Thursday, April 5, 2018

Imam Jahidi

Al-kisah ada seorang imam besar yang ta'at dan ahli hikmah, Beliau sungguh ingin membuktikan kepada dirinya sendiri juga kepada seluruh umat manusia, bahwa Allah selalu memberikan rizki dimanapun kita berada.
Akhirnya pada suatu waktu pergilah ia ke hutan dengan tidak membawa bekal sedikitpun.Dia memasuki sebuah gua yang ada dalam hutan tersebut. Dia benar-benar mencari tempat yang jarang di jangkau manusia,ia berdiam diri di ujung gua tersebut...
Sungguh Allah Maha Maha Pengasih dan Penyayang...
Hingga suatu waktu, cuaca sangat buruk dan turunlah hujan yang sangat lebat dan angin yang kencang.
Dan ternyata, sekelompok kapilah tengah melintas di hutan tersebut sehingga mereka tidak bisa meneruskan perjalanan. Akhirnya mereka istirahat dan tanpa sengaja mereka memasuki gua yang mana Imam Jahidi ada di dalamnya. Ketika mereka memasuki gua tersebut mereka tidak menyangka sebelumnya, bahwa ada orang yang lebih dulu masuk ke dalamnya. Akhirnya kapilah tersebut melihat seorang manusia yang sedang terdiam dengan keadaan yang sangat memprihatinkan.
Dengan lantang pimpinan kapilah memerintahkan kepada anak buahnya untuk memberikan makanan kepadanya!
tetapi sungguh membingungkan...,karena Imam Jahidi tidak bergerak sama sekali, dia hanya diam seribu bahasa. Melihat hal tersebut,salah seorang dari mereka berkata..,wahai sahabat, mungkin dia kedinginan..?sehingga tubuhnya begitu kaku seperti ini..? akhirnya salah seorang dari mereka memberikan mantelnya yang hangat untuk meyelimuti Imam Jahidi, sementara yang lain membuat tungku api untuk menghangatkan badannya.
Tetapi apa yang terjadi...?Ia tetap diam tak bergerak sedikitpun. Salah seorang dari mereka berkata kembali "mungkin ia terlalu lama menahan lapar sehingga giginya mengetat..!maka dibuatkanlah untuknya susu yang segar dengan buah-buahan yang segar pula. Tetapi semua itu tidak merubah keadaan.
Karena merasa kasihan, dua orang dari kapilah tersebut mengambil sebuah pisau dan sendok untuk membuka mulut Imam Jahidi...,namun sebelum mereka akan membuka dengan paksa mulutnya terbuka dan Imam Jahidi tertawa sehingga membuat kaget orang yang ada disekitarnya..."Apakah kamu gila...?"
Imam Jahidi menjawab dengan lantang "tidak" aku tidak gila..!



Ikrimah bin Abu Jahal

Abu Ishaw As-Ayabi'i meriwayatkan, ketika Rasulullah SAW berhasil menaklukkan kota Makkah, maka Ikrimah berkata: Aku tidak akan tinggal di tempat ini!" Setelah berkata demikian, dia pun pergi berlayar dan memerintahkan supaya isterinya membantunya. Akan tetapi isterinya berkata: "Hendak kemana kamu wahai pemimpin pemuda Quraisy?" Apakah
kamu akan pergi kesuatu tempat yang tidak kamu ketahui?" Ikrimah pun melangkahkan kakinya tanpa sedikitpun memperhatikan
perkataan isterinya.
Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabat lainnya telah berhasil menaklukkan kota Makkah, maka kepada Rasulullah isteri Ikrimah berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Ikrimah telah melarikan diri ke negeri Yaman karena ia takut kalau-kalau kamu akan membunuhnya. Justeru itu aku memohon kepadamu supaya engkau berkenan menjamin keselamatannya."
Rasulullah SAW menjawab: "Dia akan berada dalam keadaan aman!" Mendengar jawapan itu, maka isteri Ikrimah memohon diri dan pergi untuk mencari suaminya. Akhirnya dia berhasil menemukannya di tepi pantai yang berada di Tihamah. Ketika Ikrimah menaiki kapal, maka orang yang mengemudikan kapal tersebut berkata kepadanya: "Wahai Ikrimah, ikhlaskanlah saja!" Ikrimah bertanya: "Apakah yang harus aku ikhlaskan?" "Ikhlaskanlah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan akuilah bahwa Muhammad adalah utusan Allah!" Kata pengemudi kapal itu. Ikrimah menjawab: "Tidak, jesteru aku melarikan diri adalah karena ucapan itu."
Selepas itu datanglah isterinya dan berkata: "Wahai Ikrimah putera bapa saudaraku, aku datang menemuimu membawa pesan dari orang yang paling utama, dari manusia yang paling mulia dan manusia yang paling baik. Aku memohon supaya engkau jangan menghancurkan dirimu sendiri. Aku telah memohonkan jaminan keselamatan untukmu kepada Rasulullah SAW."
Kepada isterinya Ikrimah bertanya: "Benarkah apa yang telah engkau lakukan itu?" Isterinya menjawab: "Benar, aku telah berbicara dengan baginda dan baginda pun akan memberikan jaminan keselamatan atas dirimu."
Begitu saja mendengar berita gembira dari isterinya itu, pada malam harinya Ikrimah bermaksud untuk melakukan persetubuhan dengan isterinya, akan tetapi isterinya menolaknya sambil berkata: "Engkau orang kafir, sedangkan aku orang Muslim." Kepada isterinya Ikrimah berkata: "Penolakan kamu itu adalah merupakan suatu masalah besar bagi diriku."
Tidak lama selepas Ikrimah bertemu dengan isterinya itu, mereka pun pulang kembali, setelah mendengar berita bahwa Ikrimah sudah pulang, maka Rasulullah SAW segera ingin menemuinya. Karena rasa kegembiraan yang tidak terkira, sehingga membuatkan Rasulullah SAW terlupa memakai serbannya.
Setelah bertemu dengan Ikrimah, baginda pun duduk. Ketika itu Ikrimah berserta dengan isterinya berada di hadapan Rasulullah SAW Ikrimah lalu berkata: "Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah." Mendengar ucapan Ikrimah itu, Rasulullah SAW sangat merasa gembira, selanjutnya Ikrimah kembali berkata: "Wahai Rasulullah, ajarkanlah sesuatu yang baik yang harus aku ucapkan."
Rasulullah SAW menjawab: "Ucapkanlah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Ikrimah kembali bertanya: "Selepas itu apa lagi?" Rasulullah menjawab: "Ucapkanlah sekali lagi, aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya." Ikrimah pun mengucapkan apa yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW selepas itu baginda bersabda: "Jika sekiranya pada hari ini kamu meminta kepadaku sesuatu sebagaimana yang telah aku berikan kepada orang lain, niscaya aku
akan mengabulkannya."
Ikrimah berkata: "Aku memohon kepadamu ya Rasulullah, supaya engkau berkenan memohonkan ampunan untukku kepada Allah atas setiap permusuhan yang pernah aku lakukan terhadap dirimu, setiap perjalanan yang aku lalui untuk menyerangmu, setiap yang aku gunakan untuk melawanmu dan setiap perkataan kotor yang aku katakan di hadapan atau di belakangmu."
Maka Rasulullah SAW pun berdoa: "Ya Allah, ampunilah dosanya atas setiap permusuhan yang pernah dilakukannya untuk bermusuh denganku, setiap langkah perjalanan yang dilaluinya untuk menyerangku yang tujuannya untuk memadamkan cahaya-Mu dan ampunilah dosanya atas segala sesuatu yang pernah dilakukannya baik secara langsung berhadapan denganku mahupun tidak."
Mendengar doa yang dimohon oleh Rasulullah SAW itu, alangkah senangnya hati Ikrimah, maka ketika itu juga ia berkata: "Ya Rasulullah! Aku bersumpah demi Allah, aku tidak akan membiarkan satu dinar pun biaya yang pernah aku gunakan untuk melawan agama Allah, melainkan akan aku ganti berlipat ganda demi membela agama-Nya. Begitu juga setiap perjuangan yang dahulu aku lakukan untuk melawan agama Allah, akan aku ganti dengan perjuangan yang berlipat ganda demi membela agama-Nya, aku akan ikut berperang dan berjuang sampai ke titisan darah yang terakhir."
Demikianlah keadaan Ikrimah, setelah ia memeluk Islam, ia sentiasa ikut dalam peperangan hingga akhirnya ia terbunuh sebagai syahid. Semoga Allah berkenan melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada Ikrimah. Dalam riwayat yang lain pula diceritakan, bahwa ketika terjadinya Perang Yarmuk, Ikrimah juga ikut serta berperang sebagai pasukan perang yang berjalan kaki, pada waktu itu Khalid bin Walid mengatakan: "Jangan kamu lakukan hal itu, karena bahaya yang akan menimpamu adalah lebih besar!" Ikrimah menjawab: "Karena kamu wahai Khalid telah terlebih dahulu ikut berperang bersama Rasalullah SAW, maka biarlah hal ini aku lakukan!"
Ikrimah tetap meneruskan niatnya itu, hingga akhirnya ia gugur di medan perang. Pada waktu Ikrimah gugur, ternyata di tubuhnya terdapat lebih kurang tujuh puluh luka bekas tikaman pedang, tombak dan anak panah. Abdullah bin Mas'ud pula berkata: Di antara orang-orang yang termasuk dalam barisan Perang Yarmuk adalah Haris bin Hisyam, Ikrimah bin Abu Jahal dan Suhail bin Amar. Di saat-saat kematian mereka, ada seorang sahabat yang memberinya air minum, akan tetapi mereka
menolaknya. Setiap kali air itu akan diberikan kepada salah seorang dari mereka yang bertiga orang itu, maka masing-masing mereka berkata: "Berikan saja air itu kepada sahabat di sebelahku." Demikianlah keadaan mereka seterusnya, sehingga akhirnya mereka bertiga menghembuskan nafas yang terakhir dalam keadaan belum sempat meminum air itu.
Dalam riwayat yang lain pula ditambahkan: "Sebenarnya Ikrimah bermaksud untuk meminum air tersebut, akan tetapi pada waktu ia akan meminumnya, ia melihat ke arah Suhail dan Suhail pun melihat ke arahnya pula, maka Ikrimah berkata: "Berikanlah saja air minum ini kepadanya, barangkali ia lebih memerlukannya daripadaku." Suhail pula
melihat kepada Haris, begitu juga Haris melihat kepadanya. Akhirnya Suhail berkata: "Berikanlah air minum ini kepada siapa saja, barangkali sahabat-sahabatku itu lebih memerlukannya daripadaku."
Begitulah keadaan mereka, sehingga air tersebut tidak seorangpun di antara mereka yang dapat meminumnya, sehingga mati syahid semuanya. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga. Amin."
Sumber: http://groups.yahoo.com/group/kisah-kisah-islam



