Tuesday, February 28, 2017

Mari berbahasa ibu

Tanggal 21 februari yang lalu adalah hari bahasa ibu sedunia. Unesco menetapkan tanggal tersebut sebagai hari bahasa ibu sejak tahun 1999. Kprihatinan akan berangsur hilangnya bahasa-bahasa ibu telah menjadi perhatian bagi organisasi dunia yang menangani masalah pendidikan dan kebudayaan ini. Unesco menekankan pentingnya setiap bangsa menanamkan kesadaran akan urgensi pendidikan bahasa ibu kepada generasi penerusnya.
Para pemerhati bahasa memperkirakan sekitar 3000 bahasa akan punah diakhir abad ini. Disinyalir hanya separuh dari jumlah bahasa yang dituturkan oleh penduduk dunia saat ini yang masih eksis pada 2100 nanti.
Di Indonesia terdapat sedikitnya 617 bahasa daerah dar 2.348 daerah penelitian yang tersebar di seluruh tanah air, namun hanya 13 bahasa daerah yang tergolong aman karena karena penuturnya masih banyak, memiliki aksara dan tata bahasa, serta kamus. Selain itu bahasa-bahasa tersebut telah didokumentasikan, masih diajarkan di sekolah, serta digunakan di lingkungan keluarga maupun masyarakat luas. Ketiga belas bahasa daerah itu adalah bahasa Aceh, Batak, Melayu, Minangkabau, Rejang, Lampung, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Sasak, Bugis, dan Makasar. Sebagian besar bahasa-bahasa daerah di bagian tengah dan timur Indonesia sekarang berada dalam kondisi kritis dan sebagian kecil menuju ambang kepunahan.
Berkurangnya penutur suatu bahasa atau bahasa daerah merupakan akibat dari perkembangan zaman dan tuntutan social penuturnya. Sebuah bahasa mati, antara lain karena proses bilingualisme, yaitu apabila bahasa kedua diadopsi untuk berbagai tujuan untuk menigkatkan jumlah penutur bahasa itu. Dalam pengalihan bahasa (language shift) dalam situasi bilingual, yang terjadi adalah pengabaian bahasa yang lama (ancestral) yang sudah dikenal terlebih dahulu untuk bahasa yang baru (nonancentral). Penguasaan bahasa baru itu meluas, melampau batas-batas generasi dan batas-batas generasi dan batas-batas dialectal sehingga bahasa yang lama itu menjadi bahasa minoritas (Dorian, 1994:135 dalam Sugiono,2006).
Kondisi bahasa-bahasa minoritas dapat dikaitkan secara operasional dengan lima tahap klasifikasi kondisi “kesehatan” bahasa. Wurm (dalam Lauder,2006), menjelaskan klasifikasi yaitu, (1). Potentially endangered language (bahasa-bahasa yang dianggap berpotensi terancam punah), yaitu bahasa yang secara social dan ekonomi tergolong minoritas serta mendapat tekanan yang cukup besar dari bahasa mayoritas. Generasi muda atau anak-anak sudah mlai berpindah ke bahasa mayoritas dan jarang menggunakan bahasa ibu; (2), endangered language (bahasa-bahasa yang dianggap terancam punah), yaitu bahasa yang tidak mempunyai generasi muda yang dapat berbahasa ibu. Penutur yang fasih hanyalah kelompok generasi tua (dewasa); (3) seriously endangered language (bahasa-bahasa yang diangap sangat terancam punah), yaitu bahasa yang hanya berpenutur generasi tua berusia dia atas lima puluh tahun: (4), moribund languages (bahasa-bahasa yang dianggap sekarat), yaitu bahasa yang dituturkan oleh beberapa orang sepuh yang berusia sekitar tujuh puluh tahun ke atas; dan (5), extinct language (bahasa yang dianggap punah), yaitu bahasa yang penuturnya tinggal satu orang sehingga tidak ada teman berkomunikasi dalam berbahasa itu.
Apa yang menimpa beberapa bahasa ibu di Indonesia dan di dunia tak ubahnya seperti ancaman eksistensi yang dialami oleh bahasa-bahasa daerah di Indonesia saat ini. Atas nama globalisasi banyak orang Indonesia mengganti begitu saja bahasanya dengan bahasa lain yang dianggap memiliki prestise. Disisi lain, bahasa Indonesia sebagai persatuan kerap “dipaksaan” sebagai bahasa yang harus dituturkan sehari-hari masyarakat di seluruh penjuru negeri sehingga”diam-diam” menyingkirkan bahasa-bahasa daerahnya.
Usaha untuk mempertahankan kelangsungan bahasa ibu menjadi bahasa yang bergengsi dan sarana komunikasi utama bukanlah pekerjaan mudah. Namun, beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai acuan awal bagi pemangku kebijakan untuk memasyarakatkan bahasa ibu/daerah agar tetap terjaga kelestariannya adalah, (1). Language loyalty (memperkokoh loyalitas bahasa), language pride (kebanggaan berbahasa), (2). Jangan mematikan dialek-dialek bahasa daerah dengan memaksakan suatu dialek yang dianggap standar atau yang berpandangan miring terhadap suatu dialek bahasa daerah. Sekarang ini kita melihat upaya daerah upaya keras memperhatikan bahasa daerah dengan cara standarisasi bahasa daerah sambil meminggirkan dialek-dialek. Akibatnya, banyak dialek bahasa daerah terancam punah. Hal lain yang bisa dilakukan adalah mendorong penggunaan bahasa daerah di berbagai ranah, selain ranah percakapan sehari-hari, diantaranya: (1) sebagai bahasa pelayanan public (terutama di tingkat local), (2). Media elektronik dan cetak, (3). Dan di dalam kelas maupun di luar kelas. Gagasan revitalisasi bahasa daerah akan menemui jalan buntu apabila penggunaan bahasa daerah masih “dipenjara” dalam ruang lingkup yang terbatas.
Khir kata, hal lain yang dapat dianjurkan adalh mengubah pola piker kita. Harus ada sebuah rekayasa budaya, seperti yang disampaikan oleh Lauder (2006), seorang manusia Indonesia dapat dikatakan cendikia apabila sekurang-kurangnya menguasai tiga bahasa, yaitu bahasa daerah untuk membentuk jati diri, bahsa inggrish sebagai media menyerap ilmu pengetahuan dan berkiprah ditataran internasional,bahsa Indonesia sebagai media untuk berkiprash di tataran nasional.
Apabila tuntutan itu muncul, maka setiap manusia Indonesia dengan bangga menyatakan dirinya multilingual. Dengan sendirinya kebanggaan fasih berbahasa daerah dapat ditingkatkan sehingga budaya yang mendukung daya hidup bahasa daerah itu dapat dipertahankan secara alamiah. Jadi, fokuskita tidak hanya pada pelestarian bahasa tetapi juga pada budayawan. Bahasa dengan sendirinya akan punah jika kita merusak habitat budaya penuturnya. Semoga bahasa daerah bisa menjadi tuan di rumah kita masing-masing. 

Batu dan pohon mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW

Saat-saat menjelang penobatan Muhammad sebagai utusan Allah kepada segenap lapisan masyarakat yang bernaung di kaki langit ini. Allah senantiasa memperhatikan perilaku beliau dengan member sifat senang menghindari keramaian. Beliau gemar menyendiri, mendaki gunung, hingga singgah di sana beberapa bulan. Memnadang keindahan alam sekitarnya, rerumputan yang sedang menghijau. Beliau merenungi keelokan langit berhias warna biru, bergantung di angkasa tanpa penyangga dan tonggak. Merenungi matahari dan bulan yang senantiasa bersinar bagai pelita buana, seluruhnya melambangkan keagungan Allah.
Kadang-kadang beliau berjalan-jalan ke luar kota Mekah untu menikmati keindahan fenomena-fenomena alam. Batu-batu dan pohon-pohon yang dileawati selalu mengucapkan salam. Beliau menengok ke kanan dank e kiri, tak tampak batang hidung manusia, kecuali hanya pepohonan dan bebatuan.
Menjelang hari penobatannya sebagai Rosul, beliau senantiasa mendapat impian yang benar. Bilamana pada malam harinya beliau bermimpi, maka apa-apa yang diimpikannya akan menjadi kenyataan di waktu pagi. Mimpi itu bukannya remang-remang yang sulit dilihat, akan tetapi jelas dan gambling laksana fajar di waktu pagi hari.
Bermula dari situ, beliau gemar mengasingkan diri dari keramaian dan senantiasa berada di gua hira hingga turunlah wahyu yang pertama kali yaitu surat Al-alaq 1-5. Wahyu ini sebagai lambing pengangkatan beliau sebagai utusan Allah untuk seluruh umat manusia dengan membawa agama yang benar. 

