin. Di masing-masing lapangan/bidang
tersebut ada pula tingkatannya, sesuai dengan apa yang diusahakan oleh
pelakunya. Jika si petani bekerja dengan rajin, maka ia tidak menjadi miskin.
Demikian pula jika seorang karyawan di kantor/perusahaan, jika ia malas dan
tidak bekerja keras, maka bisa-bisa diberhentikan dari jabatannya tersebut.
Pendeknya manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengubah nasibnya asalkan
ia mau berusaha keras untuk hal itu.
Kritik
ke empat
Banyak
manusia beragama dan tentu saja mereka mengakui adaNya Tuhan. Tetapi di dalam
praktek hidup mereka banyak melakukan perbuatan dosa. Kalu mereka mengakui
adaNya Tuhan mengapa mereka tidak menjauhkan diri dari perbuatan yang berdosa ?
Jawab
Menarik
kesimpulan seperti di atas kurang tepat. Dimana-mana melakukan kejahatan itu
ada saja, dan mereka yang melakukan perbuatan melanggar hokum terdapat di semua
tempat. Di negeri kita keadaannya sama dengan negeri yang lain. Padahal mereka
itu mengetahui bahwa`ada polisi, hakim, jaksa dan sebagainya yang dapat
menindak mereka. Semua pelaku kejahatan itu tahu ada hokum ada sangsinya,
tetapi tetap saja mereka melanggar. Manusia yang melakukan dosa tahu dan yakin
Tuhan itu ada, maka soalnya kalau mereka melakukan pelanggaran, tak berarti
Tuhan itu tidak ada. Atau jika di balik, melakuka perbuatan berdosa tidaklah
berarti karena tidak percaya pada wujud dan adanya Tuhan. Hanya karena tahu
Tuhan itu tidak menindak mereka secara kontan/langhsung maka mereka berani
melanggar aturanNya. Kalau tidak meliaht ada polisa orang sering melanggar
lampu merah. Tetapi bila da polisi mereka mau bersabar menunggu giliran lampu
hijau, dan hal ini sudah biasa dengan kata lain tidak aneh.
Selain
itu, mereka yang mempercayai adaNya Tuhan dan melakuan perbuatan berdosa,
sebenarnya dikategorikan yang yang beriman lemah. Mereka berTuhan, yakin Tuhan
itu ada, tetapi melanggar juga karena kelemahan iman semata. Orang yang beriman
kuat/teguh tidak akan mau melakukan perbuatan yang melanggar hokum (berdosa).
Yang penting diingat bahwa kita (manusia) ini diciptakan dengan penuh kelemahan
sehingga sekuat-kuatnya iaman seseorang tidak berarti pula ia bebas dari dosa.
Kritik
Kelima
Kalau
Tuhan itu ada dimanakah dia dan semenjak kapan dia itu ada ?
Jawab
Pertanyaan
ini tidak logis dan terlalu dibuat-buat.mengapa ? karena masalah dimana dan
kapan ini menangkut waktu atau masa. Kita semua adalah makhluk ciptaannya,
berarti kita (manusia) belakangan diciptakan, yaitu sesudah Tuhan sendiri ada.
Jangankan menyelidiki tentang Tuhan, manusia sendiri belum ada yang daopat
menjelaskan berapa sebenarnya atau sejak kapan ia diciptakan oleh Tuhan.
Kalau
keritik ini dibalik, maka kita akan bertanya : dunia ini kapan dan sejak zaman
mana berada ? kalau dijawab bahwa dunia ini ada semanjak asal maka kita juga
dapat mengatakan Tuhan itu juga sudah ada semenjak zaman dulu dan dunia ini
memang adalah hasil ciptaan, maka kita pun dapat bertanya : siapakah yang
menciptakaannya ?
0 Response to "JAWABAN ATAS KRITIKAN TENTANG TUHAN"
Post a Comment