Biografi Ibnu Yunus

Lahir dan perkembangannya:
Nama langkapnya adalah Abul Hasan, Abdurrahman bin Ahmad bin Yunus bin Abdul A‘la. Lahir di Mesir dari kalangan keluarga yang terkenal menaruh intens terhadap ilmu pengetahuan. Kakeknya, Yunus adalah salah seorang sahabat Imam Syafii rahimahullah, sedang ayahnya adalah ahli sejarah tersohor dan ulama paling besar di Mesir.
Ibn Yunus sudah menuntut ilmu sejak kecil. Karena menonjol dalam ilmu falak dia didorong oleh Aziz billah Al-Fathimi dan anaknya, Hakim bi Amrillah untuk mengkaji ilmu falak dan matematika. Untuknya dibangun sebuah peneropong bintang di puncak bukit Muqattam, dekat Kairo, lengkap dengan alat-alatnya.
Ibn Yunus berhasil meneropong gerhana matahari dan bulan yang terjadi pada tahun 368 H./978 M.
Dalam peneropongan itu, Ibn Yunus mendapatkan masukan yang sama dengan pendapat ahli falak Bagdad. Hasil-hasil peneropongannya merupakan hasil peneropongan pertama yang tercatat secara ilmiah dan sangat teliti. Karena itu hasil karyanya banyak dipakai sebagai rujukan bagi peneliti yang datang kemudian.
Karyanya yang paling penting:
Meneropong gerhana matahari pada tahun 368 H. / 977 M. dan tahun 369 H./978 M. Dua gerhana matahari pertama yang tercatat secara ilmiah dengan penuh ketelitian.
Membuktikan bahwa gerakan bulan terus bertambah cepat.
Membetulkan condong lingkaran zodiak dan sudut pandangan mata terhadap matahari, serta mengambil inisiatif dalam penentuan garis ekuinoks.
Memecahkan banyak permasalahan pelik dalam astrometri.
Ilmuwan yang pertama memikirkan tentang penghitungan busur secunder sekaligus membuat kaedahnya secara sederhana tanpa harus menggunakan akar dan kepangkatan.
Punya andil dalam pemisahan trigonometri dari ilmu falak.
Membuat daftar tangen dan kotangen.
Menemukan cara baru yang memudahkan semua proses hitung-menghitung.
Karyanya yang terpenting adalah penemuan bandul.
Ibnu Yunus menghabiskan umurnya dalam meneliti dan meneropong gerakan benda-benda langit.
Ibnu Yunus meninggalkan sejumlah karangan dalam bidang Ilmu Falak dan Matematika, yang paling penting adalah:
  • ‎Al-Zij al-Hakimi. 
  •  Zill (Kotangen)
  • Ghayat al-intifa‘ 
  • Al-Mail (Condong)
  • Al-Ta‘dil al-Muhkam (Perubahan cermat)
  • Al-Raqqash (Bandul)
  • Sejarah tokoh-tokoh Mesir.

Biografi Ibnu Taimiyah

Nama
syeikhul islam taqiyuddin abul abbas ahmad bin abdul halim bin abdus salam bin abdullah al harani adimasqi al hambali
Kelahiran
lahir di haran tahun 661 H.
Hijrahnya
Beliau pindah ke negeri damaskus karena daerah haran diserang oleh tar-tar, beliau tinggal di damaskus mulai tahun 667 H.
Belajarnya
Beliau mendengar hadis dari iman-iman di negeri damaskus , mendengar musnad imam ahmad berkali-kali. Mempelajari hadis dan tekun membaca buku-buku. Belajar dengan para ulama untuk mendengar ilmu daari mereka selama beberapa tahun, menulis, meringkas, belajar ilmu tulisan, berhitung, sibuk dengan ilmu menghafal alqur'an, belajar fikih, belajar bahasa arab pada abdul quwa.Belajar buku karangan sibawaeh dan memahaminya, sangat faham dengan nahwu, memperoleh ilmu tafsir keseluruhannya sehingga melampaui para pendahulunya, paham hukum-hukum dan usul fiqih pada usia belasan tahun.Orang-orang sangat takjub dengan kecerdasan, kekuatan hafalan, ketajaman otak dan kecepatan dalam pemahaman.
Akhlaq beliau
Sederhana dalam makanan dan pakaian, berbakti kepada orang tua, taqwa, ahli ibadah rajin puasa sholat malam berdzikir kepada Allah dalam setiap urusan dan keadaan, selalu berharap kepada Allah dalam setiap kondisi, menjaga batasan-batasan Allah dab memerintahkan yang makruf, mencegah yang mungkar.
Kehidupan ilmiah
Beliau adalah ulama' yang agung dijamannya bahkan yang terbesar dijamannya. Hampir-hampir beliau tidak pernah kenyang dengan ilmu, selalu meneliti, tidak pernah lepas dari kesibukan dan membahas ilmu.. Tidak lah beliau memasuki sebuah cabang ilmu kecuali terbuka baginya banyak cabang-canbang pintu ilmu dan beliau memperoleh ilmu tersebut dari orang yang spesialis dibidangnya. Beliau hadir dalam majelis-majelis kajian di usia muda beliau dan berdialog bersama-sama dengan orang tua dan mengunjungi berbagai negeri.
Beliau adalah orang yang paling fakih diantara yang lain ketika bermajelis orang-orang akan memperoleh manfaat dari beliau dalam madhab mereka yang sebelumnya tidak mereka ketahui. Tidaklah beliau berbicara dalam masalah keilmuan baik ilmu syar'I maupun yang selainnya kecuali beliau adalah orang yang paling pandai dalam masalah tersebut. Beliau memiliki tulisan-tulisan yang bagus penuh dengan ungkapan-ungkapan yang runtut dan gamblang.
Beliau sangat alim terhadap perbedaan pendapat para ulama, alim tentang masalah pokok dan masalah cabang dalam agama. Kepemimpinan dalam ilmu amalan kesederhanaan keberanian tawadhu', keagungan, kejujuran, amanah, kebaikan, kehendak, ikhlas, senantiasa merasa dekat dengan Allah seakan-akan terkumpul pada beliau.
Wafat
beliau wafat di Damaskus tahun 728 H. dan jenazah beliau dimakamkan dengan diikuti oleh seluruh penduduk damaskus !

Biografi Ibnu Rusyd

Nama lengkapnya Abul Walid, Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd.
Beliau lahir di Kordoba, di sebuah keluarga yang banyak berkecimpung di bidang fikih dan pekerjaan kadi (hakim).
Ayahnya seorang kadi kerajaan pada masanya, dan kakeknya seorang ahli fikih dan ilmu-ilmu lain, serta mempunyai beberapa kajian tentang filsafat.
Di bawah bimbingan para pakar di zamannya, Ibnu Rusyd mempelajari hampir semua bidang ilmu yang ada pada waktu itu. Dia mendapatkan ijazah di bidang fikih dan kedokteran.
Menyenangi seni sastra dan syair Arab, baik yang Jahiliyah maupun Islam.
Sempat ketemu dengan ilmuwan-ilmuwan besar pada zamannya, seperti Ibnu Thufail, Ibnu Bajah, dan Abu Bakar ibn ‘Arabi.
Pindah ke Maroko sebelum mencapai usia tiga puluh tahun. Di sana beliau mendapatkan tempat di hati para pemimpinnya.
Rendah hati, cerdas, dan berpendirian kuat.
Pada saat namanya mencuat di hadapan para penguasa Mowahhid banyak orang yang iri dan mulai menghembuskan fitnah. Ibnu Rusyd kemudian dijatuhi tahanan rumah. Baru berakhir setelah satu tahun, setelah dinyatakan tidak bersalah.
Ibnu Rusyd tidak lama hidup setelah terjadi bencana yang menimpa dirinya itu. Dia meninggal setahun kemudian. Jenazahnya dibawa ke Kordova dan dimakamkan di tempat penguburan nenek moyangnya, di taman pemakaman Ibnu Abbas.
Meninggalkan karya-karya dalam bidang fikih, kedokteran, filsafat, ilmu falak, dan nahwu. Dan yang sampai kepada kita berjumlah 87 judul buku.
Yang paling terkenal: 
  • Tahafutut Tahafut (Kerancuan buku Tahafut)
  •  Faslulmaqal fi ma bainal hikmati was syari‘ati minal Ittishal (Hubungan antara agama dengan  filsafat)
  • Bidayatul mujtahid wa nihayatul muqtashid (fikih perbandingan antar madzhab)
  • Penjelasan “Republika” Plato
  • Penjelasan pendapat-pendapat tentang masyarakat idaman
  • Manahijul Adillah (metodologi mempelajari akidah)
  • Pokok-pokok pikiran dalam ilmu kedokteran

