Al-Qur'an sama sekali tidak menyebut sesuatu mengenai ayah Nabi Musa as. Yang disebut secara khusus hanya bundanya saja. Kepada bundanya itulah, Allah swt memberi kepercayaan kepada untuk membesarkan calon utusan-Nya. Kepercayaan besar itu diberikan kepada ibu Musa ketika Fir'aun tak dapat lagi menahan amarahnya melihat tingkah laku dan kejahatan orang-orang Yahudi (Bani Israil).
Dalam riwayat yang lain disebutkan tentang mimpi Fir'aun yang sangat menakutkan. Para ahli nujum dan juru ramal yang ditanya mengenai arti mimpi itu menjawab, bahwa di kalangan orang-orang Yahudi akan lahir seorang anak lelaki. Apabila besar ia akan merampas kerajaan dan mengalahkan kekuasaan Fir'aun. Ia akan mengusir penduduk asli Mesir dan mengganti agama mereka.
Fir'aun sangat percaya dengan pentakwilan mimpinya yang demikian itu. Maka sejak itu Fir'aun memerintahkan kepada segenap aparatur pemerintah, tentara dan seluruh prajuritnya, untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keluarga Yahudi.
Pada kondisi yang sangat mencekam itulah ibu Musa melahirkan anak lelaki secara sembunyi-sembunyi. Ketika itu alat kekuasaan Fir'aun sudah membunuh berpuluh ribu anak lelaki Yahudi. Darah bayi-bayi tak berdosa sudah menggenangi Mesir, yang dibunuh secara sangat sadis.
Kendati melahirkan dengan sembunyi, namun mata-mata Fir'aun yang disebar di segenap penjuru menciumnya juga. Rumah ibu Musa digrebeg dan bayi yang baru beberapa hari lahir itu nyaris diketahui oleh mata-mata Fir'aun. Untung saja beberapa saat sebelum mereka sempat masuk ke dalam rumah, kakak perempuan Musa, Maryam, sempat memberitahu ibunya, bahwa gerombolan mata-mata Fir'aun siap melakukan menggeledahan.
Di antara rasa takut dan bingung ibu Musa cepat-cepat membungkus bayinya dengan secarik kain, lalu memasukkan ke dalam sebuah wadah terbuka kemudian disembunyikan dalam tungku. Untung pada saat tentara-tentara haus darah itu datang, bayi Musa tidak menangis. Di depan para tentara itu ibu Musa berusaha dengan segenap kemampuannya menenangkan diri hingga tampak tidak terjadi apa-apa. Maryam, kakak Musa pun tidak tampak resah dan gelisah. Ia bekerja membenahi perkakas rumah dengan tenang, hingga akhirnya para alat kekuasaan Fir'aun meninggalkan rumah.
Akan tetapi ibu Musa sadar, bahwa bayinya tidak mungkin dapat disembunyikan terus menerus. Ia mencari akal untuk menyelamatkan buah hatinya. Pada saat itu datanglah petunjuk dari Allah yang berfirman, “Taruhlah dia (Musa) dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia di bengawan (Sungai Nil). Air bengawan itu pasti akan membawanya ke tepi dan dia akan diambil oleh musuh-Ku dan musuhnya.” (QS. Thaha:39).
Bayi Musa akhirnya terdampar di Istana Fir'aun hingga kemudian, ia berhasil menumbangkan keangkaramurkaan raja yang zhalim itu.
Dalam riwayat yang lain disebutkan tentang mimpi Fir'aun yang sangat menakutkan. Para ahli nujum dan juru ramal yang ditanya mengenai arti mimpi itu menjawab, bahwa di kalangan orang-orang Yahudi akan lahir seorang anak lelaki. Apabila besar ia akan merampas kerajaan dan mengalahkan kekuasaan Fir'aun. Ia akan mengusir penduduk asli Mesir dan mengganti agama mereka.
Fir'aun sangat percaya dengan pentakwilan mimpinya yang demikian itu. Maka sejak itu Fir'aun memerintahkan kepada segenap aparatur pemerintah, tentara dan seluruh prajuritnya, untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keluarga Yahudi.
Pada kondisi yang sangat mencekam itulah ibu Musa melahirkan anak lelaki secara sembunyi-sembunyi. Ketika itu alat kekuasaan Fir'aun sudah membunuh berpuluh ribu anak lelaki Yahudi. Darah bayi-bayi tak berdosa sudah menggenangi Mesir, yang dibunuh secara sangat sadis.
Kendati melahirkan dengan sembunyi, namun mata-mata Fir'aun yang disebar di segenap penjuru menciumnya juga. Rumah ibu Musa digrebeg dan bayi yang baru beberapa hari lahir itu nyaris diketahui oleh mata-mata Fir'aun. Untung saja beberapa saat sebelum mereka sempat masuk ke dalam rumah, kakak perempuan Musa, Maryam, sempat memberitahu ibunya, bahwa gerombolan mata-mata Fir'aun siap melakukan menggeledahan.
Di antara rasa takut dan bingung ibu Musa cepat-cepat membungkus bayinya dengan secarik kain, lalu memasukkan ke dalam sebuah wadah terbuka kemudian disembunyikan dalam tungku. Untung pada saat tentara-tentara haus darah itu datang, bayi Musa tidak menangis. Di depan para tentara itu ibu Musa berusaha dengan segenap kemampuannya menenangkan diri hingga tampak tidak terjadi apa-apa. Maryam, kakak Musa pun tidak tampak resah dan gelisah. Ia bekerja membenahi perkakas rumah dengan tenang, hingga akhirnya para alat kekuasaan Fir'aun meninggalkan rumah.
Akan tetapi ibu Musa sadar, bahwa bayinya tidak mungkin dapat disembunyikan terus menerus. Ia mencari akal untuk menyelamatkan buah hatinya. Pada saat itu datanglah petunjuk dari Allah yang berfirman, “Taruhlah dia (Musa) dalam peti, kemudian hanyutkanlah dia di bengawan (Sungai Nil). Air bengawan itu pasti akan membawanya ke tepi dan dia akan diambil oleh musuh-Ku dan musuhnya.” (QS. Thaha:39).
Bayi Musa akhirnya terdampar di Istana Fir'aun hingga kemudian, ia berhasil menumbangkan keangkaramurkaan raja yang zhalim itu.
0 Response to "Bunda Nabi Musa "
Post a Comment