Nabi Muhammad SAW dinaungi Awan

Rosulullah hidup di sebuah pedesaan kaum Banu Saad dalam waktu yang agak lama. Kemudian beliau hidup bersama ibundanya. Setekah berumur enam tahun, beliau diajak pergi oleh ibunya bersama Ummu Aiman berkunjung untuk ziarah ke makam ayahnya dan paman-paman saudara ibu beliau (Banu Najar).
Seusai ziarah, beliau diajak pulang ke mekah, ditengah perjalanan ibunda tercinta terserang penyakit yang sampai merenggut ajalnya, dan dikebumikan di desa Abwa. Sesudah itu beliau beliau pulang bersama Ummu Aiman. Setelah di kota Mekah, Ummu Aiman mengisahkan peristiwa tersebut kepada kakeknya Abdul Mutholib. Abdul Mutholib mendengarkan dengan hati yang dirundung duka, pilu dan resah. Dia termangu-mangu merenungi nasib yang dialami menantunya, terutamacucunya yang sudah ditinggal ayah dan ibunya.
Betapa pahit penderitaan cucunya yang masih berusia enam tahun ini. Oleh sebab itu dia senantiasa menaruh iba dan kasih saying yang tak kunjung surut. Hingga pada suatu hari, anak-anak dan cucu-cucunya timbul rasa iri yang terelakkan.
Beliau selalu menyayani kakeknya Abdul Mutholib sebagai ganti ayah ibunya yang sudah mendahuluinya. Namun belahan kasih saying ini tidak lama setelah ajal menjemput kakeknya  saat Muhammad berusi delapan tahun. Sebelum meninggal, kakeknya berwasiat kepada Abu Tholib mengenai pemeliharaan cucu yatim piatunya. Jangan sampai tersisihkan oleh cucu yang lain. Abu Tholib menerima wasiat itu dengan linangan airmata, menangis terisak-isak.
Kemudian Muhammad diasuh oleh pamannya, dia selalu menaruh rasa kasing sayang padanya. Muhammad juga cinta kepadanya. Pamannya tergolong orang yang tak berada dan menanggung kehidupan anggota keluarga yang banyak jumlahnya, dan masih harus menanggung beban lagi yaitu menerima Muhammad sebagai anak asuh.
Pada suatu hari Abu Tholib ingin melanjutkan perniagaan ke negeri Syam. Saat itu nabi Muhammad menginjak usia 12 tahun. Jadi masih terlalu dini bila diajak berdagang. Oleh sebab itu dia memutuskan berangkat ke negeri Syam sendiri. Namun dia masih merasa berat sekali berjauhan dengan Muhammad begitu juga Nabi merasa sedih bilaberjauhan dengan pamannya.kafilah telah siaga untuk berangkat, namun Abu Tholib masih mondar-mandir untuk mengambil keputusan, Muhammadpun datang kepangkuannya dan Abu Tholib merasa terharu dibuatnya. Akhirnya dia berkata, “Demi Allah! Aku takkan meninggalkannya dan dia harus berdampingandenganku untuk selama-lamnya.
Muhammad merasa gembira setelah mendengar keputusan tersebut, beliau bergeggas pergi ke biliknya untuk berkemas-kemas dan menata perbekalan yang dibutuhkan. Setelah itu beliau menunggang kendaraannya dan duduk dibelakang pamannya.
Kafilah segera berangkat, inilah pertama kali beliau berkelana di gurun pasir. Hari demi hari telah dilalui, tempat demi tempat dilampaui, kota Syam hamper diambang pintu kafilah ingin berhenti untuk melepaskan lelah dan sekedar mengambil nafas.
Seorang pendeta bernama Bukhaira keluar dari biara di atas bukit yang menjulang. Dia telah lama benar menanti kafilah ini, sebab itu dia memandang ada keajaiban yang mengundang perhatiannya. Ada awan putih berarak-arak di angkasa yang selalu menaungi kafilah itu. Setelah dekat dengan gunung, merekaberhenti dan awan putih itu lenyap dari pandangan. Namun dari bukit yang tinggi pendeta itu tertegun mengamati sesuatu yang langka, ganjil dan ajaib. Kafilah yang berteduh di bawah pohon besar dan tinggi itu tidak tersengat terik matahari yang panas. Hal ini karena tangkai dan dahan-dahan pohon yang berdaun rindang telah melenggok ke tanah memayungi kafilah itu.
Kemudian ia memerintahkan para pelayannya untuk mengundang kafilah itu makan bersma di rumah pendeta BBukhaira. Mereka amat gembira mendapat kehormatan dijamu oleh Bukhaira, seorang pendeta alim yang kondang.
Sesudah mereka tiba di rumah Bukhaira, beliau mengamati mereka satu persatu, barangkali ada diantara mereka yang mempunyai sifat-sifat sebagaimana tercantum dalam kitab-kitab suci. Akan tetapi dalam pengamatan kali ini dia tidak berhasil menjumpai orang yang mempunyaisifat sebagaimana ungkapan yang tercantum dalam kitab-kitab sudci. Lantas dia bertanya, “Apakah masih ada orang yang ketinggalan dalam kendaraan?” mereka menjawab, “Ada”.
Bukhaira bertanya, “”Mengapa tidak diajak kesini?” merea menjawab, “Dia masih anak kecil, kami tinggalkan dia agar menjaga barang-barang milik kami, Bukhaira berkata, “Ajaklah dia kemari agar bisa makan bersama kami”.
Setelah beliau memperhatikan hal-hal yang ajaib itu, dia yakin bahwa dalam kafilah itu ada nabi yang diutus Allah. Oleh karena itu hatinya masih belum tentram sebelum mengetahui orangnya. Setelah nabi datang ke rumah Bukhaira, dia mengamat-amatinya dengan seksama, mungkin anak ini memilki sfat-sifat yang tertera dalam kitab sucinya.
Sesudah mereka makan hidangan yang disajikan, Bukhaira berdiri menghampiri Muhammad dan menanyakan hal-hal yang ada kaitannya dengansifat-sifat akhir zaman. Seluruh pertanyaan telah dijawab oleh beliau dengan gambling. Tidak salah lagi, Bukhaira mengambil sikap tegas bahwa orang inilah kelak yang akan menjadi Nabi terakhir.
Lalu ia memanggil Abu Tholib, siapakah ayah anak ini?” Abu Tholib menjawab, “putraku” Bukhaira berkata, “tidak orang seperti engkau ta layak mempunyai anak seperti ini”. Abu Tholib berkata, “Dia putra saudaraku.”
Ketika itu di berpesan kepada Abu Tholib,kembalilah nada dengan kemenakanmu ini ke mekah, dan hati-hatilah dengan orang Yahudi. Sebab bilamana mereka memahami apa yang aku pahami, mereka akan merigkus dan menyiksa anak ini”. Abu Tholib! Kemenakanmu ini kelak akan menjadi orang besar.”
Setelah mendengar tutur kata Bukhaira, Abu Tholib senantiasa berhati-hati, mawas diri dan menaruh perhatian sepenuhnya kepada keselamatan Muhammad. Oleh karena itu setelah berniaga ke negeri Syam dia lekas-lekas pulang ke kota Mekah.
Di saat Nabi Muhammad berumur dua puluh lima tahun, beliau menerima saran dari pamannya agar memasarkan barang-barang dagangan Khodijah. Pada suatu hari Abu Tholib berkata kepada beliau, “Aku dengar Khodijah punya dagangan banyak, biasanya ada beberapa orang yang ditugaskan sebagai penjual untuk memasarkan dagangannya di negeri Syam. Nanti dia akan memberi beberapa persen dari jumlah keuntungan yang didapat. Alangkah baiknya bila kamu melamar pekerjaan sebagai penjual. Barangkali dia lebih percaya kepadamu daripada orang lain sebab dia sudah memahami budi luhurmu.”
Setelah mendengar saran-saran itu, beliau segera pergi ke tempat Khodijah dan mengatakan bahwa beliau ingin memasarkan barang-brangnya. Lalu Khodijah dengan riang gembira menerima beliau sebagai penjual dan berjanji akan member persentase keuntungan melebihi teman-temannya.
Sesaat lagi kafilah akan berangkat berniaga, beliau mengemasi perbekalan dan peralatan yang harus di bawa dalam bepergian. Dalam perniagaan ini beliau didampingi oleh Maisyarah budak Siti Khodijah.
Kafilah perniagaan berangkat melewati gurun pasir dan melawan terik matahari yang amat panas. Maisyarah yang senantiasa bersama beliau menyaksikan keajaiban yang langka sekali dijumpai dalam kehidupannya. Bila matahari telah terbit panasnya menyengat tubuh, suasana lingkungan beliau terasa sejuk, lantaran ada awan putih berarak-arak yang memayungi beliau selama dalam perjalanan. Bilamana terik matahari berkurang dan suasana terasa nyaman, maka arak-arakan awan itu menghilang lenyap dari pandangan.
Dalam perjalanan Maisyarah bersama Nabi Muhammad terdapat keajaiban lagi, yaitu ada dua unta berjalan amat lambat, sehingga dia tersisih dibelakang. Dua unta itu sangat lelah, tenaganya telah banyak terkuras. Oleh sebab itu dia merebahkan diri di atas tanah. Bukan main dongkolnya hati penunggang unta itu, dia menjadi marah, cambuknyapun mulai melecuti tubuh unta itu. Meskipun begitu si unta masih tetap terkapar di atas tanah, peluhnya bercucuran. Orang-orang berusaha agar unta itu segera bangun. Jika tidak bangun, maka perjalanan kafilah akan terlambat, perniagaan akan tertunda, sehingga barang dagangan tidak akan laku. Pada sat itu tersiratlah dihati Maisyarah untuk mengadu kepada Nabi Muhammad, mungkin beliaulah yang dapat membantu mengatasi masalah ini. Maka dia pergi mengdaukan kejadian ini kepada roaulullah.
Setelah Nabi Muhammad mengetahui peristiwa itu, beliaupun turun tangan dan menghampiri unta yang hamper meninggal  karena kehabisan tenaga. Tiba-tiba unta itu menjerit seolah-olah mengadukan beban derita yang dialaminya. Lalu Muhammad mengusap kedua kaki sampai tumit, ternyata unta itu bangun dan mampu berjalan dengan gesit sekali.

Nabi Muhammad SAW dalam kandungan

Sewaktu bunda Aminah binti Wahab mengandung beliau, dia melihat berbagai keajaiban. Tidak seperti orang-orang hamil yang lain. Dia sudah berfirasat baik terhadap bayi yang akan dilahirkannya.
Pada suatu malam dia pernah bermimpi, seolah-oleh ada cahaya dari perutnya yang memancarkan sinar terang benderang menerangi seluruh alam. Hingga dalam mimpi itu ia dapat memandang gedung yang berdiri tegak di kota Syam. Pagi harinya dia mengisahkan apa yang dilihat dalam mimpinya itu kepada suaminya seraya berkata, “Semalam aku bermimpi seolah-olah ada cahaya dari perut yang menerangi alam sekitarku, hingga aku dapat memandang gedung-gedung kota Syam. Sesudah itu aku mendengar suara bahwa aku sedang mengandung pemimpin umat ini.”
Istri Abdul Ash mengatakan, “ketika aku mengunjungi Aminah pada malam kelahiran Nabi Muhammad aku melihat di dalam rumah Abdullah (ayahanda Rosul) seolah cahaya menerangi seluruh rumah. Aku melihat seolah ada binang yang mendekat, sehingga aku khawatir ada bintang yang mendekat, sehingga aku khawatir kejatuhan.”
Suasana rumah menjadi riang gembira, banyak kerabat dan handai taulan berkunjung ke rumah Abdullah mengucapkan selamat atas kelahiran bayi yang dinanti-nanti. Abu lahab pun ikut gembira walaupun pada masa selanjutnya dia selalu merintangi perjalanan anak ini. Tidak diduga kalau pada waktu itu Abu Lahab membebaskan budaknya, berjalan-jalan di atas bumi persada dengan gembira. Hal ini dilakukan Abu LAhab semata-mata ia amat gembira atas bayi yang dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa ada aib dan gangguan-gangguan yang menggusarkan.
Abdul Mutholib sebagai kakek Nabi juga turut bahagia atas lahirnya bayi itu dalam keadaan selamat dan normal. Setelah itu dia berjalan menuju masjidil haram dengan membawa bayi itu, ingin thawaf di ka`bah, samara-mata turut bergembira dan bersyukur kepada Allah SWT.
Pada malam kelahirannya penuh dengan hal-hal ajaib sebagai lambing bahwa bayi yang dilahirkan itu tidak seperti kebanyakan bayi. Ia nanti akan mampu mengemban risalah yang akan memporak-porandakan kubu-kubu kebathilan. Oleh bayi ini,
Pada malam itu banyak berhala yang terpancang rapi di muka ka`bah jatuh tersungkur di atas tanah, sebagai lambing bahwa ide-ide penyembahan berhala akan dikikis habis dan ka`bah akan dibersihkan dari arca-arca itu.
Pada malam itu ada cahaya dari rumah beliau yang dapat menyinari gedung-gedung yang menjulang tinggi di kota Sayam. Hal ini mennadakan bahwa agama yang dibawa oleh bayi ini nanti akan dapat tersebar di kota Syam, dan penduduk kota itu akan disinari ajaran beliau.
Pada malam itu tembok mahligai Persia retak, dan empat belas jendelanya jatuh berguguran. Biasanya tembok istana dibangun dengan kekuatan bangunan yang melebihi rumah perkampungan rakyat. Walaupun demikian rumah perkampungan rakyat tidak mengalami apa-apa. Pada malam itu malh tembok mahligai raja yang retak. Hal ini menandakan bahwa agama yang dibawa beliau pada suatu saat akan mampu menumbangkan pemerintah kerajaan adidaya Persia. Buan itu saja, malah keratin-keratonnya banyak yang tumbang.
Api Persia yang dinyalakan bertahun-tahun, tak pernah padam walau sekejap, dan memang sengaja dijaga ketat. Bila bahan bakarnya habis, ditambah terus menerus, ia memang menjadi sesembahan rakyat setempat. Malam itu padam artinay agama yang dibawa oleh anak bayi ini akan mengubur ide itu.

Sunday, February 26, 2017

Abu Dzar menegur hamba sahanya

Abu dzar Al-Ghifari adalah seorang sahabat yang terkenal. Ia termasauk dalam golongan orang-orang ahli zuhud. Ia tidak pernah mengumpulkan atau menumpuk harta benda. Ia juga menginginkan agar orang lain juga tidak mengumpulkan harta benda. Ia selalu mengecam orang kaya yang tidak mau menafkn sebagian hartanya, maka kholifah Usman menyarankan agar ia pergi  menyendiri ke suatu tempat yang bernama Rabdzah, yang terletak di suatu kampong dekat hutan, yang memiliki penduduk sedikit.
Abu Dzar mempunyai beberapa ekor unta yang unta-unta itu digembalakan oleh seorang lelaki yang sudah tua dan sangat lemah. Pada suatu ketika, seorang pemuda dar Banu Salim datang kepadanya dan berkata bahwa dirinya ingin sedikit berkhidmad kepadanya sehingga dapat mengambil manfaat dan pelajaran dari dirinya.
Pemuda itu berkata, “Saya akan mengembalakan unta-untamu, dan saya akan sellau siap membantumu sehingga dapat mengambil berkah darimu. Abu Dzar menjawab, “Wahai kawanku, itu terserah kepada ketaatanmu kepadaku. Apabila engkau siap untuk mentaatiku, maka tinggallah bersamaku dengan penuh semangat. Apabila engkau tidak mendengar perkataanku, maka sungguh aku tidak memerlukanmu.”
Orang dari Banu Salim tersebut bertanya, “Ketaatan seperti apakah yang engkau maksudkan” maka ia berkata, “Maksudnya jika aku menyuruhmu menyumbangkan sebagian dari hartaku, hendaknya engkau langsung menyedekahkan hartaku yang paling baik.” Maka ia menjawab, “Saya menerima persyaratan itu.” Mak tinggallah lelaki itu bersamaAbu Dzar.
Pada suatu hari, seseorang datang dan member kabar kepada Abu Dzar bahwa ada orang membutuhkan air, juga makanan. Tanpa banyak Tanya ia langsung menemui pelayannya sambil berkata, “Ambillah seekor onta.”
Selanjutny pelayan tersebut bercerita, “Maka saya pergi mengamati unta yang paling baik. Ternyata, ada seekor onta menurut saya peling baik, yang jika dijual harganya sudah pasti laku tinggi. Disamping kerjanya juga kuat unta itu memang jinak atau penurut sekali.”
Sesuai dengan janji saya kepada Abu Dzar, untuk memilihkan pemberian yang terbaik, maka saya membawa unta tersebut kepadanya. Tetapi saya bertanya dalam hati, unta inikah yang akan diberikn kepada orang-orang miskin itu? Padahal unta ini unta terbaik kalau diberikan kepada orang-orang iti, maka saya segera mengembalikan unta itu dan mengambil seekor onta yang hanya agak baik saja. Kemudian saya menghadap beliau sambil membawa unta tersebut.
Abu Dzar berkata, “Engkau telah berkhianat kepadaku.”Saya segera mengerti maksudnya, karena telah mengingkari kesepakatan dalam perjanjian yang lalu. Saya segera kembali mengambil unta yang paling baik tadi.
Kemudian ia berkata kepada orang-orang yang duduk disampingnya, :Adakah dua orang diantara kalian yang siap bekerja untuk Allah? Maka dua orang dari mereka segera berdiri. Abu Dzar berkata kepada keduanya, “Sembelihlah unta itu dan potong-potonglah. Kemudian bagikan kepada rumah siapa saja yang memerlukannya, berikanlah nanti ke rumahku, bagian sama dengan lainnya!” lanjutnya. Padahal, sebenarnya rumah Abu Dzar termasuk hitungan yang memerlukannya.
Selesai membagikan daging tersebut, ia memanggil saya lagi, dan berkata, “Aku memerintahkanmu agar mengembil barang yang paling baik untuk disedekahkan. Tetapi engkau dengan sengaja atau lalai telah mengingkarinya. Kalau engkau lupa tak mengapalah.” Saya pun menjawab, “Sebenarnya saya tidak lupa, karena pada mulanya telah mengambil unta yang paling baik. Saya piker unta ini paling baik kerjanya dan sangat diperlukan. Lalu saya tinggalkan.”
“Engkau tidak memenuhi keperluanku,” katanya lanjutnya, “Inginkah kau mengetahui apakah keperluanku? Keperluanku adalah pada hari akhir ketika diriku dalam kubur sendirian. Ingatlah, harta benda terdapat tiga bagian, pertama adalah sudah ditakdirkan pasti akan dibawa baik maupun buruk pasti diambilnya, kedua harta warisan yang dibagikan dan ketiga adalah amalmu.
Oleh karena itu harta yang saya sukai adalah harta yang terbaik yang secepatnya bisa saya berikan kepada Allah sehingga menjadi tabungan di khirat kelak. Inilah sebenarnya harta yang sedang saya kumpulkan.
Dari riwayat ini tercermin perilaku yang dapat dipetik mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk hari akhirat nanti. Seperti hadits Nabi, “Hartanya adalah yang telah disumbangkan, dan ditinggalkan adalah warisan!”