Biografi Ibnu Khaldun

Nama lengkapnya Abdurrahman bin Muhammad bin Abu Bakar Muhammad bin Hasan.
Lahir di Tunisia tahun 732 H. dalam sebuah keluarga keturunan sahabat Nabi, Wail bin Hajar, yang mempunyai asal usul dari satu suku Arab di Hadramaut, Yaman yang sejak nenek moyangnya, Khalid bin Usman telah bertransmigrasi ke Qarmunah, Andalusia. Dari Khalid inilah diambil nama Khaldun, dengan memberikan imbuhan dengan huruf wau dan nun sebagai akhiran, sebagaimana kebiasaan yang berlaku di kalangan penduduk Andalusia.
Ayahnya seorang pakar fikih yang mempersembahkan seluruh hidupnya untuk fikih dan sastra.
Di Tunisia Ibnu Khaldun tumbuh dan mulai menghafal Alquran beserta hukum tajwid. Di situ juga dia mempelajari linguistik Arab dan syariat dari bapaknya. Bapaknya selalu berusaha agar Ibn Khaldun dapat menimba ilmu dari cendekiawan di zamannya.
Waktu mudanya Ibnu Khaldun pernah bekerja sebagai pegawai negeri dalam waktu yang cukup lama.
Perkelanaannya:
Ibnu Khaldun meninggalkan Tunisia menuju Fez dan meninggalkan keluarganya di Konstantin (Qisthanthinah).
Kemudian menetap di Fez, ibu kota ilmu pengetahuan di negeri Islam Maghrib. Selama bermukim di Fez, Ibnu Khaldun tekun melakukan pengkajian, membaca dan menemui para ilmuwan Maghrib dan Andalusia. Di samping itu dia juga menjelajahi perpustakaan-perpustakaan Fez untuk memperluas bacaan dan memenuhi tuntutan keilmuannya. Pada masa ini dia telah berhasil menyelesaikan draf Mukaddimah bukunya, Al-‘Ibar.
Setelah itu Ibnu Khaldun pergi ke Andalusia, lalu pindah ke Aljazair. Di Aljazair dia bekerja sebagai pengawal istana, khatib dan mengajar di mesjid Al-Qashabah.
Tujuh tahun kemudian dia pindah ke Telmesan bersama keluarganya. Kemudian pindah dan menetap di Fez. Di sini dia tekun membaca dan mengajar. Setelah itu pergi sendiri ke Andalusia. Di sana dia sempat mengunjungi Granada sebelum bertolak menuju Maroko. Akhirnya Ibnu Khaldun bertemu dengan keluarganya kembali di Telmesan. Di sini dia menetap sementara waktu untuk menulis dan membaca lebih serius. Selanjutnya dia meninggalkan Telmesan lagi dan pergi ke benteng Bani Salamah di Aljazair untuk menetap selama empat tahun. Dalam suasana yang tenang inilah Ibnu Khaldun menulis bukunya, Al-‘Ibar berikut mengedit dan melampirinya dengan sejarah bangsa-bangsa. Seusai itu semua, dia pergi ke Tunisia lagi.
Menetap di Kairo
Pada tahun 784 H. Ibnu Khaldun berniat untuk menunaikan haji. Untuk maksud itu dia menempuh jalan laut. Setelah 40 hari perjalanan dia sampai di Alexandria, bertepatan dengan sepuluh hari setelah raja Zahir Barquq naih tahta di Mesir. Rupa-rupanya, dia tidak bisa meneruskan perjalanan haji pada tahun itu. Karena itu dia ganti haluan dan pergi ke Kairo.
Di Kairo Ibnu Khaldun langsung diserbu oleh para penuntut ilmu. Dia menerima mengajar di Mesjid Jamik Al-Azhar, yang membuat namanya terus menanjak dan dihormati oleh sultan. Setelah beberapa waktu tinggal di Kairo Ibnu Khaldun mengirim surat kepada keluarganya agar datang ke Kairo. Tetapi sultan Tunisia tidak mengizinkannya. Dia masih berharap agar Ibnu khaldun kembali. Akhirnya sultan Barquq turun tangan dan mengirim permohonan sendiri kepada sultan Tunisia.
Selanjutnya, Ibnu Khaldun diangkat menjadi guru di sekolah Al-Qamhiyah yang terletak di samping mesjid Amru bin Ash, lalu kadi mazhab Maliki. Ketika itu keluarganya mau datang dari Tunisia lewat jalan laut. Tetapi di tengah perjalanan kapal yang ditumpanginya tenggelam dihempas badai. Keluarga Ibnu Khaldun meninggal semuanya. Dia sedih sekali tertimpa musibah itu, hingga mengundurkan diri dari jabatannya. Tidak ada yang bisa menghibur dirinya kecuali menenggelamkan diri dalam lautan ilmu, mengajar, membaca dan menulis.
Hasil karyanya:
Ibnu Khaldun hanya sedikit meninggalkan karangan, yang paling terkenal adalah Al-‘Ibar wa diwanil Mubtada’ wal Khabar fi Ayyamil Arab wal Ajam wal Barbar.
Wafatnya :
Beliau meninggal dunia dan dikuburkan pada bulan Ramadan tahun 808 H. di Mesir.