Ketakwaan kholifah Abu Bakar

Telah menjadi kesepakatan bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling utama di kalangan ahli sunnah dan seluruh manusia manapun di dunia ini selain para anbiya alihimus salam.
Begitu tingginya keimanan beliau, sehingga Rosulullah sendiri yang telah memberitakan kabar gembira kepadanya bawa ia akan menjadi pemimpin jemaah di syurga kepadanya bahwa ia akan menjadi pemimpin jamaah di syurga nnti. Semua pintu syurga akan memanggil-mnggil namanya.
Seperti disabdakan Nabi, “Dari kalangan umatku, yang paling dahulu masuk surge adalah Abu Bakar.
Meskipun demikian Abu Bakar justru mengatakan, “Alangkah baiknya jika aku menjadi sebatang pohon akhirnya ditebang dan dijadikan kayu bakar.”
Pada saat lainnya ia juga pernah berkata, “Alangkah baikny jika ku menjadi rumput saja yang akan dimakan oleh binatang-binatang ternak.” Terkadang ia berkata, “Alangkah baiknya jika aku menjadi rambut seorag mukmin.”
Suatu saat pernah ia berada dalam sebuah taman. Tidak  jauh darinya ada seekor burung bertengger. Abu Bakar berkata, “Wahai burung, alangkah nikmatnya kamu, kmu makan, minum dan beterbangan diantara pepohonan, tetapi diakhirat, tidak ada kitab hisab bagimu. Seandainya Abu Bakar menjadi sepertimu.”
Rabiah Aslami pernah bercerita, “Pada suatu saat aku pernah bertengkar dengan Abu Bakar, ia telah mengucapkan perkataan kasar kepadaku. Maka iapun berkata kepadaku, “Ucapkanlah kepadaku perkataan yang kasar, sehingga akan menjadi balasan bagiku.” Tetapi aku menolaknya, ia malah berkata, “Kamu harus mengucapkannya, kalau tidak aku akan menemui Rosulullah untuk mengadukan hal ini.” Aku tetap tidak menjawab sepath katapun atas perkataannya itu.
Kemudian ia bangun dan pergi meninggalkanku, ketika itu ada beberapa orng dari Banu Aslam, kebetylan menyaksikan kejadian itu. Mereka berkata, “orang aneh sekali. Dia sendiri yang memulainya, ia sendiri yang mengadukannya ke Rosulullah.
Aku berkata, “Tahukah kamu siapa dia? Dia adalah Abu Bakar. Jika kamu menyakituinya, berarti kamu menyakiti Rosulullah, jika kamu menyakiti Rosulullah, berarti kamu menyakiti Allah, maka siapak ah yang bisa menyelamatkan kehancuran Rabiah?”
Akhirnya saya menemui Rosulullah dan menceritakan kejadian tersebut. Beliau bersabda, “Kamu tidak mau membalas dan tidak mau menjawab, itu sudah baik.. tetapi untuk mengembirakan hatinya sebaiknya kamu mengucapkannya. Semoga Allah memaafkan engkau, wahai Abu Bakar!”
Hikmah dari cerita ini merupakan contoh rasa takut kepada Allah, yang mana hanya karena sepenggal kata sepele saja Abu Bakar sudah begitu takutnya akan pembalasan nanti di akhirat. Ia sangat ,memikirkan dan sangat mengkhawatirkannya. Padahal beliau sendiri yang memulai dan beliau sendiri yang mengadukan halnya kepada Rosulullah, dengan harapan agar melalui Rosulullah, Rabiah mau membals perbuatannya.
Dihari-hari dimana kita saling mencaci dengan mudahnya, tidak ada rasa khawatir sedikitpun pada diri kita bagaimanakah kita nanti diakhirat akan mendapatkan balasannya. Atau bagaimana kita nanti menghadapi hari hisab dari perbuatan kita tersebut. Bandingkan dengan perilaku Abu Bakar.

Bulan yang terbelah oleh tangan Rosulullah

Habib bin Malik adalah Raja jahiliyah yang berkuasa di negeri Syam. Orang-orang kafir menggelarinya “Rahain atau Quraisy” karena ia terkenal seorang penyembah berhala yang fanatic dan sangat benci sekli dengan agama baru yang di dakwahkan di bumi ini.
Abu Jahal merasa mempunyai kesempatan emas. Ia berusaha mengadu domba Raja Habib bin Malik dengan Rosulullah. Abu Jahal segera mengirim utusan menyampaikan berita mengenai Nabi baru dan ajaran yang dibawanya, sehingga Raja Habmfmffbib penasaran dan ingin bertemu langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Lalu Raja Habib pun menjawab kembali melalu utusan Abu Jahal dan mengatakan akan segera bertemu langsung dengan Rosulullah.
Berangkatlah hari itu si Raja Habib bin Malik menuju Mekah. Setelah mendekati kota Mekah, ia mengirim utusan agar memberitahukan kedatangannya kepada Abu Jahal. Abu Jahal beserta pembesar kafir Quraisy lainnya segera menyambut kedatangannya dengan member aneka hadiah harta benda maupun hamba sahaya.
Dalam pertemuan tersebut Raja Habib bin Malik segera bertanya perihal Muhammad pada Abu Jahal. Ia berkata, “sebaiknya, itu tuan tanyakan saja kepada keluarga dari Bani Hasyim.”
Kemudian Raja Habib bin Malik bertanya kepada kerabat beliau, mereka menjawab dengan jujur. “Kami mengetahui masa kecilnya Muhammad adalah anak yang bisa dipercaya, jujur serta baik budi pekertinya. Tetapi sejak menginjak usia 40 tahun ia menyepelekan Tuhan-tuahn yang kami sembah. Ia menyiarkan agama selain dari agama nenek moyang kami.”
Mendengar jawaban itu, ia segera memerintahkan utusan memanggil Muhammad, katanya, “Bila tidak mau dipanggil dengan cara yang sopan, maka paksalah supaya mau datang kemari.”
Akan tetapi dengan tidak dipaksapun Rosulullah segera bergegas menuju ke tempat Raja Habib bin Malik serta orang-orang kafir Quraisy berada. Beliau hanya ditemani oleh teman setianya, Abu Bakar serta istri beliau, Khodihak r.a.
Khodijah tidak henti-hentinya meneteskan air mata selama dalam perjalanan menuju tempat perkumpulan itu. Ia sangat khawatir atas keselamatan suaminya. Begitu pula dengan Abu Bakar juga terlihat dari raut wajahnya kecemasan yang dalam. Namun ia hanya diam saja karena sangat percaya bahwa Muhammad pasti bisa mengatasinya.
Tetapi pada Khodijah r.a yang sangat gelisah dan cemas tidak tahan lagi menahan sehingga bertanya, “Ya, Rosulullah sesungguhnya kami sangat mengkhawatirkan keadaan dan keselamatanmu dan murkanya orang-orang kafir itu.”
Jawab beliau, “Kalian jangan takut, kita serahkan saja semuanya kepada Allah SWT.” Ketika berangkat, Rosulullah memakai jubah warna merah dan sorba hitam, pemberian Abu Bakar.
Kedatangan Rosulullah disambut dengan cukup ramah oleh Raja Habib bin Malik, dengan mempersilahkan beliau untuk duduk di kursi emas yang telah dipersiapkan sebelumnya. Kekhawatiran Khodijah membuat dia berdoa kepada Tuhan seraya berkata, “Ya Allah, tolonglah Muhammad dan kuatkan hujjahnya.”
Ketika Rosulullah telah duduk di kursi yang disediakan oleh Habib bin Malik, terpancarlah kemilau sinar wajahnya yang penuh kewibawaan dan membuat segenap yang hadir tertegun.
Habib pun  mengawali pembicaraan, “Wahai Muhammad, tentu engkau telah mengetahui bahwa setiap Nabi mempunyai mukjizat. Apakah mukjizat yang engkau miliki?”Mendapat pertanyaan seperti itu, beliau tidak langsung menjawab, malah bertanya kepada Habib, “Mukjizat apakah yang engkau kehendaki?”
Maka mulailah Habib mengeluarkan tangannya. Ia berkata, “Aku menginginkan Matahari yang sedang bersinar itu, engkau tenggelamkan, kemudian munculkan Bulan. Setelah Bulan itu muncul, alu turunkanlah dengan tanganmu sendiri. Setelah Bulan berada di tanganmu, lalu belahlah Bulan itu menjadi dua bagian dan masukkanlah masing-masing ke lengan bajumu, sebelah kiri dan kanan. Kemudian, keluarkanlah lagi bulan itu dari kedua lengan bajumu, lalu satukanlah lagi. lalu kembalikanlah Bulan itu ke tempat semula. Jika kamu semua dapat melakukan itu, aku akan beriman kepadamu dan mengakui ke Nabianmu.”
Suatu permintaan yang aneh sekali dalam perjalanan Rosulullah bahkan terasa terlalu mengada-ngada. Adapun Abu Jahal sangat gembira sekali karena yakin Muhammad tidak akan bisa melakukannya. Betapa terperanjat semuanya ketika Rosulullah angkat bicara, jawabnya, “Aku penuhi permintaanmu!”
Bagi Rosulullah tidak ada sesuatu yang mustahil, selama ia meminta pertolongan Tuhan, pasti akan dikabulkan. Bahkan, bila beliau disuruh membalikkan bumi sekalipun, tidak bakal menolaknya.
Lalu beliau berjalan kea rah gunung Abi Qubaisy dan langsung solat dua rakaat. Selesai solat lalu menengadahkan kedua tangannya tinggi-tinggi, berdoa memohon kepada Allah agar apa yang menjadi permintaan Habib terpenuhi. Maka datanglah 12.000 Malaikat tidak seorangpun mengetahui kedatangan Malaikat tersebut kecuali Rosulullah. Malaikat berkata, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya Allah telah menyampaikan salam kepadamu,”
Dan Malaika6t melanjutkan, Allah berfirman, “Wahai kekasihku, janganlah engkau takut dan ragu, sesungguhnya Aku senantiasa bersamamu dimanapun kamu berada. Aku telah menetapkan keputusanKu sejak zaman azali, tentang apa yang manjadi permintaan Habib bin Malik pada hari ini. Sekarang enkau ke hadapn mereka untuk menunjukkan hujjah tentang kerasulanmu. Ketahuilah,sesungguhnya Allah yang memperjalankan Matahari dan Bulan dan mengganti siang dan malam. Selain itu, Habib bin Malik mempunyai seorang putrid yang cacat, tidak mempunyai kaki dan tangan serta buta. Allah telah mengabarkan berita tersebut kepadamu. Sekarang, Allah telah menyembuhkan anak perempuan Habib menjadi seorang perempuan yang sempurna bentuknya, bisa berjalan, bisa meraba, dan bisa melihat.”
Maka bergegaslah Rosulullah turun dari gunung Ab Qubaisy dan menjumpai orang-orang kafir Quraisy yang menantinya. Bias cahaya memantul dari wajah Rosulullah semakin bersinar. Sedangkan, di atasnya para Malaikat pimpinan Jibril berbaris mengikuti langkah-langkah Rosulullah.
Hari berganti senja, Matahari hamper tenggelam ke peraduannya, suasana menjadi remang-remang. Kemudian, beliau berdoa agar Bulan keluar, maka keluarlah Bulan dengan sinar yang terang-benderang.
 Dan dengan kedua jarinya, Rosulullah mengisyaratkan agar Bulan segera turun. Tiba-tiba suasana menjadi amat menegangkan karena terdengar suara gemuruh yang sangat menyeramkan. Awan berjalan mengiringi turunnya Bulan ke tangan Rosulullah. Kemudian, setelah Bulan berada di tangan beliau, dibelahnya bulan menjadi dua bagian. Masing0-masing dimasukkan ke dalam lengan bajunya. Satu di kiri dan satu di kanan. Tidak lama kemudian beliau mengeluarkannya, dan menyatukannya kembali. Maka jadilah terlihat oleh semua orang bahawa Rosulullah tenganh menggenggam Bulan sedang bersinar terang.
Hal ini membuat semua yang menyaksikan sangat takjub dan hanya bisa terbengong. Lebih terkejut lagi karena kemudian mereka mendengar suara bergema, “Aku bersaksi bahwa tidak ad Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusanNya.”itu suara Bulan yang bersaksi akan kerasulan beliau, seperti permintaan Raja kafir, Habib bin Malik.
Kejadian tersebut menggobcang perasaan yang hadir di tempat itu. Memang inilah mukjizat luar biasa hebatnya dan disaksikan dengan mata langsung oleh Habib bin Malik. Ia menyadari tidak ada kekuatan sihir sedahsyat ini, akan tetapi belum puas jua untuk menguji Rosulullah. Ia benar-benar mau mencoba seperti yang dikatakan Jibril. Kata Habib, “Aku masih mempunyai satu permintaan syarat lagi untuk mengujimu.”
belum lagi Habib menyambung ucapannya, beliau telah terlebih dahulu mengatakan, “Engku mempunyai seorang putrid yang cacat bukan? Sekarang Allah telah menyembuhkannya dan menjadikannya seorang putrid yang sempurna.”
Mendengar ucapan beliau, sangatlah girang hati Habib bin Malik seketika itu. Ia angsung berseru di hadapan khalayak ramai, “Hai penduduk Mekah, kalian  yang telah beriman janganlah kembali kafir karena tidak ada lagi yang perlu diragukan dengan peristiwa ini. Ketahuilah sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusannya.” Peristiwa ini diakhiri dengan masuk islamnya Habib bin Malik, serta bala tentaranya.
Tiada yang paling jengkel dan marah melihat peristiwa itu selain Abu Jahal. Ia terperangkap oleh permainan yang ia buat sendiri. Dengan emosi, ia langsung mendekati Habib dan berkata,”Wahai junjungan orang Quraisy, apakh engkau beriman kepada tukang sihir itu, hanya dengan melihat kehebatan sihirnya?” Habib ternyata tidak menghiraukan ejekan Abu Jahal. Ia segera berkemas untuk pulang ke negeri asalnya karena tidak sabar lagi ingin melihat putrinya.
Setibanya di istana, ia disambut dengan meriah oleh rakyatnya. Di depan pintu gerbang, ia disambut oleh putrinya yang kini lengkap dengan anggota badannya dan mengucap, “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusanNya.”
Habib terkejut mendengar kata-kata putrinya, lalu ia bertanya, “Wahai putriku, darimana kamu mengetahui ucapan seperti ini?” siapa yang mengajarinya?” jawab putrinya, “Aku bermimpi. Dalam tidurku, aku di datangi oleh seorang lelaki rupawan. Ia berkata bahwa ayahandanya telah masuk Islam. Jika aku mau jadi wanita muslimah anggota tubuhku akan lengkap. Tentu saja aku mau kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat, seberti yang barusan kuucapkan tadi.”
Seketika itu juga Habib bersujud ke hadirat Allah SWT, dikarenakan rasa syukurnya yang tiada terhingga. Sebagai tanda rasa syukur, Habib bin Malik mengirimkan hadiah kepada Rosulullah, sebagai rasa terima kasih tas pertolongan yang telah diberikan kepadanya.