Sunday, March 11, 2018

Mode Pembelajaran Presentasi

Sekolah adalah omong kosong ! “ kata Ivan Illich lantang. Iapun kemudian membeberkan sejumlah dosa sekolah; bahwa sekolah Cuma member rumus-rumus tanpa guna, bahwa sekolah justru membuang system dari konteks lingkungannya, sekolah membuat anak-anak terealienasi, dan sebagainya. Pendeknya, sekolah adalah lembaga tiada guna. “Maka bebaskanlah anak-anak kita dari sekolah”, teriaknya tanpa tedeng aling-aling. Ungkapan-ungkapan ini bisa kit abaca dalam bukunya yang kontroversial; Deschooling Society (bebas dari sekolah)
Romo Mangunwijaya memang buka Ivan Illich yang garang dan menghentak-hentak. Ia juga bukan Paulo Freire, tokoh andragogy dari Brazil yang kemudian terusir dari negerinya karena pikiran-pikiran sosiologisnya yang dianggap revolusioner dan juga punya pandangan yang radikal dalam menatap pendidikan persekolahan hari ini.
Bagi Mangunwijaya, proses pendidikan di sekolah sekarang ini, para siswa tidak di didik, tetapi di drill, dilatih dan dibentuk agar menjadi penurut. Ia menganjurkan agar para siswa kita hidup dalam suasana berpikir kritis. Sesuatu yang memang mahal di masyarakat kita. Beberapa kali Romo Mangunwijaya meratap sedih; “Dengan model pendidikan kita yang memaksa murid berpikir seragam, menghafal, taat komando, apa hasilnya ? kemunduran generasi ! sistem pendidikan yang telah kita pakai akhirnya Cuma penghasilan sekelompok fasis dan penyamun. Tak lebih: kata Romo Mangun dalam banyak kesempatan. Dalam kesempatan lain bahkan Romo Mangun ini pernah berujar bahwa pendidikan kita hanya menghasilkan generasi yang pandai ngejog!
Sebuah ungkapan kasar ? mungkin, tetapi Romo Mangun saya kira tak terlalu salah. Lihatlah kurikulum pendidikan dasar kita, yang penuh dengan aneka pesan dari soal PKK, dokter kecil, transmigrasi, dan tetek bengek yang tak ada hubungannya dengan pengembangan kreatifitas. Proses belajar mengajar setiap hari berlalu serat dengan hafalan dan terlalu verbalitas. Anak-anak yang masih berusia 6 sampai 7 tahun sudah dicekoki kata-kata abstrak yang mereka tidak pahami. Akibatnya mereka hanyam,enghafalkan bunyi-bunyi sebagaimana kita menyanyikan lagu rock`n roll sebelum buisa berbahasa Ingrish.
Kebenaran adalah apa yang dating dari guru dan apa yang selama ini dihafalkan. Mereka tak mengenal kebenaran alternative, karena memang tak dilatih untuk menemukannya. Seandainya dengan caranya menemukan pun, mereka tak berani mengutarakannya karena tak memiliki keberanian. Bukankah mereka sudah terbiasa dengan hal yang serba seragam, dari perkataan, baju, buku, dan tentu saja pola berpikir. Mereka masuk sekolah seakan-akan tak ada tujuan lain.  Kecuali disiapkan untuk menjadi calon “Pak Turut”, menjadi manusia yang selalu menurut, dalam hal apa saja terhadap kemauan generasi pendahulunya yang berjasa dan adiluhung.
Padahal, kalau kita bicara soal pendidikan, berarti berbicara  sesuatu yang amat vital bagi kehidupan manusia. Pendidikan adalah kehidupan, di sana ada interaksi, ada sosialisasi, ada tranformasi, dan sejumlah misi. Itulah maka dalam tinjauan falsafi, pendidikan adalah proses humanisasi, yakni memanusiakan manusia. Mereka yang tadinya tak mengerti ,menjadi mengerti, dari yang tak berbudaya menjadi berbudaya, dari yang bodoh menjadi pandai, dari yang belum baik menjadi baik, dari yang otaknya tidak bisa berpikir, lalu diasah agar mampu berpikir, agar ia mampu hidup bersama manusia lain dalam masyarakatnya dalam posisi kesejajaran.
Konsekuensi dari pandangan pendidikan yang demikian, maka harus ada suasana kebebasan dalam proses pendidikan. Sebab tanpa kebebasan tak aka nada berpikir kritis, tak aka nada kreativitas, dan tak aka nada karya-karya besar dari generasi dalam proses pendidikan tersebut. Tidak menjadi penurut bukan berarti penantang, tetapi menjadi manusia yang selalu menimbang sebelum mengambil keputusan.
Tanpa itu semua, barangkalai akan menjadi kenyataan apa yang akan dikatakan Romo Mangun, ketika hafalan-hafalan dalam sekolah tak mampu menjawab tantangan kehidupan yang sebenarnya dalam masyarakat, mereka menjadi fasis dan penyamun. Mereka lebih asyik lari dengan minuman keras, pil koplo, bawa clurit, berkelahi di jalanan tanpa merasa bersalah, dari pada mengamalkan ilmu untuk masyarakat. Mau bekerja, bekerja apa wong pelajaran yang diterima tidak mengajarkan mereka untuk bekerja.
Ki Hajar Dewantara berkata bahwa pendidikan adalah proses pendewasaan anak didik agar menjadi manusia yang bertanggung jawab. Tetapi mana mungkin terjadi poses pendewasaan sementara kita hidup dalam masyarakat yang belum dewasa ? unjuk rasa berbuah menjadi keberutalan, orang beda pendapat dicekal, jelas-jelas salah tak mau mundur dari jabatannya, di kritik sakit hati. Bukankah ini menjadi ciri khas masyarakat yang belum dewasa ? kalau generasi tuanya saja belum dewasa, mana mungkin akan mampu membawa generasi mudanya menjadi manusia-manusia dewasa ?
Nah ! renungan ini menjadi penting program ini akan membawa hasil yang hebat jika mampu menggelorakan seluruh warga untuk bangkit kesadaran belajarnya tak terbatas pada paket-paket pelajaran yang sudah disiapkan. Tetapi mau belajar dalam arti luas, belajar seluruh bidang kehidupan, tak hanya belajar aritmetika dan membaca, tetapi belajar bagaimana dapat hidup sebagai manusia dengan wajar, hidup sebagai manusia dalam ketinggian peradaban. Lalu memanfaatkan semua media pendidikan  untuk menjadikan dirinya sebagai manusia Indonesia yang berkualitas, berpartisipasi dalam proses pembangunan bangsa yang tengah berlangsung dengan cara dan kemampuan yang dimilikinya.
Sebaliknya program akan menjadi sebuah kegagalan jika hanya melahirkan akumulasi intelektual namun tak dapat tersalurkan dalam proses hidup yang sebenarnya yakni bekerja. Mereka tidak mendukung modernisasi bangsa, tetapi malahan menjadi beban, lantaran harus disantuni, harus dipikirkan, harus dituntun, dibimbing, dan di didik yakni pendidikan yang mencoba mengembangkan harkat dan martabat anak manusia untuk menemukan jati dirinya, melalui proses dialog, berpikir, pengembangan logika

Model Pembelajaran Presentasi

Langkah-langkah :
  1. Kartu Pertama adalah moderator, tugasnya : a). Menciptakan suasana yang aman, b). Membacakan kesimpulan, c). membacakan tata tertib acara diskusi. Kartu kedua, ketiga dan keempat sebagai nara sumber
  2.  Masing-masing kelompok mendapatkan kartu angka yang berbeda warna
  3. Penilainnya adalah : kekompakan (kelompok), kemampuan menjawab (mandiri), presentasi (mandiri), dan konten makalah (kelompok)
  4. Guru menyampaikan sub materi dan permasalahan yang ada di dalamnya, kemudian di bahas oleh masing-masing kelompok
  5. Setiap kelompok bebas memilih atau menggunakan bahan, media, dan model yang sesuai dengan kebutuhan, agar peserta mudah dalam memahaminya

Ibnu Abbas

Saya yakin nama Ibnu Abbas bukanlah nama asing di telinga umat Islam. Dia adalah sahabat Rasulullah sekaligus keluarga dekat yang menguasai Al-Qur`an dan maknanya. Dia menguasai Al-Qur`an sampai ke dasar-dasarnya.
Nama sebenarnya adalah Abdullah bin Abbas, putra paman Rasulullah Saw., Abbas bin Abdul Muthalib. Dia lahir tiga tahun sebelum hijrah. Ketika Rasulullah Saw. wafat, Ibnu Abbas baru berumur 13 tahun. Dalam usia remaja itu, dia telah mampu menghafal 1660 hadits. Hadits-hadits itulah yang mengikat hati-hati kaum Muslimin menjadi satu ikatan hingga kini. Hadits-hadits Rasulullah Saw. yang dihafal Ibnu Abbas banyak dicatat oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab shahih mereka.
Sejak usia enam tahun, Ibnu Abbas telah tinggal bersama Rasulullah. Dia menyediakan air wudhu beliau bila hendak shalat. Ibnu Abbas juga selalu shalat di belakang Rasulullah. Kemana pun Rasulullah Saw. pergi, Ibnu Abbas hampir selalu menyertainya. Segala peristiwa yang dialami Nabi Saw. direkam dalam hati dan pikirannya.
Suatu hari, ketika Rasulullah Saw. hendak melaksanakan shalat, Ibnu Abbas seperti biasa menyediakan air wudhu buat beliau. Rasulullah amat senang. Tatkala hendak memulai shalat, beliau memberi isyarat agar Ibnu Abbas berdiri di sampingnya. Tapi Ibnu Abbas berdiri di belakangnya. Usai shalat, beliau menoleh dan bertanya kepada Ibnu Abbas, "Mengapa engkau tidak berdiri disampingku." Ibnu Abbas menjawab, "Anda sangat tinggi dalam pandanganku dan amat mulia. Tak pantas aku berdiri disamping anda." Lalu Rasulullah Saw. berdoa, "Ya Allah, berilah dia hikmah."
Allah mengabulkan doa Rasulallah, dan memberi Ibnu Abbas hikmah. Ilmu hikmah yang dikuasai Ibnu Abbas melebihi para ahli hikmah yang ada saat itu. Dengan kedalaman ilmunya itu, Ibnu Abbas berhasil mengembalikan sekitar 20.000 kaum Muslimin yang sebelumnya memusuhi Ali bin Abi Thalib.
Meski telah diberikan ilmu hikmah, Ibnu Abbas tak pernah berhenti menuntut ilmu. Bila seseorang menyampaikan sebuah hadits yang diterima dari salah seorang sahabat, maka ia mendatangi orang itu ke rumahnya untuk menanyakan hal itu. Ibnu Abbas berprinsip, "ilmu harus didatangi, bukan ilmu yang mendatangi".
Kedalaman ilmu Ibnu Abbas diakui oleh beberapa ulama besar. Masruq bin Ajda, seorang ulama Tabi'in berkata, "Wajah Ibnu Abbas sangat elok. Bila berbicara sangat fasih. Dan bila menyampaikan hadits, dia sangat ahli dalam bidang itu."
Untuk mengamalkan ilmunya itu, Ibnu Abbas menjadikan rumahnya sebagai majelis ilmu kaum Muslimin. Setiap orang yang mau mempelajari Al-Qur`an diundangnya masuk. Begitu pun dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti Tafsir Al-Qur`an dan Ta'wilnya, ilmu Fara`id, Sastra Arab, Ilmu Fiqih, dan lain-lain. Setiap pertanyaan dijawab secara detil, lengkap dengan dalil-dalilnya.

Sunday, January 21, 2018

Model Pembelajaran Ayam


31. Model Pembelajaran Ayam (Ayo Ambil)

Adalah menemukan benda yang ada dalam suatu wadah, lalu meletakkannya ke dalam wadah yang lain sehingga wadah berisi penuh

Langkah-langkah
  1. Seluruh siswa diadakan simulasi, sebelum memulai model pembelajaran
  2.  Siswa dibagikan nomor antrian1-20
  3. Bagi siswa yang nomornya sama, itulah pasangan bermainnya
  4. Bagi ssiwa yang banyak memasukkan benda ke dalam wadah, dinyatakan pemenangnya, dan berhak mengikuti tahap selanjutnya
  5. Dan bagi siswa yang belum beruntung, member semangat kepada peserta yang masih bertahan
  6. Akhirnya ditemukan pemenang tunggalnya

Sunday, January 14, 2018

Biografi Ibnu Taymiyyah

Taman rindang itu dipenuhi beraneka tanaman. Bunga-bunga mewangi, sementara buah ranum menyembul disela-sela dahannya yang rimbun. Disatu pojok, sebatang tunas tumbuh dan berkembang dengan segarnya. Batangnya kokoh, rantingnya dihiasi pucuk-pucuk daun lebat dengan akar terhujam kebumi. Tunas itu khas. Ia berada ditempat yang khas. Jika fajar menyingsing sinar mentari menerpa pucuk-pucuknya. Ketika siang menjelang ia dipayungi rimbunan dahan di sekitarnya. Dan saat petang beranjak, sang raja siangpun sempat menyapa selamat tinggal melalui sinarnya yang lembut. Sang tunas tumbuh dalam suasana hangat. Maka tak heran jika ia tumbuh dalam, berbuah lebat, berbatang kokoh dan berdahan rindang. Tunas itu adalah Taqiyyudin Ahmad bin Abdilhalim bin Taymiyyah.
Ia berasal dari keluarga taqwa. Ayahnya Syihabuddin bin Taymiyyah. Seorang Syaikh, hakim, khatib, 'alim dan wara'. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah bin Taymiyyah Al-Harrani. Syaikhul Islam, Ulama fiqih, ahli hadits, tafsir, Ilmu Ushul dan hafidz.
Lahir di harran, 10 Rabiul Awwal 661 H di zaman ketika Baghdad merupakan pusat kekuasaan dan budaya Islam. Ketika berusia enam tahun, Taymiyyah kecil dibawa ayahnya ke Damaskus.
Di Damaskus ia belajar pada banyak guru. Ilmu hitung, khat, Nahwu, Ushul fiqih merupakan bagian dari ilmu yang diperolehnya. Di usia belia ia telah mereguk limpahan ilmu utama dari manusia utama. Dan satu hal ia dikaruniai Allah Ta'ala kemampuan mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda , ia telah hafal Al-qur'an.
Tak hanya itu, iapun mengimbangi ketamakannya menuntut ilmu dengan kebersihan hatinya. Ia amat suka menghadiri majelis-majelis mudzakarah (dzikir). Pada usia tujuh belas tahun kepekaannya terhadap dunia ilmu mulai kentara. Dan umur 19, ia telah memberi fatwa.
Ibnu Taymiyyah amat menguasai rijalul Hadits (perawi hadits) dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Beliau memahami semua hadits yang  termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filosof . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikul Ibnul Warid bahwa karangan beliau mencapai lima ratus judul.
Al-Washiti mengemukakan: "Demi Allah, syaikh kalian (Ibnu Taymiyyah) memiliki keagungan khuluqiyah, amaliyah, ilmiyah dan mampu menghadapi tantangan orang-orang yang menginjak-injak hak Allah dan kehormatanNya."
MUJAHID DAN MUJADDID
Dalam perjalanan hidupnya, beliau juga terjun ke masyarakat menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar. Ia tak mengambil sikap uzlah melihat merajalelanya kema'syiyatan dan kemungkaran. Suatu saat, dalam perjalanannya ke Damaskus, disebuah warung yang biasa jadi tempat berkumpulnya para pandai besi, ia melihat orang bermain catur. Ia langsung mendatangi tempat itu untuk mengambil papan catur dan membalikkannya. Mereka yang tengah bermain catur hanya termangu dan diam.
Beliau juga pernah mengobrak-abrik tempat pemabukkan dan pendukungnya. Bahkan, pernah pada suatu jum'at, Ibnu Taymiyyah dan pengikutnya memerangi penduduk yang tinggal digunung jurdu dan Kasrawan karena mereka sesat dan rusak aqidahnya akibat perlakuan tentara tar-tar yang pernah menghancurkan kota itu. Beliau kemudian menerangkan hakikat Islam pada mereka.
Tak hanya itu, beliau juga seorang mujahid yang menjadikan jihad sebagai jalan hidupnya. Katanya: "Jihad kami dalam hal ini adalah seperti jihad Qazan, jabaliah, Jahmiyah, Ittihadiyah dan lain-lain. Perang ini adalah sebagian nikmat besar yang dikaruniakan Allah Ta'ala pada kita dan manusia. Namun kebanyakan manusia tak banyak mengetahuinya."
Tahun 700 H, Syam dikepung tentara tar-tar. Ia segera mendatangi walikota Syam guna memecahkan segala kemungkinan yang terjadi. Dengan mengemukakan ayat Alqur'an ia bangkitkan keberanian membela tanah air menghalau musuh. Kegigihannya itu membuat ia dipercaya untuk meminta bantusan sultan di Kairo. Dengan argumentasi yang matang dan tepat, ia mampu menggugah hati sultan. Ia kerahkan seluruh tentaranya menuju Syam sehingga akhirnya diperoleh kemenangan yang gemilang.
Pada Ramadhan 702 H, beliau terjun sendiri kemedan perang Syuquq yang menjadi pusat komando pasukan tar-tar. Bersama tentara Mesir, mereka semua maju bersama dibawah komando Sultan. Dengan semangat Allahu Akbar yang menggema mereka berhasil mengusir tentara tar-tar. Syuquq dapat dikuasai.
PANDANGAN DAN JALAN PIKIRAN
Pemikiran Ibnu Taymiyyah tak hanya merambah bidang syar'I, tapi juga mengupas masalah politik dan pemerintahan. Pemikiran beliau dalam bidang politik dapat dikaji dari bukunya Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah fi naqdh Kalam as-Syi'ah wal Qadariyah (Jalan Sunnah Nabi dalam pemyangkalan terhadap keyakinan kalangan Syi'ah dan Qadariyah), As-Siyasah as-Syar'iyah (Sistem Politik Syari'ah), Kitab al-Ikhriyaratul 'Ilmiyah (Kitab aturan-aturan yuridis yang berdiri sendiri) dan Al-Hisbah fil Islam (Pengamat terhadap kesusilaan masyarakat dalam Islam)
Sebagai penganut aliran salaf, beliau hanya percaya pada syari'at dan aqidah serta dalil-dalilnya yang ditunjukkan oleh nash-nash. Karena nash tersebut merupakan wahyu yang berasal dari Allah Ta'ala. Aliran ini tak percaya pada metode logika rasional yang asing bagi Islam, karena metode semacam ini tidak terdapat pada masa sahabat maupun tabi'in. Baik dalam masalah Ushuludin, fiqih, Akhlaq dan lain-lain, selalu ia kembalikan pada Qur'an dan Hadits yang mutawatir. Bila hal itu tidak dijumpai maka ia bersandar pada pendapat para sahabat, meskipun ia seringkali memberikan dalil-dalilnya berdasarkan perkataan tabi'in dan atsar-atsar yang mereka riwayatkan.
Menurut Ibnu Taymiyyah, akal pikiran amatlah terbatas. Apalagi dalam menafsirkan Al-Qur'an maupun hadits. Ia meletakkan akal fikiran dibelakang nash-nash agama yang tak boleh berdiri sendiri. Akal tak berhak menafsirkan, menguraikan dan mentakwilkan qur'an, kecuali dalam batas-batas yang diizinkan oleh kata-kata (bahasa) dan dikuatkan oleh hadits. Akal fikiran hanyalah saksi pembenar dan penjelas dalil-dalil Al-Qur'an.
Bagi beliau tak ada pertentangan antara cara memakai dalil naqli yang shahih dengan cara aqli yang sharih. Akal tidak berhak mengemukakan dalil sebelum didatangkan dalil naqli. Bila ada pertentangan antara aqal dan pendengaran (sam'i) maka harus didahulukan dalil qath'i, baik ia merupakan dalil qath'i maupun sam'i.
POLEMIK IBNU TAYMIYYAH
Pribadi Ibnu Taymiyyah memiliki banyak sisi. Sebuah peran yang sering terlihat adalah kegiatannya menentang segala bid'ah, khurafat dan pandangan-pandangan yang menurutnya sesat. Tak heran jika ia banyak mendapat tantangan dari para ulama.
"Sesungguhnya saya lihat ahli-ahli bid'ah, orang-orang yang besar diombang-ambingkan hawa nafsu seperti kaum mufalsafah (ahli filsafat), Bathiniyah (pengikut kebathinan), Mulahadah (mereka yang keras menentang Allah) dan orang-orang yang menyatakan diri dengan wihdatul wujud (bersatunya hamba dengan khaliq), Dahriyah (mereka yang menyatakan segalanya waktu yang menentukan), Qadhariyah (manusia berkehendak dan berkuasa atas segala kemauannya), Nashiriyah, Jamhiyah, Hulliyah, mu'thilah, Mujassamah, Musyibihah, Rawandiyah, Kilabiyah, Salimiyah dan lain-lain yang terdiri atas orang-orang yang tenggelam dalam kesesatan, dan mereka yang telah tertarik masuk kedalamnya penuh sesat.
Sebagian besar mereka bermaksud melenyapkan syari'at Muhammad yang suci, yang berada diatas segala agama. Para pemuka aliran sesat tersebut menyebabkan manusia berada dalam keraguan tentang dasar-dasar agama mereka. Sedikit sekali saya mendengan mereka menggunakan Al-qur'an dan hadits dengan sebenarnya. Mereka adalah orang-orang zindiq yang tak yakin dengan agama. Setelah saya melihat semua itu, jelaslah bagi saya bahwa wajib bagi setiap orang yang mampu untuk menentang kebathilan serta melemahkan hujjah-hujjah mereka, untuk mengerahkan tenaganya dalam menyingkap keburukkan-keburukkannya dan membatalkan dalil-dalilnya." Demikian diantara beberapa pendapatnya yang mendapat tantangan dari mereka yang merasa dipojokkan dan disalahkan.
Tahun 705 H, kemampuan dan keampuhan Ibnu Taymiyyah diuji. Para Qadhi berkumpul bersama sultan di istana. Setelah melalui perdebatan yang sengit antara mereka, akhirnya jelah bahwa Ibnu Taymiyyah memegang aqidah sunniyah salafiyah. Banyak diantara mereka menyadari akan kebenaran Ibnu Taymiyyah.
Namun, upaya pendeskriditan terhadap pribadi Ibnu Taymiyyah terus berlangsung. Dalam sebuah pertemuan di Kairo beliau dituduh meresahkan masyarakat melalui pendapat-pendapatnya yang kontroversial. Sang qadhi yang telah terkena hasutan memutuskan Ibnu Taymiyyah bersalah. Beliau diputuskan tinggal dalam penjara selama satu tahun beberapa bulan.
Dalam perjalanan hidupnya, ia tak hanya sekali merasakan kehidupan penjara. Tahun 726 H, berdasarkan fakta yang diputar balikkan, Sultan megeluarkan perintah penangkapannya. Mendengar ini ia berujar, "Saya menunggu hal itu. Disana ada masalah dan kebaikkan banyak sekali."
Kehidupan dalam penjara ia manfaatkan untuk membaca dan menulis. Tulisan-tulisannya tetap mengesankan kekuatan hujjah dan semangat serta pendapat beliau. Sikap itu malah mempersempit ruang gerak Ibnu Taymiyyah. Tanggal 9 Jumadil Akhir 728 H, semua buku, kertas, tinta dan pena-nya dirampas. Perampasan itu merupakan hantaman berat bagi Ibnu Taymiyyah. Setelah itu ia lebih banyak membaca ayat suci dan beribadah. Memperbanyak tahajjud hingga keyakinanya makin mantap.
Setelah menderita sakit selama dua puluh hari, beliau menghadap Rabbnya sesuai dengan cita-citanya: mati membela kebenaran dalam penjara.
Hari itu, tanggal 20 Dzulqaidah 728 H pasar-pasar di Damaskus sepi-sepi. Kehidupan berhenti sejenak. Para Emir, pemimpin, ulama dan fuqaha, tentara, laki-laki dan perempuan, anak-anak kecil semuanya keluar rumah. Semua manusia turun kejalan mengantar jenazahnya.