Mukjizat Rosulullah menghilangnya di hadapan utusan

Perkembangan Islam tumbuh dengan segala peristiwa suka duka. Memasuki tahun ke-9 hijriah nama kaum muslimin semakin harum apalagi dengan kemenangan-kemenangannya dalam perang. Dari itu semakin banyak negeri tetangga yang mengirim utusan, bahkan hamper seluruh jazirah Arab. Oleh karenanya tahun ke-9 hiriah ini juga terkenal sebutan “tahun utusan”” atau disebut juga “Amul Wufud”.
Namun ternyata tidak selamanya semua utusan yang datang kepada Rosulullah bermaksud baik, karena ada seperti Amir ibnu Tufail malah bermaksud membunuh beliau dalam pertemuan tersebut. Ia bersekongkol dengan Ibad bin Qays. Ia merupakan utusan wakil dari bani Ami yang memang sudah sejak lama tidak merasa senang dengan ajaran Rosulullah, bahkan sangat benci sekali.
Rencana busuk itu dilaksanakan Ibada dan Amir pada saat meeka berhadapan dengan Rosulullah dalam sebuah ruangan dan sedang membicarakan masalah-masalah agama Isalam. Pada saat yang ditentukan Amir dan Ibad member suatu isyarat rahasia supaya melakukan rencana dengan segera. Ibad mengetahui isyarat Amir segera bergerak membelakangi Rosulullah untuk membunuh beliau.
Ketika Ibad sudah berada di belakang Rosulullah, pedang yang ada ditangannya pun tinggal dibacokkan kea ran Rosulullah, namun Amir melihat jelas wajah teman sekongkolnya yang tampak tercengang dan kebingungan. Ibad seperti mencari-cari buruannya yang mendadak hilang, maka pedang yang ditangannya pun gagal mandi darah.
Ketika mereka berdua ada diluar ruangan, hal itu tentu dipertanyakan oleh Amir ibnu Tufail dengan nada yng marah, “ Mengapa engkau tidak membunuhnya, hai penakut?” Ibad yang tak sudi disebut ganti menjawab, “Hai Amir, bukannya aku takut! Bukankah kamu juga telah tahu keberanianku?” Lalu kenapa engkau tidak jadi membunuh Muhammad?” Tanya Amir penasaran. “Hai Amir! “Sesungguhnya aku telah mengalami keajaiban yang luar biasa, setiap kali pedangku aku ayunkan kearahnya, tiada yang kulihat kecuali engkau seorang. Sedang aku sama sekali tidak melihat Muhammad. Apakah engkau mau kubabat dengan pedangku?” Tanya Ibad. Muhammad itu ada di depanmu tolol!” bentak Amir. Benar memang Muhammad ada di depanku. Tetapi setiap aku hendak memukulkan pedangku, hanya engkaulah yang terlihat di depan mataku. Dari pada aku nanti membunuhmu, maka aku mengurungkan niatku!”
Begitulah cara Allah SWT menjaga utusannya, kekasihnya yang suci dan selalu terlindungi. Sebagai balasan atas rencana jahat mereka, Rosulullah meminta kepada Allah agar member laknat kepada Amir dan Ibad. Maka Allah mengabulkan permohonan kekasihNya. Amir terserang kolera hingga meninggal sebelum sampai ke rumahnya, sedangkan Ibad mati tersambar petir menggelepar-gelepar.

Rosulullah mengetahui isi surat di balik sanggul wanita

Perjanjian damai antara kaum musyrikin Quraisy dan kaum muslimin di Madinah maupun yang masih tinggal di Mekah telah lama berjalan dengan baik, kaum muslimin di Mekah sangat menghormati isi perjanjian damai itu. Walaupun terkadang kaum musyrikin ada saja ulahnya untuk menghina kaum muslimin, namun kaum muslimin tetap menjaga sikap mereka untuk menghormati Rosulullah SAW.
Keadaan tersebut masih berlangsung samapi pada suatu hari terjadi keributan antara dua kabilah yaitu kabilah Bakar yang masih kafir dengan kabilah Khuza`ah yang kebanyakan telah masuk Islam. Kejadian itu diawali dengan senandung seorang dari kabilah Bakar yang isinya sangat menghina merendahkan Rosulullah. Hal ini dilakukan di depan kabilah Khuza`ah dengan berulang-ulang. Kabilah Khuza`ah mendiamkannya saja dengan harapan orang-orang dari kabilah Bakar akan segera menghentikan senandung itu. Demi terciptanya kelanggengan perjanjian, mereka takacuh saja.
Namun, orang-orang kabilah Bakar seperti sedang menantikan reaksi pendengarannya. Kalimat-kalimat sindiran yang dilagikan itu terasa panas menusuk hati kabilah Khuza`ah. Karena ada yang tak tahan salah seorang dari kabilah Khuza`ah langsung datang ke kabilah Bakar dan meninju orang-orang yang sedang bernyanyi itu, hingga orang itu terjungkal. Lalu orang yang meninju itu kembali dengan girangnya.
Orang kabilah Bakar merasa dicoreng mukanya, lalu melapor kepada pemimpin suku Quraisy, sementara orang dari kabilah Khuza`ah tidak mengetahui hal itu.
Perlakukan malu itu menyebabkan kabilah Bakar mengirim algojo-algojo untuk menghabisi orang-orang Khuza`ah yang tidak menyangka akan kedatangan algojo itu. Ketika tiba dengan pedang terhunus, mereka terkejut, akan tetapi karena keadaan kabilah Khuza`ah yang lemah itu tidak kuasa menahan serangan hingga sekonyong-konyong mereka dihabiskan oleh kabilah Bakar.
Penganiayaan itu benar-benar perbuatan zalim.tetapi naifnya, mereka hanya bisa menangisi, dan meratapi nasib yang memilukan saat lebih dari dua puluh kepala-kepala dari kabilah Khuza`ah dipancung sia-sia oleh kabilah Bakar.
Akhirnya kabilah Khuza`ah mencoba mengadu kepada Rosulullah mengingat dahulu Rosulullah akan melindungi dan membela hak-hk kaum muslimin yang ada di Mekah! Maka, keputusan telah bulat dan mereka terpaksa melapaor kepada Rosulullah. Utusan yang terpilih untuk menghadap Rosulullah adalah Amru bin Salim Al-Khuza`i. ia berangkat ke Madinah ditemani beberapa orang.
Setibanyan di Madinah, iapun menceritakan atas perjanjian damai kaum muslimin telah dikhianati oleh kaum musyrikin. Setelah Rosulullah berkata, “Aku akan membela kamu sekalian sebagaimana aku melindungi diri sendiri.
Menyadari kekuatan yang ada pada kaum muslimin sekarang itu, akhirnya kabilah Bakar dan kaum musyrikin menyadari kesalahannya dalam melanggar perjanjian yang mereka lakukan. Namun apa hendak dikata, peristiwa sudah terjadi, tetapi dengan kemurahan hati Rosulullah saja yang mereka harapkan agar bisa menjernihkan suasana. Hal ini justru meresahkan kalangan kafir Quraisy dan kabilah Bakar. Kegelisahan serta ketakutan itu ditujukan pada pelaku pembantaian.
Jalan satu-satunya uintuk menghindari bentrokan dengan kaum muslimin yang kini telah berlipat ganda jumlahnya, adalah dengan menemui Rosulullah dan meminta kebijaksanaan dari beliau. Mereka segera mengutus Abu Sufyan untuk menemui beliau dan merundingkan kemungkinan untuk memperbaharui perjanjian tersebut.
Sesampainya Abu Sufyan di Madinah, ia tidak langsung menemui Rosulullah, namun mampir dulu ke rumah putrinya yang kini menjadi istri Rosulullah, yakni ummu Habibah.
Ketika Abu Sufyan telah masuk ke rumah putrinya ia melihat sebuah tikar yang terhampar di lanati dan ia bermaksud menduduki tikar tersebut. Namun buru-buru Ummu Habibah melipatnya dan berkata, “Tikar ini adalah tikar Rosulullah, sedangkan ayah masih kafir.”
Mendengar kata-kata putrinya yang terasa menyakitkan itu, Abu Sufyan berkata, “Hai putriku, apakah engkau dengki kepadaku? Apakah engkau tidak suka jika aku duduk di atas tikar tersebut? Ummu Habibah menjawab, “Tikar ini tikar Rosulullah, ayah, sedangkan ayah masih dalam keadaan musyrik!” Abu Sufyan marah dan berkata dengan ketusnya, “Sejak kamu jauh dariku. Ternyata sifat jahat telah bersarang di hatimu!” Lalu, Abu Sufyan meninggalkan rumah puterinya untuk menemui Rosulullah yang ketika itu sedang berada di Mesjid.
Begitu berjumpa dengan Rosulullah, Abu Sufyan meminta kepada Rosulullah untuk mengubah isi perjanjian tersebut tanpa memberitahukan peristiwa sesungguhnya yang terjadi antara kabilah Bakar dan kabilah Khuza`ah. Saat itu Rosulullah, “Adakah peristiwa hangat yang telah terjadi

Unta besar yang membela Rosulullah

Seperti yang kita ketahui, permusuhan Abu jahal dan Abu Lahab terhadap Rosulullah sudah sedemikian memuncaknya, sampai tidak dapat dikatakan sebagai permusuhan antara manusia dan manusia. Apalagi perlakuan seorang paman terhadap kemenakannya. Dulu , ketika kelahiran Muhammad Abu Jahal sampai memerdekakan budaknya karena membawa berita gembira itu kepadanya.
Namun, setelah Muhammad menjadi Nabi dan mengajaknya menuju kebenaran, I malah berbalik memusuhinya. Bahkan lebih dari itu, ia berkali-kali hendak membunuh dan mencelakakan beliau. Akan tetapi setiap kali ingin mencelakai Nabi, ia sendiri yang kena getahnya. Disamping usahanya tidak pernah berhasil, ia juga sudah dipastikan mendapat pengalaman pahit.
Namun begitu, ia tidak jera sedikitpun dan terus berusaha untuk membunuh beliau dengan cara-cara yang paling licik sekalipun. Sebagai seorang yang berotak normal, ia seharusnya dapat membuka hati dan pikirannya untuk menerima kebenaran Islam setelah berkali-kali melihat mukjizat Rosulullah, tetapi malah semakin besar permusuhannya terhadap beliau.
Dimanapun ia berada, Abu Jahal selalu menjelek-jelekkan Rosulullah disertai ancaman-ancaman hendak membunuh beliau bila ada kesempatan. Pada suatu kesempatan lain dihadapan kafair Quraisy, ia mencaci maki Rosulullah dengan mengatakan bahwa Muhammad adalah berlidah panjang karena menghina tuhan-tuahn berhala yang disembah oleh kaum Quraisy dan menyuruh menggantinya dengan menyembah Tuhan yang maha esa. Kemudian dengan sesumbar, ia berkata “Lihatlah, besok akan kubawakan batu besar dan akan kulemparkan ke kepalanya, biar hancur dia!” Dan resikonya akan kutanggung sendiri biar kalian merasa puas setelah mati.”
Pada keesokan harinya, Abu Jahal benar-benar membuktikan ucapannya. Ia bersama para tokoh Quraisy lainnya duduk bercengkrama sambil berteriak sambil menantikan kedatangan Rosulullah. Abu Jahal telah mempersiapkan batu besar di sampingnya. Kawan-kawan Abu Jahal denga setia menantikan apa yang kiranya bakal menimpa Muhammad.
Abu Jahal mendekati Rosulullah yang sedang solat. Dan ketika Rosulullh sedang sujud, ia mengangkat batu besar yang dibawanya dan akan dipukulkan ke kepala Rosulullah. Tetapi saat itu ia melihat ada lubang (parit) di hadapannya dan seekor unta besar yang membuka mulutnya lebar-lebar hendak menelan Abu Jahal.
Abu Jahal menggigil ketakutan. Ia letakkan batu besar itu ke tanah dan segera lari terbirit-birit. Dengan nafas turun naik ia berkata kepada teman-temannya yang sedang menanti kabar keberhasilannya. “aku hampir binasa. Aku hampir saja binasa. Seekor unta besar hendak menerkam dan menelanku.”
Begitulah kiranya, betapa para Malaikat melindungi Rosulullah. Frman Allah :
“Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang seseorang hamba ketika dia mengerjakan solat ? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran atau dia menyuruh bertakwa kepada Allah ? Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling ? Tidakkah dia mengetahui bahwa Allah melihat segala perbuatannya ? ketahuilah, sungguh jika dia sungguh berhenti (berbuat demikian) niscaya kami tarik ubun-ubunnya, yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka. Maka, biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak kami akan memanggil Malikat kepadanya, sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan).” (Al-Alaq : 9-19).

Rosulullah menidurkan musuh

Setelah gagal pada pemboikotan di Syi`ib yang membuat kaum muslimin sengsara menahan lapar dan haus, ternyata Abu Jahal gagal membunug Rosulullah. Dan kaum kafir Quraisy berunding lagi di Darun Nadwah merencanakan lagi pembunuhan terhadap Rosulullah.
Dalam dendam yang tengah memuncak, mereka sepakat membunuh Nabi pada malam itu juga. Abu Jahal, Syaibah, dan Al_Ash bin Wail adalah tokoh sesat yang paling bernafsu terhadap kematian Nabi.
Tiba-tiba datang seorang lelaki tua yang ikut serta dalam rundingan tersebut, dan sangat mendukung rencana bahkan penuh dengan usul yang bagus, karena orang tersebut sebenarnya adalah iblis yang telah menyeru sebagai manusia dengan nama Abul Bakhtari.
Mulanya Abu Jahal berkata, “Kami berkumpul disini akan membahas urusan yang sangat rahasia, untuk itu keluarlah engkau dari sini.” Tetapi iblis itu tetap mempertahankan diri dengan mengatakan, “Aku adalah orang yang dituakan di bumi Najed. Dan aku mempunyai pirasat akan terjadi suatu peristiwa yang akan datang. Oleh karena itu, masukkanlah diriku dalam perundingan ini. Barangkali usulku akan berguna bagi kalian.”
Setelah itu diterimanya dia dalam perundingan. Mulailah rencana-rencana jahat dilangsungkan. Uthbah mulai dengan ucapannya, “Sesungguhnya kematiannya adalah hak Allah, maka bersabarlah kalian sampai Allah memutuskan haknya untuk mematikan Muhammad sehingga kita akan segera terpelihara dari keburukan-keburukannya.” Tapi iblis sangat marah mendengar kata itu, ia membentaknya,”Diamlah engkau Uthbah! Dari pada engkau berpikir begitu lebih baik engkau tidak usah ikut dalam perundingan ini. Jika kalian bersabar sampai Muhammad meninggal dengan sendirinya, berarti kalian yang memberikan kesempatan kepadanya untuk membuat agama yang dibawanya berkembang di muka bumi ini dan kalian akan binasa olehnya.”
Semua manggut-manggut mendengar jawaban iblis itu, mereka berkata, “Engkau benar, ya Syeikh Najed  Lalu Syaibah angkat bicara, “ Bagaimna jika Muhammad kita tangkap dan penjarakan di rumah terpencil, lalu kita menguncinya dari lar agar ia kehauasan dan kelaparan sampai mati.” Iblis berkata, “Pendapat ini kurang menguntungkan!” Bagaimana jika tanpa sepengetahuan kita Muhamamd itu ada yang menolongnya dan membawanya kes ebuah negeri?” Bukankah kita akan kehilangan buruan kita?”
Semua usulan di Darun Nadwah itu tidak ada yang diterima oleh iblis. Tinggal Abu jahal sendiri yang mengeluarkan pendapatnya. Maka Abu Jahalpun berkata, “Kita semua dari masing-masing kabilah harus mewakilkan seorang membawa seorang pemuda tangguh yang gagah berani dan harus membawa pedang yang tajam. Kemudian, pemuda-pemuda tersebut kita suruh untuk mengepung rumah Nabi mala mini juga. Sehingga ia tidak bisa keluar. Bila ada yang melihat ia keluar langsung tebas saja batang lehernya!”
“Jika Muhammad menuntut diyat, kita akan mengumpulkan harta yang dikeluarkan masing-masing kabilah tadi dan kemudian hata tersebut langsung kita serahkan kepada kerabat Muhammad. Sehingga dengan begitu, kita akan terbebas dari tuntutan keluarganya!” lanjutnya Abu Jahal.
Banyak yang memuji usulan Abu Jahal yang dianggapnya sangat tepat. Iblispun ikut memuji dengan berkata, “Engkau benar, Abu Jahal. Benar pula pikiranmu. Pendapatmu sesuai dengan apa yang aku inginkan sebelumnya!”
Tidak lam setelah perundingan itu bubar, Malaikat Jibril diperintahkan Allah menyampaikan wahyu kepada Muhammad yang isinya :
Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya. Dan Allah sebaik-baiknya pembalas tipu daya.” (Al-Anfaal : 30)
Kemudian Jibril berkata, “Wahai Muhammad! Keluarlah engkau dari Mekah dan hijrahlah ke Madinah. Sesungguhnya perintah ini adalah perintah rahasia yang aku sampaikan kepadamu. Engkau jangan gelisah, sebab sesudah kesusahan ada kemudahan dan setiap sesuatu yang mempunyai waktu dan aturan bagi yang mengawasi tingkah laku kita. Ada zat yang maha mengawasi, di atas pengaturan kita ada Allah yang maha kuasa.”
Setelah pendapat perintah untukberhijrah, Rosulullah kemudian berunding dengan sahabat-sahabat beliau untuk menentukan siapa yang menemani. Kemudian orang yang disuruh tidur diranjang Rosulullah adalah Ali bin Abi Tholib.
Kemudian pada malam itu, sepuluh pemuda yang terpilih sebagai utusan dari masing-masing kabilah yang memusuhi Nabi, segera berkumpul dan mengepung rumah Nabi agar tidak dapat keluar dengan selamat.
Sedikitpun Rosulullah tidak khawatir karena beliau sangat percaya bahwa Allah selalu bersamanya. Sehingga, ketika beliau keluar rumah untuk berhijrah, beliau terlebih dahulu berdoa kepada Allah yang maha penolong. Kemudian beliau taburkan pasir kea rah para pemuda tersebut tanpa sepengetahuan mereka, sampai mereka tertidur dengan pedang terhunus. Iblis yang mengintai tidak jauh dari tempat itu juga ikut terlena sehingga iblis laknat tersebut tidak melihat ketika Rosulullah keluar dari tempat kediaman beliau.
Ketika fajar tiba, dengan sangat terkejut, para pemuda kafir itu kalang kabut karena mendapatkan diri mereka tertidur di halam rumah Rosulullah. Dengan segera menyerbu ke rumah Rosulullah dan mengacak-ngacaknya.
Di dalam amar beliau, mereka mendapatkan orang yang masih tidur sehingga membuat mereka terlonjak kegirangan. Namun, alangkah geramnya ketika mengetahui bahwa yang tidur di ranjang Rosulullah adalah Ali, putera pemimpin Quraisy. Sehingga mereka tidak berbuat apa-apa terhadap Ali dan membiarkan saja Ali hidup karena bila mereka membunuh Ali akan pecah perang antar kabilah, sesuatu yang mereka hindari selama ini.
Dengan begitu, selamatlah Nabi kita dari kebuasan algojo-algojo kafir yang celaka itu melalui mukjizat yang beliau miliki.

Kewangian tubuh Rosulullah

Beberapa bukti bahwa Rosulullah adalah insane pilihan Allah, itu bisa ditinjau dari kelebihan-kelebihannya. Dikisahkan menurut hadist sahih bahwa tubuh beliau yang halus, tangan yang lembut dan menebarkan bau harum seperti yang diriwayatkan Bukhori dari Annas r.a seperti, “Aku belum pernah menyentuh sutera yang lebih halus dibandingkan telapak tangan Rosulullah dan aku belum pernah mencium bau yang harum dibandingkan keharuman Rosulullah SAW.”
Abu Juhaifah juga mengisahkan, “Suatu hari, aku melihat Rosulullah berjalan dan dibelakangnya berjalan pula seorang wanita. Kemudia, orang-orang melihat beliau langsung mendekat dan mencium tangannya. Akupun melakukan hal yang sama. Pada waktu tangan Rosulullah kupegang, kurasakan sangat dingin, sedangkan ketika kucium tangan beliau ternyata baunya sangat harum melebihi baunya minyak misik.”
Kitab Diba`pun menceritakan bahwa apabila beliau tersenyum, maka senyumannya bagaikan mutiara embun. Bila beliau berbicara, maka pembicaraannya bagaikan mutiara yang berjatuhan. Jika beliau bercakap-cakap, bagaikan minyak misik yang keluar dari mulutnya. Apabila beliau duduk dalam sebuah majelis, maka ruangan tersebut akan berbau harum.
Suatu mukjizat yang luar biasa. Tanpa memakai minyak wangi sekalipun beliau tetap berbau harum, tanpa mukjizat dari Allah mustahil tubuh orang biasa bisa mengeluarkan bau harum. Maha suci Allah yang telah menyempurnakan wujud manusia pilihannya.

Gigitan Ular disembuhkan Rosulullah Seketika

Tatkala orang-orang kafir akan membunuh Rosulullah SAW tidak menemukan beliau di rumahnya, yang ada hanya Ali bin Abu Tholib, mereka langsung kembali dan rapat kembali menentukan langkah mengejar Rosulullah untuk dibunuh. Setelah musyawarah berjalan sampai tiga hari, barulah mereka menyebar ke seluruh penjuru kota Mekah.
Untuk menyelamatkan diri dari pengejaran mereka Rosulullah dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur.
Sewaktu hendak masuk goa Abu Bakar berkata, “Wahai Rosulullah, biar aku dulu yang masuk ke dalam goa ini sekaligus membersihkan dan menutupi lubang yang ada di dalalamnya barangkali ada hewan-hewan liar, mak aku bisa mengeluarkannya. “Usulan Abu Bakar akhirnya disetujui oleh beliau.
Memang benar, saat itu goa tsur menjadi sarang binatang liar seperti kalajengking, ular dan binatang berbisa lainnya. Jarang sekali orang berani memasuki goa tersebut. Dan, Abu Bakar memasuki goa Tsur dengan perlahan tapi penuh kewaspadaan. Abu Bakar menutupi setiap lubang dengan kain yang ada, kecuali tinggal satu lubang yang tidak ditutupi karena kainnya sudah tidak ada lagi. kemudian Rosulullah dipersilahkan masuk.
Karena terlalu letih sehabis perjalanan dikejar orang-orang kafir, tiba-tiba ular berbisa hendak keluar dari sarangnya melalui satu lubang yang tidak ditutupi abu Bakar tadi. Ia mengkahwatirkan keselamatan Rosulullah, dan demi menyelamatkannya ia menutupi lubang tersebut dengan telapak kaki Abu Bakar digigit oleh ular berbisa tadi.
Dalam sekejap, racun yang dikeluarkan ular tadi sudah merasuk ke dalam tubuh Abu Bakar. Meskipun dirinya sangat kesakitan ia tidak bergeser sedikitpun dari duduknya. Benar-benar ini dilakukan agar tidak membangunkan Rosulullah, akhirnya dengan menahan rasa sakit yang pedih sekali ia mulai lemas, lunglai serta berupaya tidak bersuara dengan menggigit bibirnya.
Dengan menahan air mata yang mengucur, akhirnya ia terjatuh pula tepat ke wajah Rosulullah sehingga Rosulullah terbangun dari tidurnya. Beliau terkejut sekali dan bertanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang menyebabkan engkau menangis?”
Abu Bakar menjawab, “Ular di lubang ini yang menggigit kakiku.” Mendengar jawaban itu sang Nabi segera memeriksa telapak kaki Abu Bakar, kemudian Rosulullah meludahinya.
Dari sini terjadi keanehan dimana Abu Bakar yang sedang kejang-kejang kesakitan dalam sekejap saja nyeri dan sakit yang dideritanya menjadi sirna.
Peristiwa ini sangat tidak masuk akal jika diamati dengan akal pikiran manusia. Kejadian ini juga tidak bisa diterima oleh ilmu kedokteran. Mustahil jika racun yang masuk ketubuh Abu Bakar dapat sembuh seketika hanya dengan ludah saja. Percaya atau tidak tapi ini kenyataannya dan benar-benar dialami oleh Abu Bakar. Dan disinilah letak kemukjizatan Rosulullah yang tidak bisa ditiru oleh insane manapun.