Biografi Hasan Al-Bashri

Lahir dan pertumbuhannya: 
Nama Hasan bin Yasar, maula (hamba yang dimerdekakan untuk laki-laki, untuk perempuan maulat) milik sahabat yang mulia Zaid bin Tsabit dan ibunya, Khairah maulat milik Ummu Salamah, istri Nabi saw.
Hasan lahir di Madinah, kira-kira tahun 30 H, dia tumbuh di rumah istri-istri Nabi, terutama rumah Umu Salamah. Dia terdidik di pangkuan Umu Salamah yang merupakan salah satu wanita Arab yang paling sempurna akal pikirannya, paling bijaksana, istri Nabi yang paling luas ilmuanya dan paling banyak meriwayatkan hadis dari beliau. Juga termasuk hitungan wanita Arab yang tahu tulis baca di zaman Jahiliah. Hasan juga mendapatkan kehormatan dapat menyusu dari Umu Salamah pada saat ibunya pergi untuk suatu keperluan. Maksud Umu Salamah hanya untuk menghibur Hasan kecil yang sedang menangis karena lapar tetapi dengan kehendak Allah tetek beliau mengeluarkan susu. Demikianlah Hasan terus berpindah-pindah dari rumah Ibu kaum Mukminin yang satu ke rumah Ibu kaum Mukminin yang lain. Dari iklim yang bersih itu Hasan menghirup akhlak, agama dan ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu:
Hasan berguru kepada sahabat-sahabat terkemuka di Mesjid Rasul saw. seperti; Usman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy‘ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Umar.
Lalu dia pindah ke Basrah bersama kedua orang tuanya. Basrah pada saat itu adalah salah satu pusat keilmuan terbesar. Mesjidnya selalu ramai dengan para sahabat yang datang silih berganti, terutama Abdullah bin Abbas yang selalu disertai oleh Hasan Al-Bashri. Dari sahabat inilah dia belajar tafsir, hadis dan ilmu membaca Alquran. Dari sahabat lain Hasan belajar fikih, sastra dan bahasa, hingga menjadi orang yang ilmunya paling banyak pada zamannya.
Akhirnya banyak orang yang mendatangi majlis pengajian Hasan yang menjadi banyak dicintai orang dan namanya terkenal ke mana-mana.
Pujian ulama kepada dirinya:
Salah seorang sahabat dekatnya, Khalid bin Shafwan mengatakan, “Dia adalah orang yang batinnya sama dengan lahirnya dan perkataannya sama dengan perbuatannya. Apabila berpesan untuk melakukan kebaikan dia adalah orang yang paling banyak melakukannya dan apabila melarang dari keburukan dia adalah orang yang paling banyak meninggalkannya. Saya benar-benar telah mendapatkannya sebagai orang yang tidak membutuhkan orang lain di saat orang lain sangat membutuhkan dirinya.”
Maslamah bin Abdul Malik juga mengatakan tentang dirinya, “Bagaimana bisa tersesat suatu kaum padahal di dalamnya ada Hasan Al-Bashri?”
Nasehatnya kepada para penguasa:
Dia tidak pernah meninggalkan memberikan nasehat kepada para penguasa apabila hal itu dia anggap benar, meskipun keras. Sampai pada saat dimintai pendapat oleh Umar bin Hubairah tentang perintah yang diberikan oleh khalifah Yazid bin Abdul Malik yang menurtnya tidak tepat, “Ibn Hubairah! Takutlah kepada Allah dalam melaksanakan perintah Yazid dan jangan takut kepada Yazid dalam melaksanakan perintah Allah. Ketahuilah bahwa Allah swt. pasti melindungimu dari Yazid, sedang Yazid tidak mampu melindungimu dari Allah. Ibn Hubairah, sebentar lagi akan datang kepadamu seorang malaikat yang kejam dan tidak pernah melanggar perintah Allah, untuk memindahkanmu dari dipan dan istana yang luas ini ke kuburan sempit yang tidak engkau temukan Yazid di sana. Sebaliknya engkau akan menemukan amal perbuatanmu yang melanggar perintah Tuhan Yazid. Ibn Hubairah! Jika engkau bersama Allah dan taat kepada-Nya, akan selamat dari musibah Ibn Abdul Malik di dunia dan akhirat. Tetapi jika bersama Yazid dalam melakukan maksiat kepada Allah, Allah akan menyerahkan dirimu kepada Yazid. Ketahuilah wahai Ibn Hubairah! Bahwa seorang makhluk siapapun orangnya tidak boleh ditaati jika dia melanggar perintah Allah.” Ibn Hubairah lalu menangis hingga air matanya membasahi janggutnya.
Pesan-pesannya:
Pesan-pesan Hasan Al-Bashri menggetarkan hati, menggugah orang-orang yang lalai dan membuat air mata pendengarnya bercucuran. Dia pernah mengatakan, “Permisalan antara dunia dan akhirat adalah bagaikan timur dan barat. Apabila engkau bertambah dekat ke salah satu dua arah itu, berarti anda telah bertambah jauh dari akhirat. Dunia adalah kampung, permulaannya susah payah dan akhirnya kebinasaan. Dalam barang halalnya perhitungan, dan dalam barang haramnya siksaan. Barangsiapa merasa cukup dengannya, dia telah tertipu, barang siapa membutuhkannya, dia bersedih.”
Wafatnya: 
Hasan Al-Basri wafat pada tahun 110 H. Ketika itu penduduk Bashrah berbondong-bondong mengantar jenazahnya pada hari Jumat, awal Rajab. Semoga Allah memberinya kasih sayang yang luas.

Hasan Al-Bashri dan seorang gadis kecil

Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin. Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak beraturan.
Al-Bashri tertarik penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu.
Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
"Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini."
Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil, "Ayahmu juga sebelumnya tak mengalami peristiwa seperti ini."
Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya. Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makan ayahnya. "Gadis kecil yang bijak," gumam Al-Bashri.
"Aku akan ikuti gadis kecil itu."
Gadis kecil itu tiba di makan ayahnya. Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara diam-diam. Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam. Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu. Sejurus kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.
"Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur? Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu? Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah? Kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?
Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam? Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?"
"Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah? Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan tadi malam Ayah? Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah? Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang
menyuapimu semalam, Ayah? kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu?"
Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya. Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.
"Hai, gadis kecil! jangan berkata seperti itu. Tetapi, ucapkanlah, "Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah, Ayah? Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah? Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?"
"Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab. Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawabkan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya?"
"Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka. Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?"
"Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka. Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sebagai tulang-belulang berserakan. Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?"
"Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik. Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya. Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?"
"Jika kupanggil, engkau selalu menyahut. Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?"
"Ayah, engkau sudah tiada. Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti. Wahai Allah, janganlah Kau rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti."
Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata, "Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima. Engkau ingatkan aku dari lelap lalai."
Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.