Saturday, February 18, 2017

Tongkat Rosulullah menyembuhkan kelumpuhan

Peristiwa ini diawali dengan datangnya seorang wanita yang menghadap Rosulullah dengan keadaan tangan yang lumpuh. Diriwayatkan oleh Aisyah, ia mengatakan bahwa pada suatu hari Rosulullah kedatangan tamu seorang wanita Yang tangannya mengalami kelumpuhan. Ia memohon dengan menghiba kepada Rosulullah. Katanya, “Ya Nabi Allah berdoalah kepada Allah. “Mengapa tanganmu bisa begini?” Tanya Rosulullah.
Wanita itupun menjawab, “Aku bermimpi seakan-akan kiamat telah terjadi, neraka Jahim dinyalakan, dan surgapun telah diperlihatkan. Dalam neraka Jahim tersebut aku melihat ibuku yang sedang menggapai-gapai tangannya dan pada tangan kanannya tergenggam sepotong gajih, sedang tangan kirinya memegang sepotong kain. Sepotong kain dan gajih tersebut dipergunakan ibuku untuk menangkal api neraka yang menjilati tubuhnya. Aku sangat kasihan sekali sehingga aku bertanya kepadanya, “Wahai ibu mengap engkau berada dalam jurang neraka ini Padahal, engkau adalah termasuk wanita yang taat kepada Allah dan suamimu juga selalu meridhoi keberadaanmu!” Jawab ibuku, “Ketika di dunia aku ini termasuk wanita yang bakhil!” Mengapa ibu membawa sepotong kain dan gajih?” tanyaku lagi. Maka jawab ibuku, “Cuma dua barang inilah uang pernah aku sedekahkan sewaktu di dunia!” Kemudian tanyaku lagi, “Dimanakah bapakku?” Jawab ibu, “Bapakmu adalah orang yang dermawan, sekarang ia bertempat pada tempatnya para dermawan, yakjni di surge.”
Lalu, wanita itupun melanjutkan ceritanya, “Akupun kemudian mendatangi bapakku di surge. Aku melihat bapakku sedang berada di telagamu, ya Rosulullah. Ia sedang member minum pada banyak orang. Selanjutnya, akupun berkata kepada bapakku, “Wahai bapakku, ibuku adalah termasuk wanita yang taat kepadamu dan kepada Tuhannya, dan engkau juga selalu meridhoinya. Sekarang, ia berada di neraka dan sedang menderita kehausan yang teramat sangat, dan ia juga dibakar dengan api yang bergejolak. Sedangkan , engkau sendiri berada disini, ditempat yang menyenangkan dan member air minum orang yang banyak denga air dari telaga Rosulullah.
Mendengar perkataanku, bapakku menjawab, “Wahai anakku, Allajh telah mengharamkan air telaha ini untuk orang-orang bakhil dan orang yang senang berbuat dosa, sedang ibumu sewaktu di dunia adalah bukan orang yang senang bersedekah sehingga masuk dan terjerumus ke dalam neraka.”
Mendengar penjelasan bapakku, aku diam saja. Namun, erasa kasihanku kepada ibu tidak hilang juga. Hal itu membuat aku dengan sembunyi-sembunyi mengambil air telaga Kautsar tanpa seiizin bapakku. Lalu, air tersebut aku serahkan kepada ibuku. Namun, tiba-tiba aku mendengar suara berkata, “Semoga Allah melumpuhkan tanganmu karena engkau telah member minum kepada orang bakhil dan telah berbuat maksiat, dari air telaga Rosulullah!” karena terkejut mendengar suara itu, lalu aku terbangun dari tidurku. Ketika aku sadar, aku telah mendapat tanganku menjadi lumpuh!” kata wanita itu mengakhiri ceritanya.
Aisyah melanjutkan ceritanya, “Setelah Rosulullah mendengar kisah yang dituturkan wanita tadi, beliaupun meletakkan tongkatnya pada pada wanita itu yang menderita kelumpuhan, seraya berkata, “Dengan haknya mimipi yang diceritakan wanita ni, semoga engkau menyembuhkan tangannya dari kelumpuhan.” Maka, tangan wanita yang lumpuh itupun sembuh seketika itu juga. “Maha besar Allah yang telah memberikan mukjizat ini kepada hambanya yang terpilih.” 

Sebuah pohon menemui Rosulullah

Pada zaman jahiliyah di tanah Arab, dalam kehidupan masyarakatnya ada aturan yang tidak tertulis, tetapi dijadikan pegangan, yaitu siapa yang kuat, dialah memerintah, yang menguasai dan yang bertindak sewenang-wenang. Sedangkan yang lemah sudah dapat dipastikan menjadi bulan-bulanan oleh yang kuat.
Kondisi macam ini memaksa kaum lelaki untuk mengasah ototnya dan memperkuat ketahanan tubuhnya, bila dirinya tidak ingin ditindas dan dijadikan bulan-bulanan oleh yang perkasa. Maka, tidak perlu heran bila kota Mekah pada sat itu seringkali diadakan lomba adu gulat untuk memilih siapa lelaki yang perkasa dan kuat diantara mereka.
Dikalangan mereka ada semacam anggapan bahwa kehormatan seseorang terletak pada kekuatan fisiknya yang mampu mengalahkan lawan-lawannya.
Akhirnya bermunculan pendekar yang tangguh di kota Mekah dan salah satunya adalah Rukanah bin Andu Yazid. Rukanah termasuk pendekar ahli gulat dan jarang terkalahkan jika bertanding dalam pertarungan. Tubuhnya kuat kekar hingga seringkali membuat ciut hati lawannya yang akan menghadapinya.
Pada suatu hari Rosulullah bertemu dengan Rukanah disuatu jalan. Kemudian beliau mengajak Rukanah untuk masuk Islam, seraya berkata, “Wahai Rukanah, sebaiknya kamu bertkwa kepada Allah dengan memeluk agama yang aku bawa ini.”
Setelah mendengar ajakan Rosulullah tersebut, ia menjawab dengan congkaknya, “Jika agama yang engkau bawa itu benar, pasti sudah sejak dulu aku memeluknya.”
Mendengar ejekan yang diucapkan oleh Rukanah tadi, Rosulullah berkata dengan nada menantang, “Bagaimana jika aku mampu merobohkanmu dalam beradu kekuatan, apakah kamu dapat menerima dan menyadari bahwa agama yang aku bawa ini benar?”
Hal ini dikatakan Rosulullah demi menjaga kehormatan Islam dan pengikutnya agar tidak menjadi hinaan cacian orang lain. Rukanah menjawab dengan sombongnya, “Baiklah jika itu yang kamu kehendaki.” Besiap-siaplah sekarang, “kata Rosulullah.
Rukanah berdiri dengan mengambil kuda-kuda untuk menyerang Rosulullah. Akan tetapi, hanya sekali tampar, ia sudah jatuh terjungkal tak berdaya. Rukanah sepertinya tak percaya oleh kehebatan tamparan Rosulullah tadi. Selanjutnya, ia menantang lagi, “Mari kita ulangi lgi, wahai Muhammad.” Kalau begitu berdirilah, “kata Rosulullah.
Setelah berdiri kembali dengan kuda-kudanya maka hanya dengan sekali dorong saja Rukanah jatuh tersungkur kembali ke tanah. Melihat kemampuan Rosulullah yang hebat ini, Rukanah berkata, “Aku benar-benar heran atas kemampuanmu dalam mengalahkanku. Padahal, sampai saat ini belum ada pendekar dan jagoan Mekah yang mampu mengalahkanku.
Sesudah itu Rosulullah  menundukkan kehebatan Rukanah, belaiu berkata, Ada lagi sesuatu yang mengagumkan. Jikalau kamu ingin melihatnya, akan aku buktikan. Tetapi dengan syarat, nanti kamu harus bertakwa kepada Allah dan memeluk agamaku.” Rukanah lalu menjawab, “Silahkan jika kamu masih mempunyai kelebihan yang akan kamu perlihatkan kepadaku.”
Selanjutnya, Rosulullah memanggil sebuah pohon yang jauh dari tempat beliau dan Rukanah, seraya berseru, “Wahai pohon kemarilah.” Pohon yang dipanggil oleh Rosulullah tadi langsung datang menghadap beliau. Setelah itu beliau berkata lagi kepada pohon itu, “Wahai pohon, sekarang kembalilah ke tempatmu semula.
Ini suatu peristiwa  langka yang luar biasa yang tidak mampu dianalisis secara ilmiah dan tidak dapat diterima oleh akal. Rukanah sangat tercengang melihat kejadian itu. Dalam hatinya ia berkata, “Ini suatu peristiwa yang sangat menakjubkan yang tak mungkin dapat dilakukan oleh sembarang orang, kecuali orang yang memilki banyak kelebihan dan menjadi kekasih Allah.”
Memang kalau ditinjau secara rasional, mustahil sebuah pohon dapat berjalan sendiri dan pindah dari tempat asalnya. Tetapi inilah kenyataan yang sebenarnya.
Karena perasaan gengsi  dan status social yang disandangnya maka Rukanah tidak mau menerima kebenaran mukjizat Rosulullah yang baru disaksikan itu, meskipun tindakannya ini bertentangan dengan hati kecilnya yang membenarkan mukjizat itu. Ia kemudain mendatangi masyarakat Quraisy dan berkata, “Temanmu Muhammad adalah seorang ahli sihir yang hebat dan dapat diandalkan, aku belum pernah menjunpai orang yang sehebat dia.”
Pada suatu hari, ia mengisahkan pengalaman pribadinya kepada teman-teman dekatnya tentang dirinya sewaktu berhadapan dengan Rosulullah dalam rangka adu kekuatan. Ia menceritakn dengan sejujur-jujurnya mengenai mukjizat yang ditunjukkan oleh Rosulullah kepadanya. Pada akhirnya, ia masuk Islam dan berjung dengan teguh dalam menegakkan syiar Islm dan ia meninggal pada masa Muawiyah bin Abu Sufyan.

Rosulullah menjadikan buah kurma terus berbuah

Kalangan sahabat sudah biasa dan seringkali menyatakan Rosulullah. Memperbanyak makanan sedikit menjadi banyak tanpa menambah sedikitpun. Ini merupakan salah satu diantara mukjizat beliau. Pernah juga jari beliau mengucurkan air yang kemudian dipakai oleh para sahabat untuk berwudu. Dan salah satu lagi kelebihan beliau adalah menjadikan kurma yang dipetik tidfak kunjung habis. Kejadian ni adalah sebagai berikut.
Peristiwa ini dikisahkan oleh Bukhori dari Jabir, ia berkata, “Sewaktu bapakku meninggal, ia masih mempunyai utang yang banyak.” Kemudian, aku mendatangi Rosulullah untuk melaporkan kepada beliau mengenai utang yang ditinggalkan bapakku kepadaku.
Aku berkata kepada Rosulullah, ‘ya Rosulullah, bapakku telah banyak meninggalkan utang. Aku sendiri sudah tidak mempunyai apa-apa lagi kecuali yang keluar dari pohon kurma . akan tetapi pohon kurma itu sudah dua tahun tidak berbuah.” Hal ini sengaja aku sampaikan kepada rosulullah agar orang yang memiliki piutang tersebut tidak berbuat buruk kepadaku.
Kemudian Rosulullah langsung mengajakku ke kebun kurmaku. Sesampainya disana, beliau langsung berdoa. Setelah itu, beliau duduk dari seraya berkata kepadaku, “Ambillah buahnya.” Mendengar perintah Rosulullah tersebut, aku langsung memanjat pohon itu untuk memetik kurma yang tiba-tiba berbuah. Buah kurma itu aku petik sampai cukup jumlahnya untuk menutupi hutng bapakku, bahkan sampai lebih. Dan sebaliknya sebanyak yang aku pakai untuk membayar hutang.
Kejadian di atas sangat spektakuler sekali, pohon kurma yang tidak bebrbuah tiba-tiba langsung berbuh seketika, dapat diambil buahnya dan tidak kunjung habis pula. Disinilah kemukjizatan Rosulullah yang tidak akan mampu oleh manusia biasa.
Mustahil memang, tetapi pohon kurma yang sudah dua tahun tidak berbuah itu, tiba-tiba berbuah dengan seketika dan dapat dipetik dengan tak kunjun habisnya. Hanya keimanan yang bisa menjawabnya. Sebab sesuatu yang mustahil dalam pandangan manusia biasa terjadi bila Allah menghendaki. Tetapi inilah kenyataan yang ada yang menjadi mukjizat Rosulullah.