Hamzah Bin Abdul Mutholib

Pernah mendengar sahabat yang dibunuh dan dimakan hatinya oleh seorang perempuan? Beliaulah Hamzah bin Abdul muthalib paman nabi Muhammad.
Sangat panjang perjalanan Hamzah hingga gugur di medan uhud. Tentunya menarik kisah hidup beliau, namun bagaimana mula beliau masuk Islam.
Pada suatu hari Abu Jahal berjalan melewati Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di sebuah tempat yaitu Safa. Seperti kebiasaannya ia pun mengganggu Rasulullah, mencaci, memaki dan melampiaskan dendamnya karena dianggap menghina agamanya. Rasulullah tidak menanggapi ucapan Abu Jahl. Pelecehan yang dilakukan oleh Abu Jahl terdengar oleh seorang wanita budak Jud'an bin Amir. Selesai mengumpat, abu Jahl pun pergi ke balai pertemuan orang-orang Qurays yang ada di sebelah Ka'bah. Duduklah ia bersama para pembesar Qurays.
Tidak lama berselang, Hamzah bin Abdul Muthalib datang sambil menghunus pedangnya menuju ke arah Ka'bah. Ini kebiasaannya apabila sehabis berburu, karena memang berburu merupakan kegemarannya. Selepas berburu, ia biasanya tak langsung pulang ke rumah namun terlebih dulu thawaaf di Baitullah. Hari-hari sebelumnya pabila telah selesai melakukan thawaf dan melewati balai pertemuan orang Qurays maka ia mengucapkan salam dan ngobrol bersama mereka. Memang Hamzah adalah anak muda yang disegani di kalangan orang Qurays. Ketika Hamzah berjalan menuju Ka'bah dan melintasi seorang budak wanita Jud'an maka budak itu berkata mengadu: "Wahai Abu Umarah (sebutan bagi Hamzah), seandainya saja engkau tadi melihat apa yang diperbuat oleh Abul hakam (sebutan Abu Jahal) terhadap keponakanmu Muhammad! Abu Jahl bertemu beliau di Shafa kemudian ia mengganggu, mencaci makinya dan melakukan hal-hal yang tidak beliau sukai. Setelah itu ia pergi dan Muhammad tidak menyahuti omongannya sedikit pun".
Hamzah mendengar laporan budak wanita tadi marah terhadap Abu Jahl. Ia pun segera pergi mencari Abu Jahl tanpa menggubris orang-orang lain. Ia berniatan bila bertemu dengan Abu Jahal akan mehajar dan memberinya pelajaran.
Ketika Hamzah masuk masjid, ia melihat Abu Jahl sedang duduk bersama orang-orang Qurays. Hamzah pun berjalan ke arahnya. Ketika ia telah berada di depannya, ia mengangkat pedangnya kemudian menghajar Abu Jahal hingga mengalami luka parah. Ia berkata: "Apakah Engkau mencaci maki keponakanku padahal aku seagama dengannya, dan aku berkata seperti yang ia katakan? Silakan balas jika engkau sanggup!
Melihat kondisi ini beberapa orang dari bani Makhzum mendekat kepada Hamzah untuk menolong Abu jahal. Namun Abu Jahal berkata: " biarkanlah Abu Umarah." Demi Allah, aku telah menghina keponakannya dengan penghinaan yang buruk."
Perbuatan yang dilakukan Hamzah ini sekaligus sebagai pernyataan tentang masuk Islamnya beliau dan mengikuti Rasulullah.
Masuknya Hamzah ke dalam Islam ini menyadarkan orang Qurays bahwa Rasulullah Muhammad telah kuat, terjaga, dan Hamzah akan melindunginya. Oleh sebab itu maka orang Qurays pun mulai mengurangi gangguannya kepada Rasullullah.


Hakim Bin Hazam

Hari itu Ka'bah dibuka untuk umum sesuai ketentuan. Serombongan ibu-ibu masuk ke dalam Ka'bah untuk melihat-lihat tempat suci itu. Di antara rombongan itu ada seorang ibu yang tengah hamil tua. Ia amat gembira bisa mengunjungi bangunan yang dimuliakan itu. Beberapa saat setelah berjalan-jalan, tiba-tiba perut si ibu terasa mules hendak melahirkan. Ia tak sanggup lagi berjalan keluar Ka'bah. Diberikannya tikar kulit kepadanya, maka lahirlah bayi itu.
Bayi itu diberi nama Hakim, lengkapnya Hakim bin Hazam bin Khuwailid. Hazam adalah kakak laki-laki Ummul Mukminin, Khadijah binti Khuwailid.
Hakim kecil dibesarkan dalam lingkungan keluarga bangsawan. Karenanya tak heran kalau Hakim kemudian tumbuh menjadi anak yang pandai. Setelah menginjak dewasa, Hakim diangkat menjadi kepala suku dan diserahi tugas mengurus rifadah (lembaga yang memberi bantuan kepada jama'ah haji yang kehabisan bekal) di masa jahiliyah. Tak jarang Hakim harus mengeluarkan uang dari koceknya sendiri untuk urusan yang satu ini.
Hakim juga dikenal ramah. Dia dekat dengan siapa saja, termasuk dengan Rasulullah Saw., meski usianya lebih tua lima tahun. Hubungan itu makin dekat, ketika Rasulullah menikahi bibinya, Khadijah binti Khuwailid.
Meski hubungan Hakim dengan Rasulullah begitu dekat, tapi Hakim tidak juga tergerak masuk Islam. Ia masuk Islam setelah penaklukan kota Mekkah (Fathu Makkah), kira-kira 20 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul. Itulah takdir Allah. Bukan hanya Hakim yang heran terhadap nasib dirinya, Rasulullah Saw. pun heran dengan keterlambatan Hakim masuk Islam.
Setelah menjadi muslim dan merasakan nikmatnya iman, Hakim merasa menyesal karena sebagian besar umurnya dihabiskan dalam kemusyrikan dan mendustakan Nabi Saw. Salah seorang putranya pernah melihat Hakim menangis. Ketika ditanya, apa yang menyebabkannya menangis?, Hakim menjawab, banyak sekali penyebabnya. Ia pun menjelaskan kepada anaknya.
"Pertama, keterlambatan masuk Islam menyebabkan aku tertinggal merebut banyak kebajikan. Seandainya saat ini aku menafkahkan emas sepenuh bumi, pahalanya belum sebanding dengan kebajikan yang mungkin aku peroleh dengan Islam.
Kedua, sesungguhnya Allah telah menyelamatkn dalam perang Badar dan Uhud. Waktu itu aku berjanji dalam hati tak kan lagi membantu kaum Quraisy memerangi Muhammad, dan tidak akan keluar dari kota Mekkah. Tapi, aku senantiasa ditarik-tarik kaum Quraisy untum membantu mereka.
Ketiga, setiap aku mau masuk Islam, aku lihat pemimpin-pemimpin Quraisy yang lebih tua tetap berpegang pada kebiasaan-kebiasaan jahiliyah. Lalu aku ikuti mereka secara membabi-buta. Kini aku menyesal, mengapa aku tidak masuk Islam sejak dulu. Itulah yang menyebabkan aku menangis."
Hakim bin Hazam tidak menyia-nyiakan sisa umurnya untuk beribadah kepada Allah. Ia dermakan hartanya untuk fi sabilillah. Pernah pada suatu musim haji, Hakim membawa seratus ekor unta lalu disembelihnya sebagaaai kurban untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Pada musim haji berikutnya, Hakim membawa seratus hamba sahaya (budak). Di masing-masing leher budak itu tergantung kalung perak yang bertuliskan "bebas karena Allah 'Azza wa Jalla, dari Hakiam bin Hazam". Setelah menunaikan ibadah haji, budak-budak itu dibebaskan.
Selesai perang Hunain, Hakim bin Hazam meminta harta rampasan kepada Rasulullah. Rasulullah memberinya. Hakim minta lagi dan diberi lagi oleh Rasulullah. Setelah dikumpulkan jumlahnya setara dengan 100 ekor unta. Melihat hal itu, Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya harta itu manis. Siapa yang mengambilnya dengan rasa syukur dan rasa cukup, dia akan diberi barakah dengan harta itu. Dan siapa yang mengambilnya dengan nafsu serakah, dia tidak amendapat barakah. Bahkan dia seperti orang makan yang tak pernah kenyang. Tangan di atas (memberi) lebih baik daripada tangan di bawah (meminta)."
Mendengar ucapan Rasulullah itu, Hakim bin Hazam bersumpah, "Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutus engkau dengan agama yang hak, aku berjanji tidak akan meminta-minta apapun kepada siapa saja sesudah ini. Dan aku berjanji tidak akan mengambil sesuatu dari orang lain sampai aku berpisah dengan dunia."
Sumpah itu dipenuhi Hakim. Pada masa Abu Bakar, Hakim menolak mengambil gajinya dari baitul maal. Begitupun pada masa Umar bin Khattab. Sikap ini tetap dipegang teguh hingga ia menemui Rabbnya.