Nyala Api Dan Petir Memancar Dari Tubuh Rosulullah

Setiap Nabi dan Rosul memiliki mukjizat yang berbeda yang disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya dan kebutuhannya. Dan diantara para Nabi dan Rosul yang paling banyak memiliki mukjizat adalah Rosulukkah SAW. Banyak para sahabat yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentang kehebatan mukjizat Rosulullah SAW, baik disaat damai mauoun ketika berada di medan pertempuran. Salah satu mukjizat beliau yang spektakuler adalah tubuhnya memancarkan nyala api dan petir sebangai tameng dari serangan lawan yang hendak membunuhnya.
Dikisahkan, pada saat Rosulullah SAW, berangkat menuju ke medan perang Hunain, diantara yang ikut serta dalam pasukan kafir ada seorang laki-laki yang bernamaSyaibah bin Usman bin Thalhah, yang aya dan pamannya terbunuh dalam perang Uhud. Oleh karena itu, keikutsertaan Syaibah bin Usman binThalhah dalam perang Hunain adalah untuk membalas dendam atas kematian bapak dan pamannya di perang Uhud.
Sasaran utamanya adalah membunuh Rosulullah SAW. Syaibah kemudian mengisahkan apa yang ia alami sendiri dalam perang Hunain tersebut. Ia menceritakan, “Ketiaka aku mengetahui Rosulullah SAW, turut serta dengan pasukan Islam dalam perang Hunain ini, akupun ikut bergabung dengan pasukan kafir Quraisy menuju suku Hawazin, dengan harapan bila perang sudah berkecamuk, aku akan mencari kesempatan dan menunggu saat yang tepat untuk membunuh Rosulullah SAW. Dengan demikian, akulah orang yang tepat menyelesaikan balas dendamnya orang kafir Quraisy terhadap Rosulullah SAW. Rencana ini aku perhitungkan matang-matang jangan sampai gagal. Pedang yang aku bawa pun aku asah tajam-tajam hingga nanti dapat sekali tebas kepala Rosulullah SAW langsung pisah dari badannya.
“pada hari itu, “ demikianlah Syaibah melanjutkan kisahnya, ketika perang sedang berkecamuk dengan hebatnya, aku terus mengintai gerak-gerik Rosulullah karena dialah sasaran utamaku. Akhirnya, tibalah saat yang aku tunggu-tunggu. Ini merupakan peluang emas bagiku, disaat orang-orang Islam porak-poranda dan bercerai berai oleh serangan gencar pasukan panah kaum kafir yng bertubi-tubi sehingga keselamatan Rosulullah tidak terlindungi oleh pasukannya. Maka, aku langsung menghunus pedangku sambil mendekati Rosulullah setelah dekat dengan beliau, seranganpun aku lancarkan kepadanya. Tiba-tiba ada nyala api keluar dari tubuhnya laksana petir yang menyambar kulit wajahku. Melihat kejadian itu, aku langsung menutup wajahku dengan tangan karena rasa takut telah mencekam seluruh tubuh.
Untuk itu, aku langsung menghindarkan diri menjauhi Rosulullah sejauh mungkin. Tidak begitu lama, aku mendengar Rosulullah SAW memanggil diriku, “Wahai Syaibah, datanglah kemari, akupun datang kepada Nabi dengan perasaan takut. Setelah aku mendekat, beliau lalu meletakkan tangannya ke dadaku, rupanya beliau mengerti kalau dadaku diliputi oleh perasaan takut dan gemetaran. Beliau mengusap-usap dadaku, seraya berdoa, “Ya Allah, lindungilah dia dari siksaan setan.”
Dari peristiwa itu, demi Allah pada saat itu juga tidak ada yang lebih dicintai oleh telinga, mata dan segenap jiwa kecuali beliau. Perasaan benci dan dendam kepadanya sirna dari dalam lubuk hatiku. Kemudian, Rosulullah berkata kepadaku, “ Mari ikut berjuang bersama kami.” Aku langsung berdiri tegak di hadapan beliau dan dengan pedang di tangan, aku melancarkan serangan balik menghantam teman-temanku yang kafir yang memusuhi Rosulullah. Dan diriku ini lebih suka melindungi dan menjaga keselamatan Rosulullah dengan menggunakan tenakau sendiri. Jika bapakku masih hidup dan memusuhi Rosulullah dan sahabat-sahabatnya, maka tidak segan-segan lagi aku akan menyerangnya dengan pedangku yang tajam ini.”
Bila dianalisis dari peristiwa tersebut, rasanya tidak mungkin terjadi manusia mampu mengeluarkan percikan api yang menyambar-nyambar bagaikan petir dari tubuhnya, akan tetapi, inilah kenyataan yang terjadi pada diri Rosulullah SAW, dan inilah yang disebut mukjizat.

Kefasihan Rosulullah

Kelancaran Rosulullah dalam setiappidato beiau sangat terkenal di kalangan para sahabatnya. Demikian pula kefasihan lidah beliau dalam mengucapkan suatu perkataan, setiap perkataan yang diucapkan beliau sangat fasih dn tidak pernah salah. Hal ini dibuktikan dengan perkataan beliau yang tidak pernah diulang-ulang karena tidak mengalami kesalahan.
Para sahabat yang sering mendengar sabda-sabda beliau, sepakat untuk mengatakan bahwa beliau mempunyai suara yang merdu, enak di dengar, gampang dipahami, sehingga cukup satu kali saja beliau menerangkan telah meresap di hati para sahabat.
Sebagian besar riwayat mengisahkan bahwa Rosulullah adalah orang yang paling fasih bicaranya, jelas, mantap, bila menguaraikan kata-katanya tidak pernah bertele-tele. Susunan kata-katanya selalu padat dan berisi penuh mutiara hikmah yang menghiasi penyampaian beliau, ditambah lagi dengan tamsil dan ibarat serta ucapan kata yang sellau tepat serta dalil-dalil yang meyakinkan.
Beliau pernah berkata, “Aku ini adalah Muhammad, nabi yang ummi (perkataan ini diucapkan sampai tiga kali). Aku diberi kelebihan bahwa pembicaraanku singkat tapi padat.” Umar bertanya kepada beliau, “Ya Rosulullah, mengapa engkau yang menjadi yang lebih fasih diantara kita?” Jawab beliau, “Dahulunya bahasa golongan Ismail hamper punah, kemudain datang lah Jibril membawanya kepadaku dan akulah yang menjaga dan melindunginya.”
Kata iman Ali karaomallahu wajhah, “Aku tidak pernah mendengar perkataan-perkataan yang ganjil dan langka dari bahasa Arab, melainkan telah aku dengar terlebih dahulu dari Rosulullah.”
Memang benar tentang kefasihan Rosulullah dalam berbicara, telah diakui terutama oleh kawan maupun lawan-lawannya.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami, salah seorang sahabat ada bertanya, “Kami tidak pernah melihat orang sefasih engkau, ya Rosulullah!” Jawab beliau, “Karena Allah telah menjauhkan aku dari kekhilafan dan memilihkan untukku firmanNya yaitu Alquran.”
Seorang sastrawan terkenal di dataran tanah Arab pada masa itu menggambarkan kefasihan ucapan beliau dengan mengatakan, “Allah SWT telah meletakkan rasa cinta pada tutur katanya yang langsung dapat diterima oleh lubuk hati setiap orang. Karenanya setiap orang yang mendengarkan terasa nyaman dan sejuk di hati sehingga pembicaraan beliau tidak pernah diulang-ulang. Tidak ada satu kalimatpun yang tergelincir serta tidak pernah kekurangan hujjah dalam menghadapi lawan bicaranya karena yang dikemukakan adalah kebenaran semata. Maka, tidak ada ucapan yang benar, bermanfaat, dan terkesan melebihi ucapan Rosulullah SAW!.”
Rosulullah selalu berbicara sesuai kadar kemampuan daya serap mereka. Sedangkan kepada yang logat bicaranya berbeda, beliau melayani pembicaraan dengan versi mereka sehingg merasa setiap orang tidak pernah merasa kesulitan berhubungan dengan beliau. Adapun tingkah laku dan ucapan beliau seperti direkam oleh para sahabat dan menjadi sebuah hadist sahih yang hingga sekarang menjadi pedoman umat Islam seluruhnya. Demikian pula dari pepatah dan mutiara hikmahnya telah terhimpun dan melengkapi hadist dan kitab-kitab hadist beserta maknanya.
Itulah letak kefasihan Rosulullah yang juga menjadi mukjizat Rosulullah yang mempunyai keelokan dan daya kekuatan penyejukkalbu sehingga menjadikan Islamberkembang pesat dan menyebar di seluruh dunia.

Jin Pin membantu dakwah Rosulullah

Pada mulanya Rosulullah melakukan dakwah dengan sembunyi-sembunyi, hanya terbatas pada kaum kerabat dari bani Hasyim saja. Namun, ketika turun firman Allah yang disampaikan melalui Jibril, yakni Surat Al_mudatsir ayat 10, yang mengimbanu kepada beliau agar berdakwah secara terang-terangan, maka Rosulullahpun memulai dakwahnya dengan terbuka.
Rosulullah memulai dakwah dengan mengumpulkan penduduk Quraisy untuk berkumpul di Bukit Abu Qubays. Kemudian, beliau sendiri yang menyuruh kepada umatnya untuk meninggalkan kesesatan mereka dengan menyembah berhala-berhala yang mereka buat sendiri. Beliau berkata, “Wahai kaum Quraisy, katakanlah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah!”
Ketika orang-orang kafir Quraisy mendengar seruan dakwah beliau, mereka segera pergi dengan bersungut-sungut. Sebagian dari mereka yang marah dan emosi karena tuhan-tuahan mereka diejek sedemikian rupa oleh Rosulullah, orang-orang  kafir Quraisy segera mengadakan pertemuan di Darun Nadwah untuk membicarakan masalah yang menggemparkan ini.
Mereka bermusyawarah untuk menyakiti Rosulullah karena dianggap oleh mereka telah mencerca patung-patung sesembahan mereka dengan mengajaknya menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kata mereka, “Muhammad telah mencerca Tuhan kita. Ia mengajak kita untuk ikut menyembah Tuhannya. Bagaimanakah cara kita untuk memperdayainya ?”
Dalam Darun Nadwah tersebut berkumpul gembong-gembong kafir Quraisy seperti Al-Walid ibnul Harits, Shafwan bin Umaiyah, Kaab bin Asyraf dan lain-lain yang sangat marah kepada Muhammad. Mereka berkata, “Muhammad mengajak kita untuk menyembah Tuhan yang tidak bisa kita lihat sehingga dia mencerca tuhan-tuhan kita!” Ap yang dikatakan Muhammad tidak lain hanyalah untuk mencari harta dan kedudukan!” sambung yang lainnya.
Kemudian, para peserta musyawarah di Darun Nadwah tadi ditanyai satu persatu mengenai apa yang dikatakan oleh Muhammad SAW. Mereka rata-rata menjawab bahwa Muhammad adalah seorang penyihir yang sedang menyihir supaya mau mengikutinya.
Ada pula yang menjawab bahwa Muhammada berkata demikian karena dirinya ingin mencari kedudukan, kehormatan dan harta. Berlainan jawaban mereka, tetapi pada intinya jawaban mereka menunjukkan bahwa mereka sangat marah dengan dakwah yang dilancarkan Rosulullah SAW. Semua mencaci dan memperolek beliau.
Ketiak pertanyaan itu jatuh kepada Alwalid ibnul Harits, ia menjawab “ Aku tidak mempunyai pendapat apa-apa tentang ajaran Muhammad kepada kita!” Jawaban Al-Walid yang membela beliau, menimbulkan salah paham diantara l_walid telah menjadi pengikut Muhammad. Oleh karena itu, mereka beramai-ramai memperolok-olok, mencaci dan mengejek Al-Walid ibnul Harits.
Ejekan mereka membuat Al-Wald ibnul Harits naik pitam sehingga dengan lantang ia berkata, “Tangguhkanlah penghinaan kalian selama tiga hari!”
Al-Walid adalah seorang kafir Quraisy yang kaya raya. Harta bendanya berlimpah karena ia merupakan seorang pedagang yang berhasil. Ia juga mempunyai 2 berhala sesembahan. Berhala itu terbut dari campuran emas dan perak. Berhala tersebut dihiasi dengan intan dan mutiara sehingga tampak indah dan megah.
Selama tiga hari berturut-turut, tanpa makan dan minum ia menyembah berhalanya dengn harapan berhalanya tersebut dapat bicara dan memberiahukan tentang persoalan Muhammad. Ia berkta “Aku telah menyembahmu berdua selama tiga hari, maka aku sangat berharap kepadamu untuk memberitahukan kepadaku tentang perkara Muhammad.
Kesempatan ini dipergunakan oleh setan untuk merasuk ke dalam tubuh patung tadi dan menggerakkan mulut patung itu untuk mengeluarkan suara perkataan, “Sesungguhnya Muhammad itu bukanlah seorang nabi, maka kamu jangan membenarkan apa yang ia katakana!”
Al-Walid menyangka bahwa patung itu benar-benar berbicara dan memberitahukan tentang Muhammad. Ia sangat gembira sehingga terus keluar dan berteriak untuk memberitahukan masalah tersebut kepada kaum Quraisy. Setelah mendengar apa yang dikatakn Al-Walid, merekapun turut bersuka ria karean dianggapnya melalui mulut Tuhan mereka. Mereka berkata “Sebaiknya masalah ini kita bicarakan saja di dekat Muhammad, biar ia tahu semuanya!”
Betapa sedih Rosulullah mendengar ejekan kaumnya, maka datnglah Jibril yang memberiyahu beliau “ Wahai Muhammad, kerusakan ini datng dari orang yang membuat perkataan, yakni Al-Walid ibnul Harits!” Selanjutnya Rosulullah memberitahu apa yang telah dikatakan Jibril kepada orang-orang Quraisy. Tertapi, apa yang dikatakan Rosulullah bahkan ditertawakan oleh mereka. Mereka tertawa terbahak-bahak untuk mengejek Rosulullah seraya berkata, “Aku tidak menghiraukan perktaan tersebut!”
Sebelum Rosulullah pergi dari tempat dimana Al-Walid berada, orang-orang kafir Quraisy mengumpulkan patung-patung sesembahan mereka yang dihiasi dengan beraneka pakaian mewah. Lalu, mereka menyembah dan bersujud di hadapan berhala itu.
 Sementara Rosulullah yang sedang bersama dengan Abdullah bin Masud duduk-duduk saja di dekat orang kafir yang sedang menyebah berhala itu. Setan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Setan tersebut mengulangi perkataan, seperti yang telah dikatakan pada berhalanya Al-Walid ibnul harits. Sehingga semua orang yang berada di tempat mendengar perkataan dari mulut patung tersebut, tak terkecuali Rosulullah dan Abdullah binMasud yang ketakutan berkata kepada beliau, “ Wahai Rosulullah, apa yang baru saj dikatakan oleh berhala itu?” Jawab beliau, Wahai Abdullah, janganlah engkau takut karena yang berkata itu adalah setan!”
Pada hari yang lain Rosulullah pun berangkat menuju ke tempat perkumpulan orang-orang kafir yang hendak menunjukkan kehebatan patung yang dapat bicara itu kepada Rosulullah. Ditengah perjalanan, beliau bertemu dengan seorang yang mengucapkan salam kepadanya. Orang tersebut memakai jubah hijau dan berkendara kuda jantan. Setelah salam dijawab rosulullah, beliau lantas bertanya, siapakah kamu sebenarnya ? aku sangat heran mendengar salammu kepadaku.”
Jawab si penunggang kuda, “Aku adalah anak keturunan Jin. Namaku Muhair bin Habbar. Aku telah masuk Islam sejak zaman Nabi Nuh as. Aku bertempat tinggal di bukit Tursina, tetapi telah lama aku mengembara.
Ketika aku pulang, aku mendapatkan istriku sedang menangis sehingga aku menanyainya. Ia menjawab bahwa setan Musfir telah berbuat dusta terhadap Nabi Muhammad. Apakah engkau tidak mengerti ? kemudian aku,mencari setan Musfir tadi dan akhirnya menemukannya diantara bukit Safa dan Marwa. Setelah aku menemukannya, lalu aku berkelahi dengannya dan aku telah berhasil mematahkan kepalanya. Ini bekas darah yang mengucur dari kepalanya!” kata Jin itu panjang lebar.
Setelah mendengar penuturan Jin tadi, Rosulullah kemduaian mendoakan dengan doa kebaikan. Selanjutnya Jin itu berkata lagi, “Ya Rosulullah, apa yang harus aku lakukan sekarang ini, apakah aku harus merasuk kedalam tubuh patung itu dan mengejek orang-orang kafir?”
“Baiklah kalau itu memang maumu dan cara yang baik untuk menyadarkan mereka,”Jawab Rosulullah SAW.
Seperti hari-hari yang lalu, kali ini pun orang-orang kafir berkumpul dan menghiasi patung mereka dengan beraneka warna pakaian yang sangat mewah. Kemudian, mereka menyembahnya dengan khusu dan hormat sekali. Mereka meminta kepala patung untuk membuktikan kepada Muhammad sekali lagi bahwa Muhammad adalah seorang yang pembohong.
Setelah mereka menyembah sambil merendahkan diri, tiba-tiba patung itu pun bicara, “Wahai penduduk Mekah! Ketahuilah sesungguhnya Nabi Muhammad ini adalah benar dan Muhammad mengajak kepada kalian untuk melakukan kebenaran. Sedangkan kalian semua ini adalah batil. Jika kalian tidak beriman kepada Nabi Muhammad serta tidak membenarkannya, kalian akan masuk neraka Jahannan selamanya!”
Betapa terkejutnya orang-orang kafir yang ada disitu karena patung yang mereka sembah tidak mengucapkan kata-kata yang mereka harapkan. Kejadian tersebut membuat banyak orang yang bimbang sehingga beberapa diantaranya mulai mempercayai Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Abu Jahal dengan perasaan yang marah yang meluap, segera mendekati patung tersebut dan membantingnya hingga berkeping-keping. Tidak puas hanya dengan berbuat begitu, kepingan-kepingan patung itu kemudian diinjak-injak, dikumpulkan, kemudian dibakarnya.
Akan halnya dengan Nabi Muhammad pulang dengan perasaan lega. Sedangkan Jin Muhair bi habbar yang telah diganti namanya oleh Rosulullah dengan nama baru “Abdullah bi Abbar” segera pergi dari tempat itu.
Letak mukjizatnya disini adalah, seorang manusia mampu berkomunikasi dengan baik dengan makhluk halus, yang pada saat itu hanya dilakukan oleh manusia berkat pertolongan langsung dari Tuhannya 