Fatimah Binti Muhammad SAW

Fatimah adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah puteri yang mulia dari dua pihak, yaitu puteri pemimpin para makhluq Rasulullah SAW, Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin abdul Muththalib bin Hasyim. Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab, hasab dan nasab.
Fatimah lebih muda dari Zainab, isteri Abil Ash bin Rabi' dan Ruqayyah, isteri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga beliau bersabda :"Fatimah adalah darah dagingku, apa yang menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga menggangguku." [Ibnul Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]
Sesungguhnya dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling utama, puteri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata :"Keturunan Zainab telah tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah dan suaminya serta kedua puteranya dengan pakaian seraya berkata: "Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya." ["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: "Datang Fatimah kepada Nabi SAW meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya : "Ucapkanlah :"Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang agung. Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai nyawanya. Engkau-lah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan tiada sesuatu di bawah-Mu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari kekurangan." (HR. Tirmidzi)
Inilah Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-wanita sahabah keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW, Fatimah memeluk dan mencuci luka-lukanya dengan air, sehingga darah semakin banyak yang keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia mengambil sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan Tirmidzi) Dalam kancah pertarungan yang dialami ut kita, tampaklah peranan puteri Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini.
Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', puteri Nabi SAW, di tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan pukulan-pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit. Inilah gambaran lain dari pute sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan kepadada para pengantin masa kini yang membebani para suami dengan tugas yang tidak dapat dipenuhi.
Ali r.a. berkata :"Aku menikahi Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba untuk kami tiduri di waktu malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika Rasulullah SAW menikahkannya (Fatimah), belmengirimkannya (unta itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi. Fatimah menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra', ibu kedua cucu Rasulullah SAW :Al-Hasan dan Al-Husein.
Fatimah selalu berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang penyayang. Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad", Al-
Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra' (yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap merasa payah, dia selalu berdzikir. Imam Muslim menceritakan kepada kita tentang keutamaan-keutamaannya dan meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata :
"Pernah isteri-isteri Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a. sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW. Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya
berkata :"Selamat datang, puteriku." Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah :Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara isteri-isterinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya :"Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?" Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia Rasul Allah SAW." Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya :"Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?" Fatimah pun menjawab :"Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril biasanya memeriksa
bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun, dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah sebaik-baik orang yang mendahului-
mu." Fatimah berkata :"Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata :"Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata :"Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."
Inilah dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingg berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingg berdebu bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di luar. Dia berkata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim :"Bantulah pekerjaan puteri Rasulullah SAW di luar dan mengambil air, sedangkan dia akan mencupimu bekerja di dalam rumah :yaitu membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum."
Tatkala suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya bila engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya." Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW. Maka beliau bertanya kepadanya :"Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?" Fatimah menjawab :"Aku datang
untuk memberi salam kepadamu." Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : "Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.
Ali r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku menyuruhnya agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa membantunya guna meringankan bebannya."
Kemudian Nabi SAW bersabda :"Demi Allah, aku tidak akan memberikan pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan untuk nafkah mereka."
Maka kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka ketika keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala, tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menuti kaki, tampak kepala-kepala mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda :"Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada kalian yang lebih baik daripada
apa yang kalian minta dariku ?" Keduanya menjawab :"Iya." Nabi SAW bersabda:
"Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."
Dalam mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah Fatimah menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan :"Anakku ini mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."
Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : "Aduh, susahnya Ayah !" Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini." Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata :"Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilang Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."
Fatimah telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata :"Kami tidak mengetahui seorang pun di antara puteri-puteri Rasulullah SAW yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah."
Fatimah pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh yang kurus. Dia berkata :"Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?" Asma' menjawab :"Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan." Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat. Fatimah melihat keranda itu, maka dia berkata :"Kalian telah menutupi aku, semoga Allah menutupi aurat kalian." [Imam Adz-Dzhabi telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin Nubala'. Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said ...dari Ummi Ja'far]
Ibnu Abdil Barr berkata :"Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali dan Asma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata :
"Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu tidak kekal."
Semoga Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran, mata dan hati. Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat hubungannya dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW terluka dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya, Fatimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya, kemudian mengambil air dan membasuh mukanya.
Betapa indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta dan sayang kepada puterinya itu. Seakan-akan kulihat Az-Zahra' a.s. berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', puteri Nabi SAW, puteri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. dan mengangkut air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.
Semoga kita semua, kaum Muslimah, bisa meneladani para wanita mulia tersebut.
Amiin yaa Robbal'aalamiin.

Fatimah Putri Kesayangan Rosul

Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatimah, yang telah menikah dengan Ali prajurit umat Islam yang terkenal datang pada Nabi. Dia meminta dengan sangat kepada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jau h letaknya, di samping juga harus merawat anak-anaknya.
Nabi tampak terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu juga Beliau menjadi agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau berkata kepada sang anak dengan sinis, "Anakku tersayang, aku tak dapat meluangkan seorang pun di antara mereka ya ng terlibat dalam pengabdian 'Ashab-e Suffa. Sudah semestinya kau dapat menanggung segala hal yang berat di dunia ini, agar kau mendapat pahalanya di akhirat nanti." Anak itu mengundurkan diri dengan rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan selanjutnya tidak pernah lagi mencari pelayan selama hidupnya.
Fatima Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di Mekkah dari Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatima ialah anak yang ke empat, sedang yang lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum.
Fatimah dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang terbesar bagi umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatima mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis. Badannya yang lemah, dan kesahatannya yang buruk menyebabkan ia terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan, dan aspirasi ayahnya yag agung itu membawanya menjadi wanita berbudi tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Fatimah, yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam hal kebiasaan yang saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling disayangi ayahnya dan sangat berbakti terhadap Nabi setelah ibunya meninggal dunia. Dengan demikian, dialah yang sangat besar jasanya mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya.
Pada beberapa kesempatan Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang yang amat besar kepada Fatimah. Suatu saat Beliau berkata, "O... Fatima, Allah tidak suka orang yang membuat kamu tidak senang, dan Allah akan senang kepada orang yang kau senangi."
Juga Nabi dikabarkan telah berucap: "Fatimah itu anak saya, siapa yang membuatnya sedih, berarti membuat aku juga menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya, berarti menyenangkan aku juga."
Aisyah, istri Nabi tercinta pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa dengan sosok pribadi yang lebih besar daripada Fatimah, kecuali kepribadian ayahnya."
Atas suatu pertanyaan, Aisyah menjawab, "Fatimahlah yang paling disayang oleh Nabi."
Abu Bakar dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatimah, tapi Nabi diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka, bersifat kesatria dan penuh keberanian, kesalehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatimah. Karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang Fatimah, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual kwiras (pelindung dada dari kulit) miliknya yang bagus. Kwiras ini dimenangkannya pada waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil penjualan, dan dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara yang amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan it u dengan kesederhanaa, ialah untuk mencontohkan kepada para Musllim dan Musllimah perlunya merayakan pernikahan tanpa jor-joran dan serba pamer.
Fatima hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai mahar dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah tempat air dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu gilingan jagung.
Kepada putrinya Nabi berkata, "Anakku, aku telah menikahkanmu dengan laki laki yang kepercayaannya lebih kuat dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol dalam hal moral dan kebijaksanaan."
Kehidupan perkawinan Fatimah berjalan lancar dalam bentuknya yang sangat sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti. Fatimah di rumah melaksanakan tugas-tugas rumah tangga; seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur. Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun mereka sendiri masih lapar.
Sifat penuh perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatima Zahrah terkenal karena kemurahan hatinya.
Pada suatu waktu, seorang dari suku Bani Salim yang terkenal kamipun dalam praktek sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia memeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal makanan?" Jawab orang itu: "Tidak." Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibad menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain u ntuk penutup kepala saudara seagama Islam?" Kepala orang itu tidak memaki tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung melepas serbannya dan menaruh di a tas kepala orang itu. Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar.
Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, kearna waktu itu bukan waktu orang makan.
Akhirnya Salman pergi ke rumah Fatimah, dan setelah mengetuk pintu, Salman memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan sejak sudah tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi itu enggan menolak seorang tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."
Fatimah lalu melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Slaman, dengan permintaan agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon, seorang Yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang baru saja memeluk agama Islam itu sangat terharu. Dan orang Yahudi itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia juga memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah keluarga yang amat berbudi luhur.
Salman balik ke rumah Fatima dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya sendiri, Fatimah menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti. Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan beberapa buah buat roti intuk anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak berhak untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain kerudungnya untuk kepentinga Allah.
Fatimah dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan Muhsin, dan dua putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun kegia dan Husein pada tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu masih kecil.
Fatimah merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatima juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji Waqad, apda akhir tahun 11 Hijrah.
Dalam perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatimah tetap mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan sesuatu ke kuping Fatimah yang membuat Fatimah menangis, dan kemudian Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatimah tersenyum. Setelah nabi wafat, Fatimah menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya membisikkan berita kematianya, itulah yang menyebabkan Fatimah menangis, tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatimalah orang pertama yang akan berkumpul dengannya di alam baka, maka Fatimah menjadi bahagia.
Tidak lama setelah Nabi wafat, Fatimah meninggal dunia, dalam tahun itu juga, enam bulan setelah nabi wafat. Waktu itu Fatimah berumur 28 tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaatul Baqih (Madinah), diantar dengan dukacita masyarakat luas.
Fatimah telah menjadi simbol segala yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusa yang paling mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatima akan menjadi "Ratu segenap wanita yang berada di Surga."