Iblis yang diperintah Allah

Pada suatu hari, ketika Rosulullah hendak memasuki Mesjid, beliau melihat iblis berda di pintu Mesjid. Maka, Rosulullah menegurnya, “Wahai Iblis, apa yang sedang kamu lakukan di sini”
“Aku hendak masuk Mesjid dan merusk solatnya orang itu. Tetapi, aku merasa takut terhadap orang yang sedang tidur disitu!” kata Iblis asambil menunjuk seseorang yang sedang tidur di Mesjid.
Rosulullah bertanya lagi, “Wahai Iblis, mengapa engkau takut terhadap orang yang sedang tidur dan tidak kepada orang yang sedang solat dan bermunajat kepada Allah?”
Orang yang sedang solat itu adalah orang yang bodoh (tidak tahu syarat hokum solat, thuma`ninah, dan tidak bisa solat dengan khusu`). Untuk merusak solatnya, bagiku sangat mudah. Sedangkan, orang yang sedang tidur itu adalah orang yang alim, maka jika aku merusak solatnya orang bodoh itu, aku khawatir, dia akan membangunkan orang yang sedang tidur itu dan kemudian mengajari dan membetulkan solatnya orang yang bodoh tadi!” jawab Iblis yang licik itu.
Oleh karena itulah Rosulullah pernah bersabda, “Tidurnya orang alim itu lebih baik dari pada ibadahnya orang yang bodoh!”
Wahab bin Munabbih mengemukakan sebuah riwayat bahwa Allah telah memerintahkan Iblis untuk datang kepada Rosulullah suoaya berdialog dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh beliau.
Maka datanglah Iblis ke hadapan beliau dengan menyerupai seorang manusia dan tangan kanannya memegang sebuah tongkat. Kemudaian, terjadilah percakapan antara Rosulullah dan Iblis tersebut. Beliau bertanya, “Sipakah engkau?” Aku adalah Iblis. “Untuk apa engkau datang kemari?” Tanya beliau. “Aku diutus Allah untuk menjawab seluruh pertanyaanmu!” jawab Iblis
Mendengar perkataan Iblis maka Rosulullah bersabda, “Wahai Iblis, berapakah musuhmu dari umat Muhammad?” MUsuhku yang dari umatmu adalah lima belas golongan yaitu :
1.Kamu, Muhammad, adalah musuhku yang paling besar
2.Imam yang adil
3.Orang kaya yang tawadu (rendah hati)
4.Pedagang yang jujur
5.Orang yang alim yang solat dengan khusu
6.Orang mukmin yang memberikan nasehat
7.Orang mukmin yang mempererat tali persaudaraan
8.Orang yang bertobat dan menetapi tobatnya itu
9.Orang yang berhati-hati menjauhi barang haram
10.Orang mukmin yang melanggengkan kessuciannya
11.Orang mukmin yang banyak bersedekah
12.Orang mukmin yang baik akhlaknya
13.Orang mukmin yang hidupnya member kemanfaatan bagi orang lain
14.Orang yang hafal Alquran dan melanggengkan hafalannya
15.Orang yang solat malam dikala manusia sedang tidur.” Jawab Iblis
Kemudian beliau bertanya lagi, “Siapa saja yang menjadi temanmu dari umatku ini?” Jawab Iblis, “Umatmu yang menjadi teman dan sahabatku ada sepuluh golongan. Mereka adalah :
1.Hakim yang durhaka (tidak mau menegakkan keadilan yang sebenarnya) dan penguasa yang zalim
2.Orang yang kaya dan takabur
3.Pedagang yang khianat (curang))
4.Peminum khamar dan penjudi
5.Tukang fitnah
6.Orang riya
7.Orang yang memakan harta anak yatim
8.Orang yang meremehkan solat
9.Orang yang tidak mau mengeluarkan zakat
10.Orang yang panjang angan-angan
“Semua itu menjadi saudaraku!” Jawab Iblis mengakhiri dialognya dengan Rosulullah SAW. 

Emas yang diubah Rosulullah menjadi pasir

Raja Jahiliyah Habib bin Malik masuk Islam karena melihat dengan mata kepalanya sendiri  mukjizat yang dimiliki Rosulullah, yakni membelh bulan menjadi dua, ia semakin mempercayai Rosulullah setelah beliau memberitahukan kepadanya bahwa putrinya telah mempunyai anggota tubuh yang lengkap dan sempurna, setelah sebelumny mengalmi kecacatan, yaitu tidak mempunyai kedua tangan dan kaki serta tidak mempunyai mata untuk melihat.
Sebagai tanda rasa syukurnya kepada Allah SWT dan tanda terima kasihnya kepada Rosulullah yang dianggap telah menolong dan menyelamatkan kehidupan masa depan putrinya, juga telah menunjukkan dirinya kepada jalan yang benar, maka ia mengirim berbagai macam hadiah kepada Rosulullah, melalui beberapa orang utusan. Hadiah-hadiah yang dikirimkan oleh Habib bin Malik kepada Rosulullah antara lain emas, perak, unta dan lain sebagainya, termasuk beberapa orang budak.
Abu Jahal si pendengki itu telah menyangka bahwa Raja Habib bin Malik sudah pasti akan memberikan hadiah kepada Rosulullah, maka ia sefera menghadang perjalanan utusan-utusan yang membawa hadiah itu di luar perbatasab kota Mekah. Ketika rombongan utusan Habib bin Malik muncul, Abu Jahal memulai aksinya. Ia berpura-pura tidak tahu siapakah rombongan tersebut, maka ia bertanya, “Siapakah kalian ini?” Jawab utusan tadi, “Kami adalah utusan Raja  Habib bin Malik untuk menyampaikan hadiah ini kepada Rosulullah. “ Abu Jahal sangat tersinggung karena sebgai pemuka Quraisy, bukn dirinya yang diberi hadiah, melainkan Rosulullah yang telah mempermalukannya.
Akhirnya dengan sembrono ia melakukan tindakan nekat, yakni merampas semua barang bawaan utusan tersebut. Namun, tindakan konyol Abu Jahal dan kawan-kawannya melawan perlawanan dari dari rombongan utusan Raja Habib bin Malik sehingga terjadilah pertempuran kecil kubu utusan kubu utusan Raja Habib bin Malik dan kawanan Abu Jahal. 
Peristiwa adu kekuatan antara kedua kelompok Itu mengundang perhatian masyarakat Mekah. Maka, merekapun beramai-ramai mendatangi tempat tersebut dan melerai pertikaian itu. Kemudian, salah seorang pemuka Quraisy menanyakan maksud kedatangan utusan Raja Habib bin Malik ke kota Mekah ini dan merekapun menjawab, :Kami datang kemari untuk menyampaikan hadiah ini kepada Rosulullah, sedangkan Abu Jahal mengatakan bahwa hadiah-hadianh ibi untuknya.”
Rosulullah yang turut hadir diantara mereka pun mendengar semua penuturan utusan-utusan tadi sehingga beliau berkata pada masyarakat Mekah, “Wahai masyarakat Mekah, apakah kalian rela dan mau mendengarkan apa yang hendak aku katakana ini.” Jawab mereka, “Baiklah, ya Muhammad kami mendengarkan perkataanmu.”
Kemudian Rosulullah meneruskan ucapannya, “Aku ingin bertanya kepada unta yang membawa hadiah ini. Alangkah terkejutnya Abu Jahal mendengar perkataan Rosulullah. Tentu saja Muhammad akan mampu berbuat apa saja, pikirnya.”
Oleh karena itu ia meminta, apa yang akan dilakukan oleh Muhammad yakni menanyai unta pembawa hadiah, waktunya ditunda lagi sampai ia meminta tolong kepada patung sesembahannya, tentu iapun akan bisa menanyai unta tersebut dengan jawaban yang bisa ia buat sekehendak hatinya.
Mulai saat itu, Abu Jahal tidak pernah keluar dari ruang sesembahannya selama tiga hari berturut-turut, siang dan malam ia tidak pernah lepas dari bersujud kepada berhala, demi kemenangannya menandingi Rosulullah, rival beratnya. Maka, pada hari yang cerah itu, Abu Jahal melangkahkan kakinya menuju tempat orang-orang Mekah berkumpul dengan suatu keyakinan bahwa dirinya akan bisa mengalahkan Rosulullah. 
Sesampainya ditempat tersebut, Abu Jahal langsung menyerang Rosulullah dengan kata-kata bahwa hadiah tersebut oleh Raja Habib bin Mailk dihadiahkan kepadanya. Namun, Rosulullah tidak mau kalah beliau juga menentang argument Abu Jahal, dengan mengatakan bahwa hadiah diperuntukkan baginya dan itulah memang yang sebenarnya.
Perdebatan antara Rosulullah dan dan Abu Jahal berlangsung cukup lama, sampai kemudia Rosulullah mempersilahkan Abu Jahal untuk bertanya terlebih dahulu kepada unta yang membawa hadiah itu, sedang hadiah tersebut masih berada dalam gendongan unta milik Habib bin Malik dari negeri Syam.
Setelah Rosulullah mempersilahkan Abu Jahal pun secara perlahan mendekati unta tersebut. Ia berkata kepada unta itu, “Wahai untan, demi Latta dan Uza katakanlah!” Kata-kata seperti it uterus keluar dari mulut Abu Jahal tidak henti-hentinya sampai matahari terbenam keperaduannya.
Namun malang bagi Abu Jahal karena unta tersebut tidak mau menjawab satu patah katapun. Unta itu diam saja sampai masyarakat Mekah yang menyaksikan merasa bosan dengan ocehan-ocehan